BBM Pertamax Lebih Irit dari Pertalite? Simak Penjelasan Akademisi
loading...
A
A
A
Sementara itu, dosen dari Kelompok Keahlian Konversi Energi ITB Tri Yuswidjajanto Zaenuri mengatakan bahwa PT Pertamina (Persero) harus mengecek penyaluran Pertalite di lapangan.
Pengecekan sampai pemeriksaan itu penting dilakukan seiring maraknya isu bahwa Pertalite lebih boros ketimbang Pertamax.
“Kalau memang kenyataannya terjadi distorsi kualitas, akui saja dan dicari masalahnya datang dari mana supaya tidak terulang lagi,” kata Tri.
Dia menyontohkan beberapa kasus yang terjadi sebelumnya, seperti pada 2010. Kala itu, terjadi distorsi kualitas bahan pompa bahan bakar kendaraan dari produsen yang merugikan konsumen. Lalu ada kasus BBM solar di daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah. “Jadi lubricity BBM turun sehingga banyak pompa bahan bakar yang rusak,” ujar Tri.
Masalah lain ialah impor BBM Premium yang menimbulkan kerusakan busi dan klep untuk mobil dan sepeda motor. Kasus ini terjadi di Bali, Makasar, Jember. “Setelah diinvestigasi, ternyata BBM yang impor itu memakai aditif peningkat oktan berbasis mangan,” kata dia.
Dalam kasus-kasus sebelumnya itu, menurut Tri, Pertamina melakukan investigasi bersama dengan asosiasi kendaraan bermotor di Indonesia.
Tim peneliti dari ITB pun ikut terlibat. Investigasi itu untuk mencari tahu masalah dan sumbernya sehingga kejadian serupa tidak terulang lagi di kemudian hari. “Harusnya (Pertalite) ini juga sama karena sudah dikeluhkan masyarakat yang cukup luas,” tuturnya.
Pengecekan sampai pemeriksaan itu penting dilakukan seiring maraknya isu bahwa Pertalite lebih boros ketimbang Pertamax.
“Kalau memang kenyataannya terjadi distorsi kualitas, akui saja dan dicari masalahnya datang dari mana supaya tidak terulang lagi,” kata Tri.
Dia menyontohkan beberapa kasus yang terjadi sebelumnya, seperti pada 2010. Kala itu, terjadi distorsi kualitas bahan pompa bahan bakar kendaraan dari produsen yang merugikan konsumen. Lalu ada kasus BBM solar di daerah Jawa Timur dan Jawa Tengah. “Jadi lubricity BBM turun sehingga banyak pompa bahan bakar yang rusak,” ujar Tri.
Masalah lain ialah impor BBM Premium yang menimbulkan kerusakan busi dan klep untuk mobil dan sepeda motor. Kasus ini terjadi di Bali, Makasar, Jember. “Setelah diinvestigasi, ternyata BBM yang impor itu memakai aditif peningkat oktan berbasis mangan,” kata dia.
Dalam kasus-kasus sebelumnya itu, menurut Tri, Pertamina melakukan investigasi bersama dengan asosiasi kendaraan bermotor di Indonesia.
Tim peneliti dari ITB pun ikut terlibat. Investigasi itu untuk mencari tahu masalah dan sumbernya sehingga kejadian serupa tidak terulang lagi di kemudian hari. “Harusnya (Pertalite) ini juga sama karena sudah dikeluhkan masyarakat yang cukup luas,” tuturnya.
(ind)