Investasi Properti Jadi Peluang di Tengah Pandemi Corona
loading...
A
A
A
Agus Kriswandi Basyari
Pitaloka Land
Ada ahli ekonomi yang menyatakan bahwa dalam setiap krisis, seberat apa pun kondisinya, selalu terdapat crisis opportunity. Selalu ada peluang yang terjadi dalam kondisi sulit. Tentu peluang ini akan tercipta bagi orang yang mampu berpikir dan beradaptasi pada situasi demikian.
Mampu berpikir diartikan membuat terobosan yang inovatif dalam bentuk ide, gagasan, dan proses kreatif lainnya. Salah satu peluang yang lahir di tengah krisis pandemi korona adalah berinvestasi dalam bidang properti.
Krisis corona memberikan ruang dan waktu yang tepat untuk berinvestasi di properti. Mungkin bagi sebagian orang ide ini adalah gagasan yang kurang bijaksana, tetapi bagi sebagian yang lain ini akan melahirkan keuntungan yang luar biasa. (Baca: Korut Pasang Kembali Pengeras Suara di Sepanjang Perbatasan)
Pada krisis global pandemi korona ini lahir idiom baru, yaitu cash is king, pemegang uang tunai bagaikan seorang raja. Saat ini orang sulit mendapatkan uang tunai. Karena itu, mereka berlomba-lomba menjual aset untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat primer, di antaranya pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan biaya operasional seperti gaji karyawan atau THR yang memerlukan uang tunai.
Begitu pun yang terjadi pada developer, mereka akan menjual propertinya sesegera mungkin. Di sinilah peluang pemegang uang tunai berinvestasi pada waktu yang sangat tepat. Pemegang uang tunai atau biasa disebut investor bisa mendapatkan properti dengan harga murah. Biasanya developer akan mengurangi harga 25–30% dari harga normal. Bahkan, kalau kondisi developer itu sudah sangat kesulitan secara cash flow, bisa saja propertinya dijual hingga diskon 50%.
Pertimbangan lain memilih berinvestasi saat pandemi berkenaan dengan keuntungan yang diperoleh dari sisi positif investasi itu sendiri. Pertama, tidak ada sejarahnya investasi properti merugi karena nilai properti secara harga tidak memiliki kecenderungan turun, justru akan naik signifikan. Bahkan, investasi di properti bisa memiliki keuntungan antara 25–30% per tahun. (Baca juga: Begini Cara Menurunkan Perilaku Agresif Pada Anak)
Sisi positif kedua, berinvestasi di properti dapat dilakukan dengan modal antara 10–20% saja dari harga properti. Konsep ini bisa dilakukan dengan mengajukan fasilitas kredit pemilikan rumah kepada perbankan. Sebagai contoh, seandainya nilai properti seharga Rp500 juta, kita cukup menyiapkan Rp50 juta–Rp.100 juta. Walaupun hanya membayar sebesar itu, properti dapat dikuasai dan keuntungan yang timbul dapat dimanfaatkan sang investor.
Sisi positif berikutnya, berinvestasi di properti dapat menghasilkan keuntungan bulanan atau tahunan. Dalam hal ini, properti dapat disewakan kepada pihak lain. Tentu saja hal ini menjadikan properti sebagai salah satu pilihan yang paling tepat untuk berinvestasi.
Selanjutnya, sisi positif yang tidak kurang memiliki daya tarik cukup kuat, properti bisa dijadikan jaminan atau agunan. Artinya, seandainya si investor memiliki kebutuhan uang tunai, misalnya untuk permodalan, dia dapat mengajukan maksimal 80% dari harga properti. Dalam hal ini investor mendapatkan keuntungan ganda, yaitu masih memiliki aset dan usaha bisa berjalan. Kondisi ini merupakan konsep yang sangat strategis dari sisi pengembangan disertifikasi keuangan investor. (Lihat videonya: Lagi-lagi Pesepeda Menjadi Korban Pembegalan di Jakarta)
Sisi positif lainnya, properti bisa menjadi nilai identitas investor. Dalam kehidupan sosial, sering kali kedudukan seseorang dipandang dari sisi properti yang dimiliki. Semakin tinggi dan tumbuh properti yang dimiliki seseorang, semakin tinggi pula strata kehidupan sosial di masyarakat. Bagi sebagian orang, kedudukan ini dianggap memiliki arti yang sangat penting, terutama untuk mendongkrak nilai-nilai demi tercapainya tujuan tertentu.
