Wujudkan Eko-Eduwisata di Kawasan Konservasi Kabupaten Lebak
loading...
A
A
A
LEBAK - Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Pertanian (Kementan) menginisiasi program Flood Management in Selected River Basins (FMSRB) atau Pengelolaan Banjir di Daerah Aliran Sungai Terpilih di tiga wilayah di Provinsi Banten, yaitu di Serang, Pandeglang, dan Lebak.
Program FMSRB mencakup pengembangan dan rehabilitasi jaringan irigasi, serta memberdayakan secara langsung kelompok tani dengan ditopang teknik budidaya yang benar.
"Program yang terletak di daerah aliran sungai (DAS) Cidanau, Ciujung, dan Cidurian ini bertujuan memperbaiki kondisi lahan pertanian untuk mengendalikan erosi," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, Rahmat Yuniar.
Selain itu FMSRB juga bertujuan mengurangi limpasan melalui konservasi tanah dan air. Harapannya, program ini dapat meningkatkan pendapatan petani dalam pengelolaan DAS.
Salah satu wilayah terpilih untuk mengembangkan program FMSRB Dari Kementerian Pertanian adalah Kabupaten Lebak. Bupati Kabupaten Lebak, Iti Octavia Jayabaya, menyebutkan bahwa program dari Kementan ini penuh tantangan.
"Ini tugas berat karena kebiasaan masyarakat di Lebak ingin melihat dulu, baru kemudian ikut terlibat. Kita harus memberikan percontohan. Contohnya, di Citorek ada desa yang mengelola kebun stroberi, kita padukan dengan wisata alam pegunungan di sana. Pada 2016 masih terkendala pengelolaan kawasan hutan menjadi pertanian yang dikelola masyarakat," ucap Bupati yang pernah duduk di Komisi IV DPR-RI ini.
Kabupaten Lebak masuk kategori kabupaten tertinggal.Salah satu faktor penyebabnya ialah sedikitnya kepemilikan lahan oleh masyarakat, yaitu hanya seperempat hektare. Sebagian besar warga di Lebak pun bekerja sebagai buruh tani.
Dengan kehadiran program FMSRB diharapkan dapat menggenjot pertumbuhan perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Lebak, khususnya para petani.
Perkembangan FMSRB dalam payung utama konservasi dan optimasi lahan saat ini berfokus pada eko-eduwisata. Konsep ekowisata dengan penambahan unsur edukasi merujuk pada kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal, serta aspek pembelajaran.
Sebagai salah satu wilayah penerima program FMSRB, Kabupaten Lebak didorong menjadi pusat ekonomi baru di Provinsi Banten. Segenap upaya dilakukan pemda menjadikan Kabupaten Lebak sebagai destinasi wisata unggulan berbasis potensi lokal yang sebagian daerahnya meliputi wilayah pertanian dan perkebunan.
"Kami mengusung pariwisata dengan menggabungkan antara sisi modern dan tradisional sehingga terjadi pemberdayaan ekonomi keberlanjutan. Salah satunya suku Badui," kata Bupati Iti.
Kabupaten Lebak dengan topografi alam yang didominasi perbukitan, selain dikenal dengan potensi perkebunan, juga menyimpan potensi wisata yang mendukung penerapan konservasi lahan.
Bukit Curahem yang terletak di Jalan Raya Gunung Kencana, Desa Sukanegara, Kecamatan Gunung Kencana, ini merupakan kawasan wisata yang dikelola Badan Usaha Milik Desa (Bumdes).
Fasilitas Bukit Curahem yang terletak di ketinggian 800 meter di atas permukaan laut cukup lengkap, di antaranya tersedia area parkir kendaraan, warung UMKM, gazebo, rumah pohon, toilet umum, musala, meeting outdoor, spot swafoto, homestay, dan camping area.
