Deflasi Hantam RI 5 Bulan Beruntun, Ekonom Muhammadiyah: Ini Tanda Bahaya!

Minggu, 06 Oktober 2024 - 21:01 WIB
loading...
Deflasi Hantam RI 5...
Direktur Program Pascasarjana ITB Ahmad Dahlan Jakarta sekaligus ekonom Muhammadiyah, Mukhaer Pakkanna. FOTO/dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - Selama lima bulan berturut-turut, dari Mei hingga September 2024, Indonesia mengalami fenomena deflasi . Periode ini seharusnya ditandai dengan kenaikan inflasi, terutama karena adanya perayaan Idul Adha, tahun ajaran baru, serta dinamika politik jelang Pemilu. Namun, roda ekonomi tampak lesu, yang justru mengarah pada patologi deflasi.

Menurut Direktur Program Pascasarjana ITB Ahmad Dahlan Jakarta sekaligus ekonom Muhammadiyah, Mukhaer Pakkanna, kondisi ini adalah tanda bahaya ketimpangan ekonomi yang semakin parah.

"Deflasi tidak hanya disebabkan oleh melemahnya daya beli masyarakat, tetapi juga penurunan permintaan agregat dan berkurangnya uang beredar. Orang-orang kaya cenderung menahan uang mereka di bank, bahkan mengalihkannya ke luar negeri alias capital outflow karena berasumsi adanya simpton ketidakpastian ekonomi dan politik nasional, akibatnya nilai kurs rupiah pun makin terjerumus," ujarnya dikutip Minggu (6/10/2024).



Mukhaer menambahkan, pelambatan aktivitas ekonomi juga terjadi akibat penurunan permintaan barang. "Produksi sudah terdongkrak, tetapi permintaan melemah. Akibatnya, banyak barang tidak terserap pasar dan aktivitas ekonomi melambat," jelasnya.

Fenomena ini turut berdampak pada Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) besar-besaran, terutama di industri manufaktur. Data Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS) yang dikutip Mukhaer menunjukkan adanya peningkatan tajam pada tabungan orang kaya.

"Pertumbuhan simpanan di atas Rp 2 miliar naik drastis seperti yang terjadi pada Maret 2024 sebesar 8,9% kemudian naik menjadi 10,11% pada April 2024, sedangkan simpanan di bawah Rp 500 juta melambat dan simpanan di bawah Rp 100 juta merosot. Ini mencerminkan distribusi kekayaan yang semakin tidak merata, sehingga menambah jurang ketimpangan," tambahnya.

Baca Juga: Sri Mulyani Ungkap Soal Deflasi Hantam RI 5 Bulan Beruntun, Pertanda Apa?

Pada Agustus 2024, tabungan orang kaya mencapai Rp 4,245 triliun, sementara mereka yang tidak punya tabungan makin terdorong ke dalam kemiskinan. Mukhaer juga menolak pandangan positif pemerintah terkait deflasi. "Komentar Menteri Keuangan bahwa deflasi adalah tanda positif itu bullshit. Deflasi justru mengirim pesan jelas bahwa ketimpangan pendapatan semakin akut dan kita sedang menuju krisis yang lebih besar," tegasnya.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1104 seconds (0.1#10.140)