Pembukaan China dan Situasi Libya Picu Kenaikan Harga Minyak Dunia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Harga minyak mentah kembali melanjutkan kenaikan pada perdagangan siang hari ini. Menurut data bursa Intercontinental Exchange (ICE) Selasa (19/4/2022) hingga pukul 12:25 WIB, harga minyak Brent Juni 2022 tumbuh 0,13% di USD113,31 per barel. Sedangkan Brent Juli 2022 menguat 0,01% di USD111,95 per barel.
West Texas Intermediate (WTI) kontrak Mei 2022 di New York Mercantile Exchange (NYMEX) terkoreksi 0,11% di USD108,09 per barel, setelah sempat menguat di USD108,54 pada sesi pagi. Sementara WTI Juni 2022 turun 0,12% di USD107,48 per barel.
Kenaikan harga minyak hari ini dipicu sentimen pembukaan kawasan industri di Shanghai, China, setelah sempat ditutup menyusul lockdown Covid-19. Hal itu meringankan kekhawatiran terhadap permintaan, sekaligus melecut produksi minyak dunia, mengingat Beijing merupakan salah satu importir besar komoditas tersebut.
Kendati demikian, kenaikan harga minyak dinilai masih terbatas karena pembatasan mobilitas masih berlangsung di sejumlah wilayah.
"Agar kenaikan harga minyak bisa sustain, pembukaan kembali kota-kota di China diperlukan sebagai rebound ekonomi yang mendukung permintaan minyak," kata Direktur Pelaksana SPI Asset Management, Stephen Innes, dilansir Reuters, Selasa (19/4/2022).
Selain dari daratan Tirai Bambu, sentimen harga juga datang dari krisis politik yang terjadi di sebuah negara produsen minyak di Afrika, Libya. Negara itu dikabarkan kesulitan untuk mengirimkan minyak dari ladang terbesar mereka akibat protes politik.
"Penutupan industri minyak di Libya memperdalam kekhawatiran atas pasokan global yang ketat, ditambah krisis Ukraina yang berlarut-larut, mengimbangi kekhawatiran atas melambatnya permintaan China," kata Direktur Konsultan Energi Kedia Commodities, Ajay Kedia.
West Texas Intermediate (WTI) kontrak Mei 2022 di New York Mercantile Exchange (NYMEX) terkoreksi 0,11% di USD108,09 per barel, setelah sempat menguat di USD108,54 pada sesi pagi. Sementara WTI Juni 2022 turun 0,12% di USD107,48 per barel.
Kenaikan harga minyak hari ini dipicu sentimen pembukaan kawasan industri di Shanghai, China, setelah sempat ditutup menyusul lockdown Covid-19. Hal itu meringankan kekhawatiran terhadap permintaan, sekaligus melecut produksi minyak dunia, mengingat Beijing merupakan salah satu importir besar komoditas tersebut.
Kendati demikian, kenaikan harga minyak dinilai masih terbatas karena pembatasan mobilitas masih berlangsung di sejumlah wilayah.
"Agar kenaikan harga minyak bisa sustain, pembukaan kembali kota-kota di China diperlukan sebagai rebound ekonomi yang mendukung permintaan minyak," kata Direktur Pelaksana SPI Asset Management, Stephen Innes, dilansir Reuters, Selasa (19/4/2022).
Selain dari daratan Tirai Bambu, sentimen harga juga datang dari krisis politik yang terjadi di sebuah negara produsen minyak di Afrika, Libya. Negara itu dikabarkan kesulitan untuk mengirimkan minyak dari ladang terbesar mereka akibat protes politik.
"Penutupan industri minyak di Libya memperdalam kekhawatiran atas pasokan global yang ketat, ditambah krisis Ukraina yang berlarut-larut, mengimbangi kekhawatiran atas melambatnya permintaan China," kata Direktur Konsultan Energi Kedia Commodities, Ajay Kedia.
(uka)