Optimalisasi Aset, PT Kai Jual Nama-nama stasiun Bersejarah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Niaga PT KAI (Kereta Api Indonesia) Hadis Surya Palapa mengatakan, ke depan perseroan bakal melakukan optimalisasi aset perseroan dengan cara "menjual" nama stasiun kereta yang sudah eksisting. Semua penjualan ke swasta itu akan dilakukan secara bertahap.
"Bakal dilepas semua kok pada akhirnya, tapi bakal bertahap. Jadi masing-masing punya strateginya, tetapi kalu misal seperti properti, itu kan dia tidak jual kaveling depan terlebih dahulu," ujar Hadis dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (9/9/2022).
Saat ini setidaknya PT KAI bakal melepas 10 stasiun ke pihak swasta, yang nantinya stasiun tersebut bakal dinamai sendiri oleh swasta yang membelinya.
Pada fase pertama terdapat 10 stasiun yang ditawarkan kepada swasta untuk dimiliki hak penamaannya, yaitu Stasiun Pasar Senen, Jatinegara, Tanah Abang, Tebet, Cikini, Sudirman, Juanda, Manggarai, Gondangdia, dan Palmerah.
Namun pada tahap selanjutnya, seluruh stasiun milik KAI dimungkinkan untuk diberikan hak penamaannya kepada swasta. Bukan hanya di Jakarta, namun seluruh Indonesia.
Termasuk stasiun ikonik yang ada di daerah, di Jakarta misalnya ada stasiun Jakarta Kota dan Gambir, yang memungkin untuk diberikan hak penamaanya kepada pemodal. Bahkan stasiun melegenda yang sempat dibuatkan narasi lagu seperti Staisun Solo Balapan, juga bakal dilepas ke swasta untuk diberikan nama baru.
"Kalau dari optimalisasi aset terus terang saat ini belum kita galakan secara maksimal," sambung Hadis.
Hadis menjelaskan pihak swasta dari sektor mana pun boleh mengambil alih hak nama dari staisun yang saat ini sudah eksisting, asal perusahaan tersebut tidak memiliki brand minuman alkhohol maupun rokok.
Konsultan Pendamping Naming Rights PT KAI, Ajie Rinaldi, menambahkan PT KAI tetap bakal mengakurasi brand yang ingin memiliki hak penamaan pada sebuah stasiun. Pasalnya, semua orang punya cerita di masing-masing stasiun sehingga perlu dipahami bahwa sedemikian besar nama KAI beserta nama stasiunnya.
"Jadi kalau kita bicara misalnya betapa fisolifisnya Gambir semua orang mengamini bahwa Gambir adalah ikonnya Jakarta, itu yang mahal. Jadi naming ini sebetulnya menjadi hal yang cukup sakral," sambungnya.
Adapun benefit yang ditawarkan KAI kepada perusahaan yang ingin membeli hak penamaan stasiun, nantinya nama brand milik perusahaan akan diterapkan dalam berbagai penyebutan baik audio maupun visual di berbagai media seperti, signage, wayfinding, peta jalur, announcement, dan berbagai publikasi lainnya terkait stasiun tersebut.
"Bakal dilepas semua kok pada akhirnya, tapi bakal bertahap. Jadi masing-masing punya strateginya, tetapi kalu misal seperti properti, itu kan dia tidak jual kaveling depan terlebih dahulu," ujar Hadis dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (9/9/2022).
Saat ini setidaknya PT KAI bakal melepas 10 stasiun ke pihak swasta, yang nantinya stasiun tersebut bakal dinamai sendiri oleh swasta yang membelinya.
Pada fase pertama terdapat 10 stasiun yang ditawarkan kepada swasta untuk dimiliki hak penamaannya, yaitu Stasiun Pasar Senen, Jatinegara, Tanah Abang, Tebet, Cikini, Sudirman, Juanda, Manggarai, Gondangdia, dan Palmerah.
Namun pada tahap selanjutnya, seluruh stasiun milik KAI dimungkinkan untuk diberikan hak penamaannya kepada swasta. Bukan hanya di Jakarta, namun seluruh Indonesia.
Termasuk stasiun ikonik yang ada di daerah, di Jakarta misalnya ada stasiun Jakarta Kota dan Gambir, yang memungkin untuk diberikan hak penamaanya kepada pemodal. Bahkan stasiun melegenda yang sempat dibuatkan narasi lagu seperti Staisun Solo Balapan, juga bakal dilepas ke swasta untuk diberikan nama baru.
"Kalau dari optimalisasi aset terus terang saat ini belum kita galakan secara maksimal," sambung Hadis.
Hadis menjelaskan pihak swasta dari sektor mana pun boleh mengambil alih hak nama dari staisun yang saat ini sudah eksisting, asal perusahaan tersebut tidak memiliki brand minuman alkhohol maupun rokok.
Konsultan Pendamping Naming Rights PT KAI, Ajie Rinaldi, menambahkan PT KAI tetap bakal mengakurasi brand yang ingin memiliki hak penamaan pada sebuah stasiun. Pasalnya, semua orang punya cerita di masing-masing stasiun sehingga perlu dipahami bahwa sedemikian besar nama KAI beserta nama stasiunnya.
"Jadi kalau kita bicara misalnya betapa fisolifisnya Gambir semua orang mengamini bahwa Gambir adalah ikonnya Jakarta, itu yang mahal. Jadi naming ini sebetulnya menjadi hal yang cukup sakral," sambungnya.
Adapun benefit yang ditawarkan KAI kepada perusahaan yang ingin membeli hak penamaan stasiun, nantinya nama brand milik perusahaan akan diterapkan dalam berbagai penyebutan baik audio maupun visual di berbagai media seperti, signage, wayfinding, peta jalur, announcement, dan berbagai publikasi lainnya terkait stasiun tersebut.
(uka)