Perkuat UMKM Lokal untuk Masuk Pasar Global
loading...
A
A
A
JAKARTA - Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) terus membina dan memperkuat pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) agar bisa mandiri, bahkan mampu go global. Hal itu dilakukan sebagai misi YDBA ikut menyejahterakan masyarakat lewat pendampingan kepada UMKM lokal di berbagai daerah di Tanah Air.
“Sesuai visi pendiri kami, William Soeryadjaya pada 1980, Astra tidak akan mau sejahtera sendirian di tengah masyarakat yang tidak sejahtera. Jadi masyarakatnya harus benar-benar tumbuh bersama astra,” tutur Chief Executive YDBA Sigit Kumala, Senin (3/10/2022).
Sigit menjelaskan, sejak 1980 hingga saat ini, YDBA sudah membina sekitar 12.000 UMKM. Dari ribuan UMKM itu, sebagian besar sudah mandiri. Saat ini, tinggal sekitar 2.100 UMKM yang aktif didampingi YDBA. Salah satunya, UMKM Semedo Manise di Desa Semedo, Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Pendampingan itu dilakukan dengan filosofi “Berikan Kail Bukan Ikan.”
UMKM Semedo Manise didirikan oleh pasangan suami istri Akhmad Sobirin dan Nuha Fathin Salma pada akhir 2012. Semedo Manise memproduksi gula kelapa kristal organik yang dikenal juga sebagai gula semut. Produk gula semut Semedo Manise sudah bersertifikat internasional dan berhasil masuk pasar ekspor ke Jerman. Saat ini, Semedo Manise sedang menjajaki pasar Belanda.
Dalam menjalankan usahanya, Semedo Manise melibatkan 11 Kelompok tani di Desa Semedo dengan anggota sekitar 500 petani penderes. Semedo Manise juga melibatkan 9 pengepul dalam rantai produksinya. Kehadiran UMKM Semedo Manise yang melibatkan banyak petani di desa menjadikan Desa Semedo terpilih menjadi Desa Sejahtera Astra (DSA) pada tahun 2018.
“Kami berupaya terus meningkatkan kompetensi petani, dengan program pelatihan, pendampingan fasilitasi pasar, dan fasilitas pembiayaan. Harapannya, produk yang dihasilkan diterima pasar yang sudah ada dulu. Kalau diterima, berarti kompetensi petani sudah meningkat,” ujar Eko Wandiro, Koordinator YDBA Banyumas.
Ketua Semedo Manise Akhmad Sobirin mengatakan, YDBA memberikan pendampingan kepada Semedo Manise dan memberikan pelatihan manajemen keuangan, cara produksi yang. Termasuk pelatihan basic mentality, bagaimana mengubah pola pikir petani untuk bisa sejahtera secara jangka panjang.
Sebelum adanya Semedo Manise, para petani di Desa Semedo menjual hasil olahan nira kelapanya dalam bentuk gula batok. Saat itu, harga gula batok dijual ke pengepul sekitar Rp3.000 hingga Rp7.000 per kilogram (kg). Kehadiran Semedo Manise dengan produk gula semutnya meningkatkan pendapatan petani. Soalnya, petani bisa menjual gula semut seharga Rp16.000 hingga Rp20.000/kg. Dalam sehari, petani di Desa Semedo bisa menghasilkan gula semut sebanyak 5-10 kg. Artinya, pendapatan petani meningkat dari semula sekitar Rp 30.000 hingga Rp70.000 per hari menjadi Rp160.000 hingga Rp200.000 per hari.
Petani anggota Semedo Manise menjual gula semut itu ke pengepul. Lalu, pengepul menjualnya ke Semedo Manise. Gula semut hasil produksi petani itu diolah di pabrik Semedo Manise. Gula semut itu dikeringkan dengan mesin pengering (oven). Lalu, masuk proses sortir yang sangat teliti dan kadar air kurang dari 2%. Kemudian, dikemas dengan alumunium foil kedap udara sehingga gula semut bertahan lebih lama hingga dua tahun. Gula Semedo Manise diproses secara organik dari nira murni pohon kelapa yang tumbuh di pegunungan. Disebutkan, kadar air hingga 2% itu sesuai permintaan pasar Eropa. Seluruh produksi dilakukan secara higienis dan memenuhi standar internasional.
Semedo Manise sudah mengekspor gula semut melalui eksportir sebanyak 60 ton per bulan ke Jerman. Tercatat, dengan hasil ekspor itu, omzet Semedo Manise sekitar Rp3,5 miliar per tahun. Namun, sejak April 2022, ekspor mandeg, karena terkendala dengan kondisi global. Padahal, hasil olahan petani terus mengalir. Saat ini, Semedo Manise sedang menjajal ekspor secara mandiri dibantu oleh DSA.
Meskipun demikian, Sobirin berharap gula semut bisa diterima pasar domestik. “Kami ingin masyarakat Indonesia bisa mengenal gula semut yang dari sisi kesehatan lebih baik ketimbang gula pasir,” ujar dia. Menurut Sobirin, di Eropa, gula semut sudah menjadi substitusi gula pasir. Hal itu karena kadar kandungan gula di gula semut netral. Artinya, saat dikonsumsi, tidak menaikkan gula darah.
Dia menambahkan, gula semut produksi Semedo Manise tanpa campuran bahan kimia dan telah dibuktikan dengan sertifikat organik dari LSO Inofice. Glycemic Index atau GI gula semut yaitu 35, jauh di bawah gula putih yang memiliki kadar GI sebesar 85-93 dan gula Aren (70).
