Rupiah diprediksi menuju Rp11.500/USD di 2014

Selasa, 17 Desember 2013 - 21:15 WIB
Rupiah diprediksi menuju Rp11.500/USD di 2014
Rupiah diprediksi menuju Rp11.500/USD di 2014
A A A
Sindonews.com - Pergerakan nilai tukar Rupiah dengan USD di tahun depan diyakini akan tetap menguat menuju Rp11.500. Sedangkan sepanjang tahun depan diperkirakan rata rata rupiah akan bergerak di level Rp11.000, lebih lemah dari rata rata tahun ini di level Rp10.460. Kondisi ini didukung oleh kembali menguatnya perekonomian di Eropa, AS, dan Cina di akhir tahun ini.

Hal ini disampaikan Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) Ryan Kiryanto yang mengingatkan tren Rupiah di akhir tahun masih akan melemah di Rp11.900.

Pelemahan tersebut didukung kinerja neraca pembayaran Indonesia yang menurun. Hal ini ditandai dengan trio defisit dan inflasi yang diproyeksikan 9,2-9,8% atau melampaui target Bank Indonesia.

Selain itu, pada Desember ini banyak permintaan valas oleh korporasi swasta dan BUM, seperti Pertamina untuk pembayaran impor dan utang yang jatuh tempo.

"Rata-rata nilai tukar Rupiah di tahun ini di level Rp10.460 karena awal tahunnya masih di level Rp9.760. Secara gradual di tahun depan akan membaik ke Rp11.000 hingga Rp11.500. Namun di tahun depan masih sulit ke level Rp10.000," ujar Ryan dalam jumpa persnya di Jakarta, Selasa (17/12/2013).

Dia juga memprediksi kebijakan tapering off oleh The Fed akan terjadi pada Maret tahun depan, bukannya Januari. Dia mengimbau investor tidak perlu panik akan langkah bank sentral AS membatasi dolarnya, mengingat pembatasan itu dilakukan bertahap dan The Fed masih akan mencetak dolarnya meski volumenya terbatas.

Terkait aliran dana asing yang keluar, dia menilai itu adalah hot money yang biasa keluar masuk, yang terkompensasi dengan hasil ekspor yang masuk.

Lebih lanjut, kata Ryan, dengan pemerintah tidak menaikkan harga subsidi bahan bakar minyak (BBM), maka pola inflasi akan kembali ke fluktuasi normal.

BI Rate pun tahun depan bisa dikoreksi di bawah level 7 persen. "Dengan BI Rate di bawah 7 persen LPS akan mengikuti. Jadi, no worries dengan rupiah dan BI Rate tahun depan. Saya yakin pemerintah tidak akan menaikkan BBM," tegasnya.

Di sisi lain, menguatnya ekonomi China secara cepat di atas ekspektasi, disinyalir akan berdampak positif bagi eksportir CPO asal Indonesia. Tiongkok sendiri di tahun 2014 akan membangun dua menara tertinggi yakni Sky City dan Shanghai Tower yang nantinya akan mengalahkan menara tertinggi di Dubai saat ini.

Dalam artian, Asia akan menjadi kekuatan ekonomi baru, dengan China sebagai pusatnya. "Dua mega proyek infrastruktur China akan menekan angka pengangguran mereka dan meningkatkan tingkat konsumsinya," ujarnya.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6356 seconds (0.1#10.140)