Ekspor Indonesia Catat Rekor Tertinggi dalam Sejarah, Ini Buktinya

Senin, 19 September 2022 - 15:32 WIB
loading...
Ekspor Indonesia Catat Rekor Tertinggi dalam Sejarah, Ini Buktinya
Ekspor Indonesia mencatatkan rekor tertinggi dalam sejarah. FOTO/dok.Reuters
A A A
JAKARTA - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan bahwa kontribusi APBN sebagai shock absorber melalui kebijakan subsidi dan kompensasi energi turut menjaga pemulihan ekonomi secara keseluruhan agar tetap berkesinambungan.

Hal itu ditandai dengan ekspor Indonesia Agustus 2022 yang kembali mencatatkan kinerja positif dengan nilai USD27,91 miliar atau tumbuh kuat sebesar 30,15% (yoy) dan 9,17% (mtm). Ekspor tersebut tercatat sebagai ekspor tertinggi sepanjang masa.

Secara kumulatif, nilai ekspor dan neraca perdagangan Januari – Agustus 2022 masing-masing tercatat sebesar USD194,6 miliar dan USD34,9 miliar, keduanya merupakan rekor tertinggi dalam sejarah ekonomi Indonesia.

"Tingginya nilai ekspor ini tentunya akan semakin memperkuat pertumbuhan ekonomi Indonesia. Ditambah dengan konsumsi masyarakat yang diharapkan akan terus menguat seiring semakin terkendalinya pandemi yang bahkan telah dideklarasikan hampir selesai oleh WHO, serta Pengeluaran pemerintah yang juga meningkat di tengah penyaluran berbagai program seperti bantuan sosial, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2022 diperkirakan akan sesuai atau bahkan melebihi target Pemerintah," kata Febrio di Jakarta, Senin (19/9/2022).



Lebih lanjut Febrio mengungkapkan, peningkatan ekspor Indonesia di bulan Agustus 2022 didorong oleh ekspor migas yang masih tumbuh sangat tinggi mencapai 64,46% (yoy) dan ekspor non migas mencapai 28,39% (yoy). Dari sisi sektoral, sektor pertambangan mencatatkan pertumbuhan tertinggi mencapai 63,17% (yoy), disusul pertanian yang tumbuh 31,17% (yoy) dan manufaktur yang tumbuh mencapai 20,61% (yoy).

"Capaian ini mencerminkan bahwa Indonesia masih menikmati keuntungan dari adanya kenaikan harga komoditas. Selain itu, pertumbuhan manufaktur juga mengindikasikan bahwa aktivitas ekonomi Indonesia yang bernilai tambah tinggi semakin meningkat. Ke depan, meskipun di tengah risiko seperti perlambatan ekonomi Tiongkok, ekspor diperkirakan melanjutkan kinerja yang baik dari bulan sebelumnya," lanjut Febrio.

Selain ekspor, impor Indonesia juga mencatatkan kinerja positif mencapai USD22,15 miliar dengan pertumbuhan 32,81% (yoy) dan 3,77% (mtm). Kinerja impor ini juga merupakan capaian tertinggi dari yang pernah terjadi. Tumbuhnya impor antara lain didukung oleh kinerja sektor manufaktur yang tercermin dari Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia pada bulan Agustus 2022 yang terus melanjutkan ekspansi.

Peningkatan impor didorong oleh impor migas yang tumbuh sangat tinggi 80,63% (yoy) dan impor non-migas tumbuh 26,11% (yoy). Dari sisi penggunaan, impor barang modal mencatatkan pertumbuhan tertinggi mencapai 46,74% (yoy) dan disusul bahan baku 35,4% (yoy). Sementara impor barang konsumsi masih mengalami pertumbuhan.

"Tumbuhnya impor barang modal dan bahan baku mengindikasikan menggeliatnya aktivitas investasi dan produksi dalam negeri," tambah Febrio.



Dia mengatakan penguatan aktivitas konsumsi masyarakat akan terus dijaga melalui instrumen APBN dengan menjaga daya beli masyarakat melalui kebijakan stabilisasi harga, perlindungan sosial, dan lainnya. Dengan menguatnya komponen ekspor dan impor, Indonesia kembali mencatatkan surplus neraca perdagangan yang mencapai USD5,76 miliar. Secara kumulatif surplus neraca perdagangan sejak Januari hingga Agustus 2022 mencapai USD34,92 miliar. Capaian ini juga menandakan surplus yang terjadi selama 28 bulan berturut-turut.

"Ke depan, ekspor diperkirakan melanjutkan kinerja yang baik dari bulan sebelumnya. Pemerintah akan terus mewaspadai dan memitigasi dampak risiko global terhadap kinerja ekspor secara menyeluruh, misalnya dengan terus memonitor perkembangan kebijakan perdagangan internasional terkait komoditas strategis Indonesia," tutup Febrio.

Febrio mengungkapkan, APBN akan terus digunakan agar dapat menopang kinerja ekspor dalam konteks memperkuat pemulihan ekonomi pascapandemi. "Salah satu kebijakan yang diharapkan dapat mendorong adalah kebijakan penerimaan negara yang diarahkan mengurangi beban eksportir produk sawit dan turunannya." kata dia.

(nng)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1644 seconds (0.1#10.140)