Melimpah! Ini Harta Karun SDA Indonesia yang Jadi Incaran Asing

Rabu, 25 Mei 2022 - 16:22 WIB
loading...
Melimpah! Ini Harta Karun SDA Indonesia yang Jadi Incaran Asing
Potongan bijih bastnasite yang mengandung elemen logam tanah jarang (LTJ). Indonesia ternyata memiliki cadangan LTJ cukup melimpah. Foto/Ilustrasi/Reuters
A A A
JAKARTA - Indonesia merupakan negara yang memiliki sumber daya alam (SDA) yang melimpah, termasuk di sektor pertambangan. Sejumlah komoditas pertambangan seperti, batu bara, emas, nikel, tembaga, dan sebagainya, menjadi andalan Indonesia.

Di luar logam mulia, Indonesia juga memiliki potensi "harta karun" yang belum dikembangkan bernama logam tanah jarang (LTJ) atau rare earth element. Menariknya, di era serba elektronik ini, LTJ memiliki peran penting sehingga menjadi incaran pihak asing.



Mengutip dari buku yang berjudul "Potensi Logam Tanah Jarang di Indonesia" yang diterbitkan oleh Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi, Badan Geologi Kementerian ESDM tahun 2019, logam tanah jarang merupakan salah satu dari mineral strategis dan termasuk critical mineral yang berada di kerak bumi.

LTJ terdiri dari kumpulan unsur-unsur scandium (Sc), lanthanum (La), cerium (Ce), praseodymium (Pr), neodymium (Nd), promethium (Pm), samarium (Sm), europium (Eu), gadolinium (Gd), terbium (Tb), dysprosium (Dy), holmium (Ho), erbium (Er), thulium (Tm), ytterbium (Yb), lutetium (Lu) dan yttrium (Y).

Unsur-unsur ini memiliki konsentrasi yang tidak cukup tinggi, oleh karena itu sangat sukar untuk ditambang secara ekonomis. Mineral-mineral yang mengandung LTJ utama adalah bastnaesit, monasit, xenotim, zirkon, dan apatit.

Sumber daya logam tanah jarang dunia terdapat dalam beberapa tipe endapan. China merupakan negara penghasil logam tanah jarang terbesar di dunia. Negara itu mempunyai endapan LTJ dalam bentuk primer berupa produk sampingan dari tambang bijih besi, dan sekunder berupa endapan alluvial dan endapan lateritik.

Masih sedikit penelitian di Indonesia yang terkait dengan LTJ, sehingga saat ini belum ada data utuh terkait total sumber daya logam tanah jarang ini. Namun berdasarkan penelitian yang ada sebelumnya, sumber daya LTJ di Indonesia yang berhasil diteliti di beberapa wilayah tercatat mencapai 72.579 ton, yang berasal dari endapan plaser dan endapan lateritik.

Endapan plaser banyak ditemukan di Kepulauan Riau, Bangka Belitung, dan Kalimantan Selatan. Sementara endapan laterik terdapat di wilayah Parmonangan, Tapanuli, Sumatera Utara, di Ketapang, Kalimantan Barat, di Taan, Sulawesi Barat, dan di Banggai, Sulawesi Tengah. Endapan laterik dari sejumlah wilayah tersebut mencapai 20.579 ton.

Pada tahun 2014, Pusat Sumber Daya Geologi – Badan Geologi melakukan penelitian untuk mengetahui potensi sumber daya LTJ dalam endapan tailing di wilayah Pulau Bangka dengan menggunakan metode interpretasi remote sensing. Penelitian tersebut menemukan tebal endapan tailing 4 m s.d. 6 m, luas total endapan tailing 500.000 ha, sehingga diperoleh volume 5.500.000.000 m3. Dengan kadar total LTJ 9,5 gr/m3, maka tonase LTJ mencapai 52.387.500.000 gr atau 52.000 ton.

Logam tanah jarang juga ada di Mountain Pass Amerika Serikat. LTJ berada pada cebakan tipe karbonatit berukuran besar dipandang sebagai bagian masa batuan beku utama, yang berarti terbentuk bersama-sama dengan pembekuan batuan tersebut. Cebakan lain juga ditemukan di Olympic Dam di Australia Selatan tahun 1980-an. Cebakan raksasa ini mengandung sejumlah besar unsur-unsur tanah jarang dan uranium. Selain itu, tersebar juga di Rusia, Asia Selatan, Afrika bagian selatan, dan Amerika Latin.

LTJ dicari oleh banyak pihak karena dapat digunakan untuk peralatan sehari-hari, seperti memori komputer, DVD, baterai isi ulang, telepon seluler, konventer katalis, kendaraan bermotor, dan lain-lain. Penggunaan LTJ juga memicu berkembangnya material baru, sehingga memberikan perkembangan teknologi yang cukup signifikan dalam ilmu material.



Oleh karena itu, LTJ memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan industri maju berbasis teknologi yang ramah lingkungan. Seperti kendaraan bertenaga listrik, hingga hingga pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) seperti pembangkit listrik tenaga surya (PLTS), pembangkit listrik tenaga bayu/angin (PLTB).

Sumber daya alam Indonesia lainnya yang juga banyak menjadi incaran asing adalah nikel. Nikel merupakan unsur paling berlimpah kedua di inti bumi setelah besi. Berdasarkan booklet berjudul "Peluang Invetasi Nikel Indonesia" yang diterbitkan oleh Kementerian ESDM, Indonesia merupakan penghasil nikel terbesar di dunia dengan jumlah 72 juta ton Ni, yang termasuk limonite.

Sebanyak 90% cadangan nikel di Indonesia tersebar di Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Maluku Utara. Hingga saat ini, Indonesia menjadi patokan atau tolak ukur bagi negara lain yang ingin mengembangkan hasil tambang nikel.
(fai)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1674 seconds (0.1#10.140)