Bukit Curahem menjadi contoh yang sesuai dengan penerapan eko-eduwisata. Lahan perkebunan yang terletak tepat di lereng–lereng bukit dan tersebar di barisan Gunung Kencana menjadikan kawasan bukit Curahem sebagai kawasan konservasi. CM
Program FMSRB mencakup pengembangan dan rehabilitasi jaringan irigasi, serta memberdayakan secara langsung kelompok tani dengan ditopang teknik budidaya yang benar.
"Program yang terletak di daerah aliran sungai (DAS) Cidanau, Ciujung, dan Cidurian ini bertujuan memperbaiki kondisi lahan pertanian untuk mengendalikan erosi," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, Rahmat Yuniar.
Selain itu FMSRB juga bertujuan mengurangi limpasan melalui konservasi tanah dan air. Harapannya, program ini dapat meningkatkan pendapatan petani dalam pengelolaan DAS.
Salah satu wilayah terpilih untuk mengembangkan program FMSRB Dari Kementerian Pertanian adalah Kabupaten Lebak. Bupati Kabupaten Lebak, Iti Octavia Jayabaya, menyebutkan bahwa program dari Kementan ini penuh tantangan.
"Ini tugas berat karena kebiasaan masyarakat di Lebak ingin melihat dulu, baru kemudian ikut terlibat. Kita harus memberikan percontohan. Contohnya, di Citorek ada desa yang mengelola kebun stroberi, kita padukan dengan wisata alam pegunungan di sana. Pada 2016 masih terkendala pengelolaan kawasan hutan menjadi pertanian yang dikelola masyarakat," ucap Bupati yang pernah duduk di Komisi IV DPR-RI ini.
Kabupaten Lebak masuk kategori kabupaten tertinggal.Salah satu faktor penyebabnya ialah sedikitnya kepemilikan lahan oleh masyarakat, yaitu hanya seperempat hektare. Sebagian besar warga di Lebak pun bekerja sebagai buruh tani.
Dengan kehadiran program FMSRB diharapkan dapat menggenjot pertumbuhan perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Lebak, khususnya para petani.
Perkembangan FMSRB dalam payung utama konservasi dan optimasi lahan saat ini berfokus pada eko-eduwisata. Konsep ekowisata dengan penambahan unsur edukasi merujuk pada kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal, serta aspek pembelajaran.
Sebagai salah satu wilayah penerima program FMSRB, Kabupaten Lebak didorong menjadi pusat ekonomi baru di Provinsi Banten. Segenap upaya dilakukan pemda menjadikan Kabupaten Lebak sebagai destinasi wisata unggulan berbasis potensi lokal yang sebagian daerahnya meliputi wilayah pertanian dan perkebunan.
"Kami mengusung pariwisata dengan menggabungkan antara sisi modern dan tradisional sehingga terjadi pemberdayaan ekonomi keberlanjutan. Salah satunya suku Badui," kata Bupati Iti.
Kabupaten Lebak dengan topografi alam yang didominasi perbukitan, selain dikenal dengan potensi perkebunan, juga menyimpan potensi wisata yang mendukung penerapan konservasi lahan.
Bukit Curahem yang terletak di Jalan Raya Gunung Kencana, Desa Sukanegara, Kecamatan Gunung Kencana, ini merupakan kawasan wisata yang dikelola Badan Usaha Milik Desa (Bumdes).
Fasilitas Bukit Curahem yang terletak di ketinggian 800 meter di atas permukaan laut cukup lengkap, di antaranya tersedia area parkir kendaraan, warung UMKM, gazebo, rumah pohon, toilet umum, musala, meeting outdoor, spot swafoto, homestay, dan camping area.
Bukit Curahem menjadi contoh yang sesuai dengan penerapan eko-eduwisata. Lahan perkebunan yang terletak tepat di lereng–lereng bukit dan tersebar di barisan Gunung Kencana menjadikan kawasan bukit Curahem sebagai kawasan konservasi. CM
(srf)