Komoditas Kopi Pacu Pergerakan Koperasi dan UMKM
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengatakan bahwa komoditas kopi telah menggerakkan kinerja UMKM dan koperasi dari sisi hulu dan hilir. Buktinya, menurut Teten, 96% perkebunan kopi Indonesia dikuasai 1,3 juta petani dan lebih dari 2.950 kedai kopi dikelola anak muda dan pelaku ekonomi kreatif.
“Di tengah pandemi, kopi dan rempah adalah komoditas unggulan yang harus dikelola dengan baik, dikuasai inovasi teknologinya, punya nilai tambah, menyejahterakan petani, dan berkelanjutan," Teten Masduki dalam keterangan resmi, dikutip Senin (23/5/2022).
Menteri Teten menilai ada tiga tantangan untuk pengembangan kopi rakyat, di antaranya lemahnya kelembagaan usaha yang umumnya masih perorangan, rendahnya produktivitas dan kualitas produk UMKM dan koperasi, serta kesulitan akses pembiayaan dan pasar.
KemenKopUKM pun memberikan dukungan dari hulu dan hilir. Dari hulu, kementerian ingin melakukan penguatan kelembagaan usaha melalui korporatisasi petani kopi berbasis koperasi dan pengembangan model bisnis terintegrasi hulu-hilir dari mulai produksi, akses pembiayan, rantai pasok, dan pemasarannya.
Lebih lanjut, Menteri Teten menambahkan bahwa pihaknya sudah melakukan beberapa piloting terkait korporatisasi petani ini. Salah satunya adalah Koperasi Produsen Baitul Qiradh Baburrayyan di Aceh Tengah yang diusahakan untuk menguasai pasar ekspor 345,6 ton kopi arabica gayo ke pasar Amerika Serikat dan Eropa.
"Ini akan menjadi satu-satunya koperasi yang memiliki akses penjualan kopi langsung ke Starbucks," kata Menteri Teten.
Selain itu, terdapat juga Koperasi Klasik Beans-Sunda Hejo di Jawa Barat yang mengonsolidasikan petani perhutanan sosial dan akan memasok kopi specialty untuk kebutuhan dalam negeri dan mancanegara.
"Juga ada Koperasi Kopi Wanita Gayo (Kokowagayo) yang menjadi satu-satunya koperasi wanita di Asia Tenggara yang masuk dalam Organic Product Trading Company (OPTCO) Cafe Femenino,” tandasnya.
“Di tengah pandemi, kopi dan rempah adalah komoditas unggulan yang harus dikelola dengan baik, dikuasai inovasi teknologinya, punya nilai tambah, menyejahterakan petani, dan berkelanjutan," Teten Masduki dalam keterangan resmi, dikutip Senin (23/5/2022).
Menteri Teten menilai ada tiga tantangan untuk pengembangan kopi rakyat, di antaranya lemahnya kelembagaan usaha yang umumnya masih perorangan, rendahnya produktivitas dan kualitas produk UMKM dan koperasi, serta kesulitan akses pembiayaan dan pasar.
KemenKopUKM pun memberikan dukungan dari hulu dan hilir. Dari hulu, kementerian ingin melakukan penguatan kelembagaan usaha melalui korporatisasi petani kopi berbasis koperasi dan pengembangan model bisnis terintegrasi hulu-hilir dari mulai produksi, akses pembiayan, rantai pasok, dan pemasarannya.
Lebih lanjut, Menteri Teten menambahkan bahwa pihaknya sudah melakukan beberapa piloting terkait korporatisasi petani ini. Salah satunya adalah Koperasi Produsen Baitul Qiradh Baburrayyan di Aceh Tengah yang diusahakan untuk menguasai pasar ekspor 345,6 ton kopi arabica gayo ke pasar Amerika Serikat dan Eropa.
"Ini akan menjadi satu-satunya koperasi yang memiliki akses penjualan kopi langsung ke Starbucks," kata Menteri Teten.
Selain itu, terdapat juga Koperasi Klasik Beans-Sunda Hejo di Jawa Barat yang mengonsolidasikan petani perhutanan sosial dan akan memasok kopi specialty untuk kebutuhan dalam negeri dan mancanegara.
"Juga ada Koperasi Kopi Wanita Gayo (Kokowagayo) yang menjadi satu-satunya koperasi wanita di Asia Tenggara yang masuk dalam Organic Product Trading Company (OPTCO) Cafe Femenino,” tandasnya.
(uka)