Dibayangi Krisis Rantai Pasok Global, Inflasi RI Diprediksi Terkendali

Jum'at, 01 Juli 2022 - 06:14 WIB
loading...
Dibayangi Krisis Rantai...
Krisis rantai pasokan global yang tengah terjadi diharapkan tak ikut mengerek inflasi di dalam negeri. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Krisis rantai pasokan global yang tengah terjadi diharapkan tak ikut mengerek inflasi di dalam negeri. Research Analyst BNI Sekuritas Maxi Liesyaputra meyakini inflasi di Indonesia masih dapat terkendali.

Menurut dia, pemerintah mampu meramu strategi untuk bertahan dari gempuran sentimen luar, seiring dengan pemulihan ekonomi domestik dari wabah Covid-19.

"Kita perkirakan inflasi akan terkendali di antara 3,42% - 3,98% sampai akhir tahun," kata Maxi dalam media gathering 'Market Outlook Semester II-2022' di Jakarta Selatan, dikutip Jumat (1/7/2022).

Baca Juga


Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini akan mengumumkan data inflasi terbaru yaitu untuk bulan Juni 2022 dan juga sepanjang semester I (year-to-date/ytd). Sebelumnya pada Mei 2022, Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi sebesar 3,55% secara tahunan (year-on-year/yoy).

Maxi menuturkan, kegiatan ekonomi dalam negeri sedang berangsur pulih menyusul geliat aktivitas masyarakat saat pelonggaran pembatasan. Seiring dengan hal itu, tingkat konsumsi diperkirakan akan ikut meningkat.

"Namun memang kita tetap waspada, kasus-kasus virus baru masih ada, cuma memang saat ini jauh dari tahun 2020," tukasnya.

Dia menilai pemerintah mampu menjaga stabilitas harga dari tekanan. Fundamental makro juga dinilai cukup bagus untuk merespons gejolak mancanegara, kendati api konflik Rusia-Ukraina masih membara.

"Kita lihat juga pemerintah tidak menaikkan harga BBM meskipun harga minyak mentah sempat melambung, pemerintah juga tidak menaikkan listrik. Jadi, paling tidak mudah-mudahan inflasi akan terkendali," tuturnya.



Pada bulan lalu, BPS mencatat bahwa secara bulanan inflasi IHK Mei 2022 sebesar 0,40% secara bulanan (month-to-month/mtm), atau lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat 0,95% (mtm).

Semerbak wangi optimisme tidak serta merta membuat aktivitas ekonomi kembali seperti sedia kala. Maxi mewaspadai ketidakpastian ekonomi global dapat membuat rupiah kian terpukul, mengingat lonjakan permintaan dolar Amerika Serikat (AS).



Data Bloomberg pada penutupan perdagangan di pasar spot Kamis (30/6) menunjukkan rupiah melemah 0,34% menjadi Rp14.903 per dolar AS.

"Rupiah memang sempat terjaga di Rp14.800an, cuma masih bisa bertahan di sana. Kalau sampai bergerak di atas Rp15.000, maka ini waspada," tandasnya.
(ind)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1252 seconds (0.1#10.140)