4 Daftar Raja Rokok Terkaya Indonesia, Ada yang Genggam Harta Rp612,8 Triliun

Selasa, 05 April 2022 - 14:57 WIB
loading...
4 Daftar Raja Rokok...
Budi dan Michael Hartono, dua bersaudara pemilik raksasa bisnis Grup Djarum. FOTO/Istimewa
A A A
JAKARTA - Forbes Billionaire merilis daftar orang terkaya dari seluruh dunia termasuk Indonesia. Tahun lalu, Forbes merilis daftar orang terkaya di Indonesia dari berbagai kategori.

Urutan pertama ada Robert Budi dan Michael Hartono. Kedua bersaudara ini adalah pemilik raksasa bisnis Grup Djarum. Total kekayaan Budi dan Michael Hartono mencapai USD42,6 miliar atau setara Rp612,8 triliun.

Mayoritas publik di Tanah Air tidak asing dengan Grup Djarum. Namun banyak yang melihat Grup Djarum sebagai perusahaan rokok. Padahal usaha grup ini sesungguhnya menggurita di berbagai lini bisnis.



Di keuangan, misalnya, ada Bank Central Asia atau BCA. Bank dengan aset terbesar di Indonesia ini bagian dari Grup Djarum. Bisnis Grup Djarum lainnya di luar rokok, yakni elektronik melalui Hartono Istana Teknologi dengan produknya Polytron.

Ada juga bisnis makanan dan minuman hingga perkebunan lewat PT Hartono Plantation Indonesia, perusahaan pulp dan kertas, properti, investasi digital, telekomunikasi, yakni PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), hingga jaringan anjungan tunai mandiri alias ATM, yaitu Alto. Berikut pengusaha kaya raya yang menggeluti bisnis rokok di Indonesia.

Robert Budi Hartono dan Michael Hartono
Dua saudara ini dinobatkan sebagai orang terkaya nomor 1 di Indonesia. Menurut forbes.com di tahun 2021 dengan kekayaan mencapai USD42,6 miliar atau Rp612,8 triliun.

Robert Budi dan Michael Hartono memiliki investasi besar di BCA. Kekayaan keluarga dari perusahaan rokok Djarum dan perusahaan elektronik Polytron ini juga ada yang berbentuk aset properti di Jakarta.

Michael Bambang Hartono lahir di Kudus, Jawa Tengah pada 1941 dan memiliki nama China, Oei Gwie Siong. Ia mengenyam pendidikan di Kudus, dan sempat melanjutkan ke Universitas Diponegoro, Semarang. Namun pada 1963, dia kembali ke Kudus saat pabrik Djarum terbakar pada 1963.

Usai kebakaran dan kepergian sang ayah, Michael bersama adiknya Robert Budi Hartono membangun kembali Djarum, dan sukses membawanya sebagai produsen rokok kretek terbesar di Indonesia.

Grup Djarum juga terlibat dalam berbagai kegiatan, salah satunya membangun klub bulu tangkis yang dikenal PB Djarum melalui Djarum Foundation. Klub badminton di bawah naungan Djarum Super ini telah melahirkan pemain bulutangkis kelas internasional seperti Kevin Sanjaya Sukomuljo, Mohammad Ahsan hingga Tantowi Ahmad.



Tak tanggung-tanggung, Djarum juga merekrut para pelatih bulu tangkis andal seperti Liem Swie King, Ivana Lie, dan Susi Susanti sebagai pelatih klub tersebut. Jarak usia yang hanya setahun dari sang kakak Michael, Robert memiliki andil besar dalam melebarkan sayap Grup Djarum. Pada 1988, kakak beradik Hartono ini resmi menjadi pemegang saham mayoritas BCA melalui PT Dwimuria Investama Andalan.

Susilo Wonowidjojo
Susilo Wonowidjojo dan keluarganya merupakan pemilik perusahaan rokok Gudang Garam. Selain perusahaan rokok, Gudang Garam juga merambah di bidang infrastruktur seperti pembangunan jalan tol tahun 2019. Gudang Garam merupakan salah satu raksasa industri rokok yang berbasis di Kediri, Jawa Timur.

Susilo menjadi pucuk pimpinan Gudang Garam menggantikan kakaknya, Rachman Halim atau Tjoa To Hing, anak pertama Surya Wonowidjojo yang meninggal pada 27 Juli 2008 silam. Pemilik Gudang Garam ini merupakan orang ketiga konglomerat rokok terkaya di Indonesia.

Pada 2020 lalu, nilai kapitalisasi Gudang Garam di bursa saham mencapai Rp80,14 triliun per November 2020. Gudang Garam mulai merambah dunia perbankan, properti, elektronik, hingga teknologi digital. Susilo juga mengembangkan bandara internasional di Kediri.

Putera Sampoerna
Pria yang lahir 13 Oktober 1947 di Schiedam, Belanda ini mendirikan perusahaan rokok yang dikenal dengan merek Sampoerna melalui PT HM Sampoerna Tbk. Namun pada 2005 lalu HM Sampoerna diakuisisi perusahaan rokok raksasa dunia yakni Philip Morris sebesar USD5,2 miliar atau setara Rp48 triliun saat itu.

Meskipun sudah diakuisisi, hingga kini perusahaan tersebut masih menggunakan brand Sampoerna untuk meraih keuntungan di Tanah Air. Berdasarkan data Forbes, kekayaan Putera Sampoerna mencapai USD1,8 miliar atau setara Rp25,7 triliun.

Gurita bisnis di bawah Sampoerna Strategic Group meliputi agrikultur, keuangan, dan karet. Putera Sampoerna juga mendiringan Putera Sampoerna Foundation fokus di dunia pendidikan, di antaranya Sampoerna University, Sampoerna Academy, dan Sampoerna School System.

(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1907 seconds (0.1#10.140)