Pasokan Gandum Terganggu, Mentan Beri Sinyal Harga Mi Instan Naik 3 Kali Lipat

Senin, 08 Agustus 2022 - 16:48 WIB
loading...
Pasokan Gandum Terganggu,...
Harga mi instan bisa terkerek hingga tiga kali lipat imbas tersendatnya pasokan gandum impor. Foto/MPI/Aldhi Chandra
A A A
JAKARTA - Perang Rusia-Ukraina yang berdampak pada terganggunya rantai pasok bahan makanan bisa berimbas pada kenaikan sejumlah produk makanan, salah satunya mi instan.

Tersendatnya pasokan gandum juga berpotensi mengerek harga mi instan di Tanah Air mengingat selama ini Indonesia ketergantungan impor komoditas tersebut.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menjelaskan, saat ini pasokan gandum Ukraina yang menjadi bahan baku pembuatan mi instan mengalami masalah. Bahkan, menurut dia, saat ini terdapat sekitar 180 juta ton gandum di Ukraina tidak bisa diekspor ke luar negeri.

"Jadi hati-hati yang makan mi banyak dari gandum, besok harganya 3 kali lipat itu. Maafkan saya, saya bicara ekstrem saja ini," ujar Mentan dalam webinar bersama Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Senin (8/8/2022).



Dia menerangkan, ketersediaan gandum dunia sebetulnya mencukupi. Namun, adanya konflik global yang membuat masalah pada rantai pasok bakal membuat harga gandum menjadi mahal.

"Ada gandumnya, tetapi harganya akan mahal banget, sementara kita impor terus ini. Kalau saya jelas tidak setuju, apapun kita makan saja, seperti singkong, sorgum, sagu," tukas pria asal Sulawesi itu.

Mentan mengakui kondisi ini memang bukan tantangan yang kecil, sehingga pemerintah daerah perlu menguatkan produktivitas pertanian guna menekan dampak negatif dari konflik global.



Bukan hanya gandum, masalah lain yang datang akibat konflik global tersebut adalah tersendatnya pasokan pupuk ke Indonesia, dimana saat ini Indonesia juga menjadi importir pupuk dari Rusia maupun Ukraina.

"Ukraina dan Rusia juga pemasok pupuk terbesar dunia, karena ada posfat, kalium yang terbesar, dan naiknya harga pupuk di dunia itu 3-5 kali lipat dari harga sekarang karena persolan konektivitas yang tidak berjalan normal," bebernya.

Untuk masalah ini, Mentan meminta petani maupun akademisi untuk memanfaatkan pupuk organik. Pasalnya, adanya konflik tersebut bakal membuat harga pupuk menjadi mahal, sehingga pemerintah kemungkinan mengurangi pupuk subsidi.



"Kalau tunggu pupuk subsidi pasti tidak bisa itu, kita adaptasi dengan cara kita, banyak orang yang sukses tanpa menggunakan pupuk subsidi," tandasnya.

"Semua kearifan lokal, misalnya air dicampur terasi, dicampur doa ternyata hasilnya bagus, kita coba pikir seperti itu. Saya berharap cara memupuk harus kita perbaiki, harus bisa, jangan tunggu pupuk turun, yang ada di dunia adalah krisis pupuk," imbuh Mentan.
(ind)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1936 seconds (0.1#10.140)