Pendidikan Vokasi Mampu Dongkrak Kompetensi Digital Kaum Milenial

Kamis, 23 Juni 2022 - 18:36 WIB
loading...
Pendidikan Vokasi Mampu Dongkrak Kompetensi Digital Kaum Milenial
Kompetensi digital kaum muda bisa didongkrak dengan pendidikan vokasi. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Hasil survei IMD World Digital Competitiveness Ranking pada 2021 menempatkan Indonesia pada peringkat 37 dunia dari total 64 negara. Data tersebut memperlihatkan Indonesia masih kalah dari segi daya saing digital bila dibandingkan beberapa negara di Asia Tenggara.



Gambaran serupa juga terungkap dari riset Universitas Indonesia dan International Labour Organization ( ILO ) terkait penyerapan lulusan balai latihan kerja (BLK) oleh dunia industri. Ditemukan bahwa penyerapan lulusan BLK hanya mencapai 59,9%.

Tauvik Muhamad, Manajer Proyek Pengembangan Keterampilan ILO, menegaskan Indonesia harus segera mempercepat peningkatan keterampilan kaum muda atau milenial. Terlebih, saat ini telah dikeluarkan Perpres No. 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan dan Pelatihan Vokasi. Dalam beleid itu, pelibatan unsur industri benar-benar ditekankan untuk mendorong peningkatan kualitas kompetensi kaum muda.

"Perpres ini berperan dalam membentuk badan yang mampu memberi masukan bagi penyusunan standar kompetensi, penyesuaian kurikulum vokasi dan akreditasi sesuai dengan kebutuhan industri," ujar Tauvik di acara Duduk Bareng Rosi dikutip, Kamis (22/6/2022).

Untuk memastikan keterlibatan industri dalam pengembangan modal manusia, Tauvik mengingatkan perlu adanya sebuah wadah yang memberikan kesempatan bagi industri untuk dapat memberikan kontribusi pengembangan keterampilan vokasi. Termasuk di dalamnya menyusun program standaridsasi kompetensi dan pelatihan vokasional di sektor-sektor industri yang banyak menyerap tenaga kerja.



“ILO bersama dengan Kementerian Perekonomian Bidang Perekonomian bekerja sama mempromosikan pendekatan sektor untuk membentuk Badan Keterampilan Sektor (BKS). ILO memberi dukungan teknis bagi Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) untuk mengimplementasikan peran-peran BKS dalam pengembangan keterampilan vokasi yang sesuai dengan permintaan pasar,” jelasnya.

Sementara itu, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Arsjad Rasjid mengingatkan bahwa tenaga kerja Indonesia harus mampu beradaptasi di era revolusi industri 4.0. Saat ini, ungkap Arsjad, adopsi digitalisasi perusahaan Indonesia baru sebesar 20%. Sementara di negara lain seperti Singapura, Korea, dan Tiongkok sudah mencapai 40%.

"Karena itu, agar SDM tetap mampu bersaing di era digital, perlu menambah skill dengan cara reskiling atau upskilling. Peningkatan lapangan pekerjaan juga harus sejalan dengan peningkatan investasi. Bila tidak diantisipasi, revolusi industri dapat bergeser menjadi revolusi sosial," terang Arsjad.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2553 seconds (0.1#10.140)