Muda Usia Harus Matang Kerja

Senin, 29 Juni 2020 - 06:15 WIB
loading...
Muda Usia Harus Matang Kerja
Foto/Koran SINDO
A A A
JAKARTA - Masuknya sejumlah nama dari kalangan milenial di posisi komisaris dan direksi perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) harus dibuktikan dengan kerja nyata. Apalagi di tengah tantangan transformasi bisnis digital di semua sektor yang menuntut perubahan sangat cepat.

Penunjukkan anak-anak muda ini hendaknya juga tetap diikuti dengan profesionalisme serta menghindari adanya konflik kepentingan. Jangan sampai, penempatan sosok milenial di BUMN hanya simbol semata untuk mencitrakan sebuah perusahaan bergerak dinamis.

Di samping itu, jangan pula sampai terjadi penunjukan kaum milenial di kemudian hari justru menuai kontroversi seperti dialami staf khusus Presiden Joko Widodo beberapa bulan lalu. Untuk itu, perlu ditekankan bahwa bagaimanapun, integritas dan kapabilitas direksi dan komisaris milenial adalah nomor satu.

Pakar manajemen dari PPM School of Management Wahyu Tri Setyobudi mengatakan, kehadiran kaum milenial di jajaran tertinggi BUMN baik itu level direktur atau komisaris memberi pesan yang kuat bahwa pemerintah ingin mendobrak cara-cara lama dalam memantapkan transformasi organisasi. Cara tersebut, kata dia, agar BUMN siap menghadapi tantangan baru di masa depan. (Baca: Era new Normal, HIPMI Harus Beradaptasi Secara Bisnis dan Organisasi)

Menurutnya, era baru membutuhkan adaptasi menyeluruh bukan hanya dari sisi program kerja, namun mendasar pada mindset yang kemudian akan menjadi budaya. Dalam hal ini, diperlukan budaya yang terbuka, efisiensi, kolaborasi, dan agility (ketangkasan) agar organisasi bisa bertahan dan unggul.

“Untuk itu dibutuhkan kombinasi yang tepat antara generasi yang lebih senior, matang pengalaman, menguasai medan dan memiliki jaringan, dengan generasi milenial yang pendobrak, inovatif dan high achiever,” kata Wahyu kepada SINDO Media di Jakarta kemarin.

Seperti diketahui, Kementerian BUMN dalam beberapa pekan terakhir mengangkat direktur dan komisaris baru di lingkungan perusahaan pelat merah. Beberapa di antaranya adalah Fajrin Rasyid (34) tahun, yang dipercaya menjadi Direktur Digital Telkom; Fadli Rahman (33) menjadi Komisaris Pertamina Hulu Energi; Adrian Zakhary (33) sebagai Komisaris PTPN VIII, dan Septian Hario Seto (36) yang didapuk sebagai Komisaris BNI.

Wahyu menambahkan, para milenial ini tidak dapat hanya sekadar berbekal status kesuksesan di masa lalu. Namun, perlu menunjukkan kualitas kepemimpinan yang cukup besar untuk mengendalikan organisasi. Selain itu, jangan sampai terjadi pergerakan milenial yang biasanya ingin ‘berlari’ namun perusahaan sebagai kendaraannya justru tidak cukup untuk mendorong kecepatan perubahan yang diinginkan.

“Ini perlu diperhatikan agar strategi yang dikeluarkan tidak terasa absurd, dan mendelegitimasi kompetensi para milenial di jajaran direksi tersebut,” katanya. (Baca juga: Gara-gara Corona, 50% UMKM Berpotensi Gulung Tikar)

Pakar Marketing Yuswohady berpendapat, masuknya generasi muda ke level direksi di lingkungan BUMN merupakan tren yang tidak bisa dihindarkan. Menurutnya, ke depan usia direksi akan semakin muda dibandingkan saat ini.

"Namun, masuknya generasi muda bukan otomatis menjadi solusi membenahi suatu korporasi besar. Karena itu dibutuhkan anak muda yang punya kapabilitas dan leadership. Tantangan di korporasi sangat besar, seperti Telkom tentu punya struktur dan hierarki. Memang itu karakter korporasi," ujar Yuswohady.

Menurut Yuswohady, kalangan muda memiliki stigma over confidence, akan tetapi lemah dalam kinerja. Hal ini yang seringkali memicu konflik dengan generasi lebih senior.

Akan tetapi dia optimistis sosok anak muda seperti Fajrin yang berkarir di Telkom akan mengalami adaptasi yang lebih lancar. Hal itu disebabkan latar belakang pengalaman co-founder Bukalapak itu dan usianya yang sudah cukup matang.

