Lewat Open Banking, Inklusi Keuangan Terus Didorong
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nasabah perbankan konvensional yang beralih ke layanan digital terus meningkat. Mengakomodasi fenomena global ini, kerangka open banking diperlukan dalam mempercepat transformasi digital perbankan.
Open banking merupakan istilah yang merujuk pada sistem penyedia jaringan data lembaga keuangan melalui penggunaan aplikasi pemrograman antarmuka (application programming interface/API). Sistem ini memudahkan nasabah terhubung dengan bank untuk proses transaksi finansial dan nonfinansial.
Di berbagai kesempatan, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo telah menekankan pentingnya digitalisasi sistem pembayaran untuk mendorong pemulihan ekonomi dan industri keuangan nasional, sebagaimana tertuang dalam peluncuran sistem keuangan nasional, yaitu QRIS, SNAP dan FAST sebagai bagian dari Roadmap Open Banking 2025.
Di pembuka sesi bertajuk Inovasi Sistem Pembayaran Digital dalam Presidensi G20 (14/2), Perry menyebutkan sinergi dan koordinasi yang mencakup elektronifikasi, integrasi transformasi, serta digitalisasi UMKM sebagai salah satu dari tiga kunci inisiatif pembayaran digital untuk mendukung pemulihan ekonomi.
Berdasarkan laporan, lebih dari 20 juta UMKM yang terhubung dengan QRIS. Bank Indonesia menargetkan sebanyak 45 juta UMKM untuk terhubung dengan QRIS pada 2023. Di sisi lain, Bank Indonesia mencatat jumlah transaksi BI-FAST telah mencapai 87 juta transaksi dengan nilai Rp 339 triliun.
Sejumlah bank besar dan pemain fintech terkemuka juga telah mengumumkan pengadopsian SNAP untuk turut mendukung ekosistem open banking di Indonesia. Pertumbuhan digitalisasi perbankan di Indonesia perusahaan teknologi open finance Brankas berkomitmen turut mendorong inklusi keuangan khususny UMKM dengan menunjuk Husni Fuad sebagai Country Manager untuk Indonesia.
UMKM yang jumlahnya mencapai 63 juta di Indonesia, merupakan pendorong utama ekonomi dan lapangan kerja di negara ini. Namun, hanya 20% dari mereka memiliki akses ke perbankan dan layanan keuangan digital lainnya seperti pembayaran dan pembiayaan inventaris.
Di tengah kondusifnya ekosistem open banking di Indonesia, Husni bertujuan membawa perusahaan ke tingkat yang lebih tinggi dengan mengembangkan budaya kerja yang baik, memperkuat posisinya di industri open banking dan Banking as a services (BaaS) untuk perbankan, dan membangun ekosistem embedded finance yang lebih luas, sehingga perusahaan dapat menjadi pemimpin pasar di area-area tersebut di Indonesia.
Didirikan pada tahun 2016, Brankas saat ini beroperasi di enam negara dan telah bekerja sama dengan lebih dari 30 lembaga keuangan dan pemerintah untuk menyediakan akses ke layanan keuangan modern bagi penduduk yang kurang terlayani di kawasan Asia Tenggara.
Open banking dirancang untuk mendorong persaingan dan inovasi di sektor jasa keuangan, mendorong hadirnya produk digital baru, pengalaman pengguna yang lebih baik, dan pilihan pengguna yang lebih hebat. Open banking memungkinkan bank untuk menghasilkan pendapatan baru dari model bisnis platform dan bermitra dengan startup dan perusahaan teknologi untuk mengakses customer baru, berbagi data, dan berkolaborasi menciptakan produk digital baru.
Bergabung sebagai Country Manager Brankas untuk Indonesia, Husni memiliki lebih dari 20 tahun pengalaman di bidang teknologi dan strategi keuangan, dan telah membantu organisasi-organisasi mengadopsi teknologi baru untuk menjangkau pasar dan mencapai pertumbuhan pendapatan dengan cepat.
Dia juga membawa pengetahuan yang kuat di pasar lokal yang berfokus pada pelanggan. Husni pernah bekerja di Singapura dan AS, dan telah lama berkecimpung dalam bidang perangkat lunak fintech, core digital banking, platform pembayaran dan e-channel.
Husni berkomitmen untuk berkontribusi menuju ekonomi yang lebih efisien dan memicu pertumbuhan sesuai dengan standar peraturan dan kepatuhan yang ditetapkan oleh regulator, serta memberikan konsumen penawaran pembiayaan yang akan memudahkan mereka mendapatkan akses layanan keuangan yang lebih menguntungkan.
"Kami berkeinginan membantu perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk memahami peluang yang dibawa oleh open banking, BaaS, dan embedded finance; sehingga mereka dapat memanfaatkannya untuk mendorong adopsi produk dan layanan keuangan yang lebih luas seiring masyarakat Indonesia semakin beralih ke saluran keuangan digital," tambahnya.
Asia Tenggara masih bergulat dengan eksklusi keuangan jutaan orang, dengan lebih dari 70 persen populasi tetapnya kurang menggunakan atau belum terhubung sama sekali dengan layanan perbankan, dan 75 persen UKM belum memiliki akses ke kredit konvensional.