Hal itu berarti, gula darah menjadi stabil, mencegah penyakit diabetes dan obesitas, dan juga lebih aman bagi penderita diabetes, obesitas, dan autis. Jumlah kalori pada gula semut di dalam adonan kue pun lebih rendah hingga 30% dibandingkan dengan gula putih.
“Sesuai visi pendiri kami, William Soeryadjaya pada 1980, Astra tidak akan mau sejahtera sendirian di tengah masyarakat yang tidak sejahtera. Jadi masyarakatnya harus benar-benar tumbuh bersama astra,” tutur Chief Executive YDBA Sigit Kumala, Senin (3/10/2022).
Sigit menjelaskan, sejak 1980 hingga saat ini, YDBA sudah membina sekitar 12.000 UMKM. Dari ribuan UMKM itu, sebagian besar sudah mandiri. Saat ini, tinggal sekitar 2.100 UMKM yang aktif didampingi YDBA. Salah satunya, UMKM Semedo Manise di Desa Semedo, Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Pendampingan itu dilakukan dengan filosofi “Berikan Kail Bukan Ikan.”
UMKM Semedo Manise didirikan oleh pasangan suami istri Akhmad Sobirin dan Nuha Fathin Salma pada akhir 2012. Semedo Manise memproduksi gula kelapa kristal organik yang dikenal juga sebagai gula semut. Produk gula semut Semedo Manise sudah bersertifikat internasional dan berhasil masuk pasar ekspor ke Jerman. Saat ini, Semedo Manise sedang menjajaki pasar Belanda.
Dalam menjalankan usahanya, Semedo Manise melibatkan 11 Kelompok tani di Desa Semedo dengan anggota sekitar 500 petani penderes. Semedo Manise juga melibatkan 9 pengepul dalam rantai produksinya. Kehadiran UMKM Semedo Manise yang melibatkan banyak petani di desa menjadikan Desa Semedo terpilih menjadi Desa Sejahtera Astra (DSA) pada tahun 2018.
“Kami berupaya terus meningkatkan kompetensi petani, dengan program pelatihan, pendampingan fasilitasi pasar, dan fasilitas pembiayaan. Harapannya, produk yang dihasilkan diterima pasar yang sudah ada dulu. Kalau diterima, berarti kompetensi petani sudah meningkat,” ujar Eko Wandiro, Koordinator YDBA Banyumas.
Ketua Semedo Manise Akhmad Sobirin mengatakan, YDBA memberikan pendampingan kepada Semedo Manise dan memberikan pelatihan manajemen keuangan, cara produksi yang. Termasuk pelatihan basic mentality, bagaimana mengubah pola pikir petani untuk bisa sejahtera secara jangka panjang.
Sebelum adanya Semedo Manise, para petani di Desa Semedo menjual hasil olahan nira kelapanya dalam bentuk gula batok. Saat itu, harga gula batok dijual ke pengepul sekitar Rp3.000 hingga Rp7.000 per kilogram (kg). Kehadiran Semedo Manise dengan produk gula semutnya meningkatkan pendapatan petani. Soalnya, petani bisa menjual gula semut seharga Rp16.000 hingga Rp20.000/kg. Dalam sehari, petani di Desa Semedo bisa menghasilkan gula semut sebanyak 5-10 kg. Artinya, pendapatan petani meningkat dari semula sekitar Rp 30.000 hingga Rp70.000 per hari menjadi Rp160.000 hingga Rp200.000 per hari.
Petani anggota Semedo Manise menjual gula semut itu ke pengepul. Lalu, pengepul menjualnya ke Semedo Manise. Gula semut hasil produksi petani itu diolah di pabrik Semedo Manise. Gula semut itu dikeringkan dengan mesin pengering (oven). Lalu, masuk proses sortir yang sangat teliti dan kadar air kurang dari 2%. Kemudian, dikemas dengan alumunium foil kedap udara sehingga gula semut bertahan lebih lama hingga dua tahun. Gula Semedo Manise diproses secara organik dari nira murni pohon kelapa yang tumbuh di pegunungan. Disebutkan, kadar air hingga 2% itu sesuai permintaan pasar Eropa. Seluruh produksi dilakukan secara higienis dan memenuhi standar internasional.
Semedo Manise sudah mengekspor gula semut melalui eksportir sebanyak 60 ton per bulan ke Jerman. Tercatat, dengan hasil ekspor itu, omzet Semedo Manise sekitar Rp3,5 miliar per tahun. Namun, sejak April 2022, ekspor mandeg, karena terkendala dengan kondisi global. Padahal, hasil olahan petani terus mengalir. Saat ini, Semedo Manise sedang menjajal ekspor secara mandiri dibantu oleh DSA.
Meskipun demikian, Sobirin berharap gula semut bisa diterima pasar domestik. “Kami ingin masyarakat Indonesia bisa mengenal gula semut yang dari sisi kesehatan lebih baik ketimbang gula pasir,” ujar dia. Menurut Sobirin, di Eropa, gula semut sudah menjadi substitusi gula pasir. Hal itu karena kadar kandungan gula di gula semut netral. Artinya, saat dikonsumsi, tidak menaikkan gula darah.
Dia menambahkan, gula semut produksi Semedo Manise tanpa campuran bahan kimia dan telah dibuktikan dengan sertifikat organik dari LSO Inofice. Glycemic Index atau GI gula semut yaitu 35, jauh di bawah gula putih yang memiliki kadar GI sebesar 85-93 dan gula Aren (70).
Hal itu berarti, gula darah menjadi stabil, mencegah penyakit diabetes dan obesitas, dan juga lebih aman bagi penderita diabetes, obesitas, dan autis. Jumlah kalori pada gula semut di dalam adonan kue pun lebih rendah hingga 30% dibandingkan dengan gula putih.
(fai)