"Dia memiliki leadership dan jam terbang yang cukup. Setidaknya dia akan mampu memberikan warna anak muda. Mungkin tidak akan menyelesaikan seluruh masalah di Telkom yang sangat besar. Tapi yang penting adalah perubahan kulturnya karena untuk kemampuan teknologi sudah dimiliki Telkom," ujarnya.

Lebih lanjut dia juga mengatakan, permasalahan organisasi juga dialami oleh korporasi besar lainnya seperti Indofood ataupun Astra. Dengan banyaknya jumlah karyawan dan volume bisnis tentu dampaknya adalah struktur birokrasi di korporasi tidak dapat lincah seperti perusahaan level startup. Tantangan lainnya adalah politik kantor yang juga membutuhkan pengalaman dalam menyelesaikannya. (Baca juga: Kasus Infeksi Covid-19 Tembus 10 Juta)

"Itu sebabnya banyak anak muda banyak yang gagal beradaptasi di korporasi atau lembaga pemerintahan. Kematangan dari pengalaman tentu bukan hal yang bisa dimanipulasi dan harus dibuktikan," ujarnya.

Fokus Digitalisasi

Pada sebuah kesempatan siaran langsung melalui kanal Youtube pekan lalu, beberapa komisaris dan direksi dari kalangan milenial yang baru ditunjuk menyampaikan pentingnya digitaliasi dalam proses bisnis di BUMN.

Komisaris PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VIII Adrian Zakhary misalnya. Menurutnya, perubahan konsep menuju digitalisasi menjadi keharusan di perusahaan perkebunan yang memiliki area luas di sisi produksi, pasca panen, hingga pemasaran.

“Perusahaan perkebunan itu memang hierarki yang kebanyakan masih sangat tradisional. Teknologi dimanfaatkan namun belum terlalu optimal. Kami punya konsep namanya perkebunan digital yang kita sosialisasikan dan kita kawinkan yang sudah dimiliki holding perkebunan. Ini sesuai dengan visi Presiden Joko Widodo melalui ketahanan pangan,” ungkapnya.

Dua juga menegaskan bahwa transforamsi digital tidak bisa sekadar masuk ranah sosmed, atau berjualan di e-commerce, tetapi harus lakukan secara menyoluruh dari hulu ke hilir.

Komisaris Pertamina Hulu Energi (PHE) Fadli Rahman mengungkatkan, perusahaan akan terus meningkatkan pemanfatan teknologi dan digitalisasi dengan melihat potensi sumur-sumur tua. PHE, ungkap dia, telah belajar dari perusahaan migas dunia seperti British Petroleum dan perusahaan lainnya yang sudah lebih dahulu melakukannya. (Baca juga: RUU HIP Seharusnta Perkuat Ideologi Bangsa, Bukan Buat Tafsir Baru)

"Tentunya itu sudah mulai dilkakukan. Yang sekarang kita analisa apakah dengan sumur-sumur tua yang kita punya akan ekonomis, ini sedang dikaji," ujar Fadli dalam diskusi virtual bertajuk "Indonesia Muda Club" yang diselenggarakan Kementerian BUMN pada Jumat (26/6/2020).

Adapun Direktur Digital Business PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (Telkom) Fajrin Rasyid mengatakan, bahwa pertumbuhan ekonomi digital Indonesia memiliki prospek yang cerah ke depan. Oleh karenanya, transformasi digital menjadi keharusan bagi setiap perusahaan, termasuk BUMN seperti Telkom.

Berdasarkan proyeksi Temasek, kata Fajrin, ekonomi digital Indonesia diperkirakan mencapai USD133 miliar atau lebih dari Rp1.500 triliun pada 2025. Satu hal yang menarik, bahwa Temasek membuat riset mengenai proyeksi ekonomi digital Indonesia sebanyak tiga kali dalam kurun waktu lima tahun terakhir.

Fajrin menjelaskan, Telkom juga menjadikan data ini sebagai masukan bagi pengembangan transformasi digital perusahaan. Menurutnya, Telkom terus meningkatkan digitalisasi guna mendorong efisiensi perusahaan, termasuk meningkatkan layanan customer experience. (Lihat videonya: Holangkan kesan Angker, Makan Nguwot Dicat Warna-Warni)

"Ini hal yang menarik karena selama 10 tahun terakhir itu konsumen menjadi instan. Media sosial membuat jarak orang dengan brand semakin dekat. Jumat kemarin ketika saya ditunjuk menjadi direktur Telkom, banyak ucapan selamat dan banyak juga komplain ke saya," tuturnya. (Ihsan Amin/Hafid Fuad)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1061 seconds (0.1#10.140)