Pitaloka Land
Ada ahli ekonomi yang menyatakan bahwa dalam setiap krisis, seberat apa pun kondisinya, selalu terdapat crisis opportunity. Selalu ada peluang yang terjadi dalam kondisi sulit. Tentu peluang ini akan tercipta bagi orang yang mampu berpikir dan beradaptasi pada situasi demikian.
Mampu berpikir diartikan membuat terobosan yang inovatif dalam bentuk ide, gagasan, dan proses kreatif lainnya. Salah satu peluang yang lahir di tengah krisis pandemi korona adalah berinvestasi dalam bidang properti.
Krisis corona memberikan ruang dan waktu yang tepat untuk berinvestasi di properti. Mungkin bagi sebagian orang ide ini adalah gagasan yang kurang bijaksana, tetapi bagi sebagian yang lain ini akan melahirkan keuntungan yang luar biasa. (Baca: Korut Pasang Kembali Pengeras Suara di Sepanjang Perbatasan)
Pada krisis global pandemi korona ini lahir idiom baru, yaitu cash is king, pemegang uang tunai bagaikan seorang raja. Saat ini orang sulit mendapatkan uang tunai. Karena itu, mereka berlomba-lomba menjual aset untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat primer, di antaranya pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan biaya operasional seperti gaji karyawan atau THR yang memerlukan uang tunai.
Begitu pun yang terjadi pada developer, mereka akan menjual propertinya sesegera mungkin. Di sinilah peluang pemegang uang tunai berinvestasi pada waktu yang sangat tepat. Pemegang uang tunai atau biasa disebut investor bisa mendapatkan properti dengan harga murah. Biasanya developer akan mengurangi harga 25–30% dari harga normal. Bahkan, kalau kondisi developer itu sudah sangat kesulitan secara cash flow, bisa saja propertinya dijual hingga diskon 50%.
Pertimbangan lain memilih berinvestasi saat pandemi berkenaan dengan keuntungan yang diperoleh dari sisi positif investasi itu sendiri. Pertama, tidak ada sejarahnya investasi properti merugi karena nilai properti secara harga tidak memiliki kecenderungan turun, justru akan naik signifikan. Bahkan, investasi di properti bisa memiliki keuntungan antara 25–30% per tahun. (Baca juga: Begini Cara Menurunkan Perilaku Agresif Pada Anak)
Sisi positif kedua, berinvestasi di properti dapat dilakukan dengan modal antara 10–20% saja dari harga properti. Konsep ini bisa dilakukan dengan mengajukan fasilitas kredit pemilikan rumah kepada perbankan. Sebagai contoh, seandainya nilai properti seharga Rp500 juta, kita cukup menyiapkan Rp50 juta–Rp.100 juta. Walaupun hanya membayar sebesar itu, properti dapat dikuasai dan keuntungan yang timbul dapat dimanfaatkan sang investor.
Sisi positif berikutnya, berinvestasi di properti dapat menghasilkan keuntungan bulanan atau tahunan. Dalam hal ini, properti dapat disewakan kepada pihak lain. Tentu saja hal ini menjadikan properti sebagai salah satu pilihan yang paling tepat untuk berinvestasi.
Selanjutnya, sisi positif yang tidak kurang memiliki daya tarik cukup kuat, properti bisa dijadikan jaminan atau agunan. Artinya, seandainya si investor memiliki kebutuhan uang tunai, misalnya untuk permodalan, dia dapat mengajukan maksimal 80% dari harga properti. Dalam hal ini investor mendapatkan keuntungan ganda, yaitu masih memiliki aset dan usaha bisa berjalan. Kondisi ini merupakan konsep yang sangat strategis dari sisi pengembangan disertifikasi keuangan investor. (Lihat videonya: Lagi-lagi Pesepeda Menjadi Korban Pembegalan di Jakarta)
Sisi positif lainnya, properti bisa menjadi nilai identitas investor. Dalam kehidupan sosial, sering kali kedudukan seseorang dipandang dari sisi properti yang dimiliki. Semakin tinggi dan tumbuh properti yang dimiliki seseorang, semakin tinggi pula strata kehidupan sosial di masyarakat. Bagi sebagian orang, kedudukan ini dianggap memiliki arti yang sangat penting, terutama untuk mendongkrak nilai-nilai demi tercapainya tujuan tertentu.
(ysw)