Harga Bensin di Amerika Serikat Tembus Rp73 Ribu per Galon Bikin Biden Pusing

Minggu, 12 Juni 2022 - 02:50 WIB
loading...
Harga Bensin di Amerika Serikat Tembus Rp73 Ribu per Galon Bikin Biden Pusing
Harga rata-rata bensin di Amerika Serikat (AS) mencapai lebih dari USD5 per galon atau setara Rp72.342 untuk pertama kalinya. Biasanya di AS penjualan BBM menggunakan istilah galon atau per galonnya. Foto/Dok
A A A
WASHINGTON - Harga rata-rata bensin di Amerika Serikat (AS) mencapai lebih dari USD5 per galon untuk pertama kalinya, berdasarkan data yang diperlihatkan AAA. Harga untuk satu galon (sekitar 3,7 liter) bensin yang mencapai USD5 atau setara Rp72.342 (Kurs Rp14,468 per USD) memperpanjang lonjakan biaya bahan bakar hingga mendorong kenaikan inflasi.

Harga rata-rata nasional untuk gas tanpa timbal reguler naik menjadi USD5,004 per galon pada 11 Juni dibandingkan USD4,986 pada sehari sebelumnya, menurut data AAA.



Seperti dilansir Reuters, harga bensin yang makin mahal membuat pusing bagi Presiden AS Joe Biden dan kongres Demokrat karena mereka berjuang untuk mempertahankan kendali atas kongres dengan pemilihan paruh waktu bakal digelar bulan November.



Biden telah menarik banyak tuas untuk mencoba menurunkan harga, termasuk rekor pelepasan barel dari cadangan strategis AS, keringanan aturan untuk memproduksi bensin musim panas, dan bersandar pada negara-negara OPEC utama untuk meningkatkan output.

Namun harga bahan bakar telah melonjak di seluruh dunia karena kombinasi reboundnya permintaan, sanksi terhadap produsen minyak Rusia setelah invasinya ke Ukraina dan tekanan pada kapasitas penyulingan.

Kehancuran Permintaan

Bagaimanapun perjalanan darat di AS tetap relatif kuat, hanya beberapa poin persentase di bawah tingkat pra-pandemi, bahkan ketika harga telah naik. Namun para ekonom memperkirakan, permintaan mungkin mulai menurun jika harga tetap di atas USD5 per barel

"Level USD5 adalah di mana kita bisa melihat jumlah kehancuran permintaan bensin yang sangat berat," kata Reid L'Anson, ekonom senior di Kpler.

Menyesuaikan dengan inflasi, rata-rata harga bensin AS masih sekitar 8% di bawah level tertinggi pada bulan Juni 2008 dengan sekitar USD5,41 per galon, menurut angka Departemen Energi AS.

Sementara itu pengeluaran konsumen sejauh ini tetap kuat bahkan dengan inflasi yang berjalan pada level tertinggi dalam lebih dari empat dekade ketika rumah tangga mendapat dukungan program bantuan pandemi dan pasar tenaga kerja yang ketat telah memicu kenaikan upah, terutama bagi pekerja berpenghasilan rendah.

Harga tinggi untuk bahan bakar bagi pengemudi datang saat perusahaan raksasa migas (minyak dan gas) membukukan keuntungan besar. Shell melaporkan rekor kinerja kuartal pada bulan Mei dan Chevron Corp dan BP telah membukukan angka terbaik mereka dalam satu dekade

Perusahaan besar lainnya, termasuk Exxon Mobil dan TotalEnergies, serta operator independen A.S., melaporkan kinerja apik yang telah mendorong pembelian kembali saham dan dividen.

Banyak perusahaan mengatakan mereka menghindari investasi berlebihan untuk meningkatkan output karena keinginan investor untuk menahan pengeluaran, daripada menanggapi harga di atas USD100 per barel yang telah bertahan selama berbulan-bulan.

Perusahaan penyuling telah berjuang untuk membangun kembali persediaan yang berkurang, terutama di Pantai Timur AS, yang mencerminkan adanya ekspor ke Eropa di mana mereka mencoba menghilangkan ketergantungan terhadap minyak Rusia.

Saat ini, penyulingan menggunakan sekitar 94% dari kapasitas mereka, tetapi secara keseluruhan kapasitas penyulingan AS telah turun, dengan setidaknya lima pabrik pengolahan minyak ditutup selama pandemi.

Kondisi itu telah membuat Amerika Serikat secara struktural kekurangan kapasitas pemurnian untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade, kata para analis.

(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1853 seconds (0.1#10.140)