Sanksi Rusia Bisa Menggerus Dominasi Dolar AS, Direktur IMF Memperingatkan
loading...
A
A
A
NEW YORK - Dominasi dolar Amerika Serikat atau USD dalam sistem moneter internasional berisiko mengalami 'fragmentasi' bertahap sebagai akibat dari sanksi keuangan yang dikenakan pada Rusia . Hal ini disampaikan Wakil Direktur Pelaksana pertama Dana Moneter Internasional atau IMF , Gita Gopinath kepada The Financial Times.
"Dolar akan tetap menjadi mata uang global utama bahkan dalam lanskap itu, tetapi fragmentasi pada tingkat yang lebih kecil tentu sangat mungkin," kata Gopinath dalam sebuah wawancara.
Pernyataann ini disampaikan saat rubel Rusia bangkit kembali terhadap dolar minggu ini, setelah ambruk pada awal bulan untuk menimbulkan pertanyaan tentang dampak sanksi AS dan sekutunya. Seperti diketahui sanksi berat telah dijatuhkan untuk mengisolasi Rusia dari sistem keuangan global.
Termasuk di antaranya membatasi akses bank terbesarnya ke transaksi yang dilakukan dalam dolar ketika perang selama perang Rusia Ukraina yang sudah sebulan terus berkecamuk.
Dia menambahkan, bahwa beberapa negara sudah menegosiasikan kembali mata uang yang mereka bayarkan untuk perdagangan. Selain itu, perang Rusia terhadap Ukraina akan memacu adopsi keuangan digital, dari cryptocurrency hingga stablecoin dan mata uang digital bank sentral, katanya.
IMF sebelumnya telah berbicara tentang erosi diam-diam dominasi dolar, seperti yang disorot dalam sebuah makalah kerja yang diterbitkan pada 24 Maret. Makalah ini menyoroti penurunan pangsa dolar sebagai cadangan internasional sejak pergantian abad, sebuah refleksi dari diversifikasi portofolio aktif oleh manajer cadangan bank sentral.
Dia sebelumnya mengatakan, sanksi terhadap Rusia tidak menandakan kehancuran dolar sebagai mata uang cadangan dan bahwa perang di Ukraina akan memperlambat pertumbuhan ekonomi global tetapi tidak akan menyebabkan resesi global.
"Dolar akan tetap menjadi mata uang global utama bahkan dalam lanskap itu, tetapi fragmentasi pada tingkat yang lebih kecil tentu sangat mungkin," kata Gopinath dalam sebuah wawancara.
Pernyataann ini disampaikan saat rubel Rusia bangkit kembali terhadap dolar minggu ini, setelah ambruk pada awal bulan untuk menimbulkan pertanyaan tentang dampak sanksi AS dan sekutunya. Seperti diketahui sanksi berat telah dijatuhkan untuk mengisolasi Rusia dari sistem keuangan global.
Termasuk di antaranya membatasi akses bank terbesarnya ke transaksi yang dilakukan dalam dolar ketika perang selama perang Rusia Ukraina yang sudah sebulan terus berkecamuk.
Dia menambahkan, bahwa beberapa negara sudah menegosiasikan kembali mata uang yang mereka bayarkan untuk perdagangan. Selain itu, perang Rusia terhadap Ukraina akan memacu adopsi keuangan digital, dari cryptocurrency hingga stablecoin dan mata uang digital bank sentral, katanya.
IMF sebelumnya telah berbicara tentang erosi diam-diam dominasi dolar, seperti yang disorot dalam sebuah makalah kerja yang diterbitkan pada 24 Maret. Makalah ini menyoroti penurunan pangsa dolar sebagai cadangan internasional sejak pergantian abad, sebuah refleksi dari diversifikasi portofolio aktif oleh manajer cadangan bank sentral.
Dia sebelumnya mengatakan, sanksi terhadap Rusia tidak menandakan kehancuran dolar sebagai mata uang cadangan dan bahwa perang di Ukraina akan memperlambat pertumbuhan ekonomi global tetapi tidak akan menyebabkan resesi global.
(akr)