Open banking merupakan istilah yang merujuk pada sistem penyedia jaringan data lembaga keuangan melalui penggunaan aplikasi pemrograman antarmuka (application programming interface/API). Sistem ini memudahkan nasabah terhubung dengan bank untuk proses transaksi finansial dan nonfinansial.
Di berbagai kesempatan, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo telah menekankan pentingnya digitalisasi sistem pembayaran untuk mendorong pemulihan ekonomi dan industri keuangan nasional, sebagaimana tertuang dalam peluncuran sistem keuangan nasional, yaitu QRIS, SNAP dan FAST sebagai bagian dari Roadmap Open Banking 2025.
Di pembuka sesi bertajuk Inovasi Sistem Pembayaran Digital dalam Presidensi G20 (14/2), Perry menyebutkan sinergi dan koordinasi yang mencakup elektronifikasi, integrasi transformasi, serta digitalisasi UMKM sebagai salah satu dari tiga kunci inisiatif pembayaran digital untuk mendukung pemulihan ekonomi.
Berdasarkan laporan, lebih dari 20 juta UMKM yang terhubung dengan QRIS. Bank Indonesia menargetkan sebanyak 45 juta UMKM untuk terhubung dengan QRIS pada 2023. Di sisi lain, Bank Indonesia mencatat jumlah transaksi BI-FAST telah mencapai 87 juta transaksi dengan nilai Rp 339 triliun.
Sejumlah bank besar dan pemain fintech terkemuka juga telah mengumumkan pengadopsian SNAP untuk turut mendukung ekosistem open banking di Indonesia. Pertumbuhan digitalisasi perbankan di Indonesia perusahaan teknologi open finance Brankas berkomitmen turut mendorong inklusi keuangan khususny UMKM dengan menunjuk Husni Fuad sebagai Country Manager untuk Indonesia.
UMKM yang jumlahnya mencapai 63 juta di Indonesia, merupakan pendorong utama ekonomi dan lapangan kerja di negara ini. Namun, hanya 20% dari mereka memiliki akses ke perbankan dan layanan keuangan digital lainnya seperti pembayaran dan pembiayaan inventaris.
Di tengah kondusifnya ekosistem open banking di Indonesia, Husni bertujuan membawa perusahaan ke tingkat yang lebih tinggi dengan mengembangkan budaya kerja yang baik, memperkuat posisinya di industri open banking dan Banking as a services (BaaS) untuk perbankan, dan membangun ekosistem embedded finance yang lebih luas, sehingga perusahaan dapat menjadi pemimpin pasar di area-area tersebut di Indonesia.
Didirikan pada tahun 2016, Brankas saat ini beroperasi di enam negara dan telah bekerja sama dengan lebih dari 30 lembaga keuangan dan pemerintah untuk menyediakan akses ke layanan keuangan modern bagi penduduk yang kurang terlayani di kawasan Asia Tenggara.
Open banking dirancang untuk mendorong persaingan dan inovasi di sektor jasa keuangan, mendorong hadirnya produk digital baru, pengalaman pengguna yang lebih baik, dan pilihan pengguna yang lebih hebat. Open banking memungkinkan bank untuk menghasilkan pendapatan baru dari model bisnis platform dan bermitra dengan startup dan perusahaan teknologi untuk mengakses customer baru, berbagi data, dan berkolaborasi menciptakan produk digital baru.
Bergabung sebagai Country Manager Brankas untuk Indonesia, Husni memiliki lebih dari 20 tahun pengalaman di bidang teknologi dan strategi keuangan, dan telah membantu organisasi-organisasi mengadopsi teknologi baru untuk menjangkau pasar dan mencapai pertumbuhan pendapatan dengan cepat.
Dia juga membawa pengetahuan yang kuat di pasar lokal yang berfokus pada pelanggan. Husni pernah bekerja di Singapura dan AS, dan telah lama berkecimpung dalam bidang perangkat lunak fintech, core digital banking, platform pembayaran dan e-channel.
Husni berkomitmen untuk berkontribusi menuju ekonomi yang lebih efisien dan memicu pertumbuhan sesuai dengan standar peraturan dan kepatuhan yang ditetapkan oleh regulator, serta memberikan konsumen penawaran pembiayaan yang akan memudahkan mereka mendapatkan akses layanan keuangan yang lebih menguntungkan.
"Kami berkeinginan membantu perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk memahami peluang yang dibawa oleh open banking, BaaS, dan embedded finance; sehingga mereka dapat memanfaatkannya untuk mendorong adopsi produk dan layanan keuangan yang lebih luas seiring masyarakat Indonesia semakin beralih ke saluran keuangan digital," tambahnya.
Asia Tenggara masih bergulat dengan eksklusi keuangan jutaan orang, dengan lebih dari 70 persen populasi tetapnya kurang menggunakan atau belum terhubung sama sekali dengan layanan perbankan, dan 75 persen UKM belum memiliki akses ke kredit konvensional.
(nng)