Jangan Kalah Oleh Robot, Miliki Kecakapan Digital di Era Industri 4.0
loading...
A
A
A
JAKARTA - Memasuki era industri keempat, peran teknologi semakin nyata dalam semua aspek kehidupan. Pesatnya perkembangan teknologi digital dan masifnya penggunaan internet di Indonesia memberikan peluang sekaligus tantangan.
Masyarakat harus mampu beradaptasi dan memanfaatkan teknologi digital dengan produktif, kreatif dan bijak agar tidak terlindas kerasnya digitalisasi.
Era digital memang memunculkan banyak profesi baru yang menjanjikan, namun fakta bahwa akan banyak pekerjaan manusia yang digantikan oleh robot atau diotomatisasi juga tak boleh diabaikan.
Di Indonesia sendiri, berdasarkan data terbaru APJII, pengguna internet telah mencapai sekitar 210 juta atau 77% dari populasi.
Dalam webinar bertema “Tantangan Masa Depan dengan Kemajuan Teknologi Informasi & Komunikasi”, Kamis (28/7), Dosen dan Founder Gainz Teknologi Yudhis Thiro Kabul Yunior menyatakan, digitalisasi telah masuk ke semua sektor, terlihat dari Industri berbasis teknologi yang terus tumbuh.
Anak-anak muda juga berlomba membangun startup teknologi, bahkan ada yang sudah mencapai status unicorn maupun decacorn seperti Gojek.
Hal itu juga sejalan dengan dampak ekonomi digital di Indonesia. Berdasarkan analisa McKinsey tahun 2018 pertumbuhan sektor ekonomi digital atau konsumsi online di Indonesia meningkat 30% yang berdampak pada munculnya profesi-profesi atau pekerjaan baru pada sektor ekonomi digital seperti kreator konten yang saat ini marak.
“Jadi, kita harus beradaptasi secepat mungkin dengan dunia digital. Contohnya menggunakan aplikasi untuk membuat konten kreatif yang bisa bermanfaat sebagai sarana promosi dalam berbisnis online,” ujarnya, dikutip Sabtu (30/7/2022).
“Selain itu, kita juga harus cakap menggunakan aplikasi bidang keuangan dan perbankan seperti dompet digital karena ke depan peredaran uang tunai akan semakin sedikit,” imbuh Yudhis dalam webinar yang ditujukan bagi komunitas di wilayah Sulawesi dan sekitarnya.
Dia menambahkan, kewirausahaan digital dan startup juga penting karena penggerak utama perekonomian di Indonesia adalah UMKM yang dalam istilah digitalnya disebut startup digital.
Pada kesempatan yang sama, Digital Trainer Steven Sondakh menuturkan pentingnya talenta digital dalam mendorong transformasi digital. Hal ini perlu disiapkan agar kemajuan teknologi tidak malah melibas dan melindas masyarakat.
Pasalnya, selain munculnya pekerjaan baru, teknologi memungkinkan pekerjaan di sejumlah sektor digantikan oleh robot atau diotomatisasi.
Contohnya transaksi di gerbang tol saat ini semakin otomatisasi dan tidak ada penjaganya lagi. Oleh karena itu, kata dia, penting untuk selalu meng-upgrade atau mengembangkan kemampuan diri terutama mengenai teknologi digital.
“Mulailah berpikir kritis serta kreatif dalam memanfaatkan teknologi digital demi menunjang perekonomian. Jangan hanya menjadi pengguna biasa dari teknologi digital tapi jadikan teknologi digital ini bermanfaat bagi kita,” tandasnya.
Sementara itu, Dosen Fikom Unisba dan Co Founder Japelidi Santi Indra Astuti menyayangkan bahwasanya penggunaan internet yang massif di Indonesia belum sebanding dengan peningkatan kualitas kecakapan dan keahlian saat menggunakan internet.
Tak hanya itu, Indeks Literasi Digital Indonesia saat ini di level 3,49 dengan pilar paling rendah pada aspek keamanan digital.
“Ini PR banget karena ketika kita melakukan apapun di internet, kita mengekspos diri kita dengan dunia luar yang tak terbatas, kalau tidak diamankan tentunya jadi warning dan berisiko untuk kita,” tukasnya.
Oleh sebab itu, lanjut dia, diperlukan upaya untuk meningkatkan kecakapan digital. Cakap digital merupakan pengetahuan dasar yang berkaitan dengan kemampuan seseorang memahami ragam perangkat keras dan lunak yang menyusun lanskap digital.
Jika tidak paham, seseorang akan mudah ditipu oleh algoritma atau menjadi sasaran kejahatan siber seperti phising atau pengelabuan.
“Jangan lupakan faktor keamanan digital sehingga kita tetap aman dan nyaman bermedia digital serta terhindar dari penipuan dan kejahatan digital,” pesan dia.
Selain itu, sambung Santi, bijaklah dalam bermedia sosial agar kita tidak keliru menggunakan fungsinya, serta berpikir kritis agar kita mampu menseleksinya.
“Tak kalah penting, tetap beretika di ruang digital agar tercipta ruang digital yang bermartabat dan menyenangkan,” tuturnya.
