Sulsel Alami Deflasi 0,27 Persen, Dipicu Dua Kelompok Pengeluaran
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) mengalami deflasi sebesar 0,27 persen secara month to month (mtm) pada bulan Agustus 2022. Lebih rendah dibandingkan bulan Juli lalu yang tercatat inflasi 1,12 persen (mtm).
Secara spasial, dari 5 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), yaitu Bulukumba, Makassar, Palopo, Parepare, dan Watampone, hanya satu daerah yang mengalami inflasi bulanan. Kota Palopo mengalami inflasi sebesar 0,26 persen.
Secara tahun kalender, inflasi Sulsel tercatat sebesar 3,79 persen secara year to date (ytd), menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,07 persen (ytd). Sementara itu, inflasi tahunan Sulsel tercatat sebesar 5,03 persen (yoy).
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulsel , Fadjar Marjadi menguraikan deflasi bulanan di Sulsel utamanya disumbang oleh dua kelompok pengeluaran.
Makanan, Minuman, dan Tembakau dan Kelompok Transportasi dengan andil deflasi masing-masing sebesar 0,25 persen dan 0,12 persen (mtm).
"Deflasi Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau yang tercatat sebesar 0,81 persen dipengaruhi oleh penurunan harga bawang merah, cabai rawit, minyak goreng, daging ayam ras, dan cabai merah," sebut Fadjar.
"Sementara itu, deflasi Kelompok Transportasi yang tercatat sebesar 1,02 persen disebabkan oleh penurunan harga tarif angkutan udara dipengaruhi oleh penurunan permintaan pasca libur dan harga avtur dunia," sambungnya.
Menurut Fadjar, deflasi lebih dalam tertahan oleh inflasi pada Kelompok Pakaian dan Alas Kaki dan Kelompok Perlengkapan, Peralatan, dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga yang masing-masing memiliki andil inflasi sebesar 0,03 persen dan 0,02 persen (mtm).
Dalam rangka menguatkan langkah-langkah pengendalian inflasi pangan dari sisi suplai, Bank Indonesia bersinergi dengan Kementerian/Lembaga (K/L) dan stakeholder lainnya untuk melaksanakan program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).
Secara spasial, dari 5 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), yaitu Bulukumba, Makassar, Palopo, Parepare, dan Watampone, hanya satu daerah yang mengalami inflasi bulanan. Kota Palopo mengalami inflasi sebesar 0,26 persen.
Secara tahun kalender, inflasi Sulsel tercatat sebesar 3,79 persen secara year to date (ytd), menurun dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,07 persen (ytd). Sementara itu, inflasi tahunan Sulsel tercatat sebesar 5,03 persen (yoy).
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sulsel , Fadjar Marjadi menguraikan deflasi bulanan di Sulsel utamanya disumbang oleh dua kelompok pengeluaran.
Makanan, Minuman, dan Tembakau dan Kelompok Transportasi dengan andil deflasi masing-masing sebesar 0,25 persen dan 0,12 persen (mtm).
"Deflasi Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau yang tercatat sebesar 0,81 persen dipengaruhi oleh penurunan harga bawang merah, cabai rawit, minyak goreng, daging ayam ras, dan cabai merah," sebut Fadjar.
"Sementara itu, deflasi Kelompok Transportasi yang tercatat sebesar 1,02 persen disebabkan oleh penurunan harga tarif angkutan udara dipengaruhi oleh penurunan permintaan pasca libur dan harga avtur dunia," sambungnya.
Menurut Fadjar, deflasi lebih dalam tertahan oleh inflasi pada Kelompok Pakaian dan Alas Kaki dan Kelompok Perlengkapan, Peralatan, dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga yang masing-masing memiliki andil inflasi sebesar 0,03 persen dan 0,02 persen (mtm).
Dalam rangka menguatkan langkah-langkah pengendalian inflasi pangan dari sisi suplai, Bank Indonesia bersinergi dengan Kementerian/Lembaga (K/L) dan stakeholder lainnya untuk melaksanakan program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).