Ini 10 negara tujuan ekspor terbesar Indonesia

Senin, 04 Maret 2013 - 17:52 WIB
Ini 10 negara tujuan ekspor terbesar Indonesia
Ini 10 negara tujuan ekspor terbesar Indonesia
A A A
Sindonews.com - Kementerian Perdagangan menyebutkan sepuluh negara tujuan yang memiliki pencapain ekspor non migas terbesar pada 2012. Ke-10 pasar ekspor utama tersebut berkontribusi sebesar 68,6 persen dari total ekspor non migas.

Dari sepuluh pasar tujuan ekspor tersebut, China berada di urutan pertama sebesar USD20,9 miliar. Kemudian Jepang (USD17,2 miliar), Amerika Serikat (USD14,6 miliar), India (USD12,4 miliar), Singapura (USD10,6 miliar), Malaysia (USD8,5 miliar), Korea Selatan (USD6,7 miliar), Thailand (USD5,5 miliar), Belanda (USD4,6 miliar), dan Taiwan (USD4,1 miliar).

Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi mengatakan, ekspor ke beberapa negara tujuan nilainya mengalami kenaikan yang signifikan. Nilai ekspoor ke Pakistan mengalami kenaikan terbesar mencapai USD447,9 juta atau tumbuh 48,1 persen. Berikutnya, berikutnya adalah Arab Saudi, Australia, Thailand, Afrika Selatan, Djiibouti, Yaman, Pantai Gading, Alzajair, dan Oman yang mengalami kenaikan antara USD51 juta hingga USD343 juta atau tumbuh antara 4,7 persen hingga 164,3 persen.

"Thailand merupakan negara tujuan ekspor yang masuk dalam kelompok 10 pasar ekspor terbesar dan memiliki kenaikan nilai ekspor terbesar," kata Bayu dalam konferensi pers di Kantornya , Jakarta, Senin (4/3/2013).

Menurut Bayu, dilihat dari produknya, produk impor non migas yang mengalami pertumbuhan ekspor terbesar antara lain logam dasar lainya (HS 81) naik 227,3 persen, senjata dan amunisi (HS 93) naik 162,6 persen, sutera (HS 50) naik 142,4 persen, kulit berbulu (HS 43) naik 101,3 persen, gandum-ganduman (HS 10) naik 96,5 persen. Kendaraan dan bagiannya (HS 87) naik 45,9 persen dan seng ( HS 79) naik 39,5 persen.

"Sementara itu, produk non migas yang nilai ekspornya mengalami peningkatan terbesar adalah kendaraan dan bagiannya, kopi, teh dan rempah-remah, mesin pesawat, ikan dan udang, perhiasan, alas kaki, sabun, produk kimia, berbagai makanan olahan, dan benda-benda dari besi dan baja dengan kenaikan antara USD136 juta hingga USD1,5 miliar," jelasnya.

Pada kesempatan yang sama, Bayu juga menyampaikan bahwa neraca perdangangan non migas selama 2012 mengalami surplus hingga USD3,9 miliar. Namun, sektor migas mengalami defisit sebesar USD5,6 miliar. Defisit neraca perdagangan migas tahun lalu terutama dipicu tingginya permintaan ekspor Bahan Bakar Minyak (BBM) yang mecapai USD28,7 miliar atau naik 1,9 persen.

"Akibat tingginya impor BBM ini, neraca perdagangan kita menjadi defisit sebesar USD1,7 miliar selama 2012," pungkas dia.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5997 seconds (0.1#10.140)