Dengan hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif di era industri 4.0.
Masyarakat harus mampu beradaptasi dan memanfaatkan teknologi digital dengan produktif, kreatif dan bijak agar tidak terlindas kerasnya digitalisasi.
Era digital memang memunculkan banyak profesi baru yang menjanjikan, namun fakta bahwa akan banyak pekerjaan manusia yang digantikan oleh robot atau diotomatisasi juga tak boleh diabaikan.
Di Indonesia sendiri, berdasarkan data terbaru APJII, pengguna internet telah mencapai sekitar 210 juta atau 77% dari populasi.
Dalam webinar bertema “Tantangan Masa Depan dengan Kemajuan Teknologi Informasi & Komunikasi”, Kamis (28/7), Dosen dan Founder Gainz Teknologi Yudhis Thiro Kabul Yunior menyatakan, digitalisasi telah masuk ke semua sektor, terlihat dari Industri berbasis teknologi yang terus tumbuh.
Anak-anak muda juga berlomba membangun startup teknologi, bahkan ada yang sudah mencapai status unicorn maupun decacorn seperti Gojek.
Hal itu juga sejalan dengan dampak ekonomi digital di Indonesia. Berdasarkan analisa McKinsey tahun 2018 pertumbuhan sektor ekonomi digital atau konsumsi online di Indonesia meningkat 30% yang berdampak pada munculnya profesi-profesi atau pekerjaan baru pada sektor ekonomi digital seperti kreator konten yang saat ini marak.
“Jadi, kita harus beradaptasi secepat mungkin dengan dunia digital. Contohnya menggunakan aplikasi untuk membuat konten kreatif yang bisa bermanfaat sebagai sarana promosi dalam berbisnis online,” ujarnya, dikutip Sabtu (30/7/2022).
“Selain itu, kita juga harus cakap menggunakan aplikasi bidang keuangan dan perbankan seperti dompet digital karena ke depan peredaran uang tunai akan semakin sedikit,” imbuh Yudhis dalam webinar yang ditujukan bagi komunitas di wilayah Sulawesi dan sekitarnya.
Dia menambahkan, kewirausahaan digital dan startup juga penting karena penggerak utama perekonomian di Indonesia adalah UMKM yang dalam istilah digitalnya disebut startup digital.
Pada kesempatan yang sama, Digital Trainer Steven Sondakh menuturkan pentingnya talenta digital dalam mendorong transformasi digital. Hal ini perlu disiapkan agar kemajuan teknologi tidak malah melibas dan melindas masyarakat.
Pasalnya, selain munculnya pekerjaan baru, teknologi memungkinkan pekerjaan di sejumlah sektor digantikan oleh robot atau diotomatisasi.
Contohnya transaksi di gerbang tol saat ini semakin otomatisasi dan tidak ada penjaganya lagi. Oleh karena itu, kata dia, penting untuk selalu meng-upgrade atau mengembangkan kemampuan diri terutama mengenai teknologi digital.
“Mulailah berpikir kritis serta kreatif dalam memanfaatkan teknologi digital demi menunjang perekonomian. Jangan hanya menjadi pengguna biasa dari teknologi digital tapi jadikan teknologi digital ini bermanfaat bagi kita,” tandasnya.
Sementara itu, Dosen Fikom Unisba dan Co Founder Japelidi Santi Indra Astuti menyayangkan bahwasanya penggunaan internet yang massif di Indonesia belum sebanding dengan peningkatan kualitas kecakapan dan keahlian saat menggunakan internet.
Tak hanya itu, Indeks Literasi Digital Indonesia saat ini di level 3,49 dengan pilar paling rendah pada aspek keamanan digital.
“Ini PR banget karena ketika kita melakukan apapun di internet, kita mengekspos diri kita dengan dunia luar yang tak terbatas, kalau tidak diamankan tentunya jadi warning dan berisiko untuk kita,” tukasnya.
Oleh sebab itu, lanjut dia, diperlukan upaya untuk meningkatkan kecakapan digital. Cakap digital merupakan pengetahuan dasar yang berkaitan dengan kemampuan seseorang memahami ragam perangkat keras dan lunak yang menyusun lanskap digital.
Jika tidak paham, seseorang akan mudah ditipu oleh algoritma atau menjadi sasaran kejahatan siber seperti phising atau pengelabuan.
“Jangan lupakan faktor keamanan digital sehingga kita tetap aman dan nyaman bermedia digital serta terhindar dari penipuan dan kejahatan digital,” pesan dia.
Selain itu, sambung Santi, bijaklah dalam bermedia sosial agar kita tidak keliru menggunakan fungsinya, serta berpikir kritis agar kita mampu menseleksinya.
“Tak kalah penting, tetap beretika di ruang digital agar tercipta ruang digital yang bermartabat dan menyenangkan,” tuturnya.
Dengan hadirnya program Gerakan Nasional Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI diharapkan dapat mendorong masyarakat menggunakan internet secara cerdas, positif, kreatif, dan produktif di era industri 4.0.
(ind)