Pemerintah Perlu Jamin Aplikator Bisa Tingkatkan Program Penunjang Driver

Jum'at, 07 Oktober 2022 - 08:15 WIB
loading...
Pemerintah Perlu Jamin...
Pemerintah dinilai perlu mempelajari dan memahami proses bisnis dari aplikator secara lebih mendalam demi kelangsungan ekosistem ojol. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Pemerintah dinilai perlu mengenali dan mengidentifikasi biaya ekosistem ojek online (ojol) pascakeputusan kenaikan tarif September lalu. Itu dinilai penting untuk mendukung ekosistem ojol yang dibangun oleh aplikator.

Hal itu diungkapkan peneliti Lembaga Demografi Universitas Indonesia (LDUI) I Dewa Gede Karma Wisana yang mengatakan bahwa pemerintah idealnya membuat opsi lebih banyak dan rasional untuk mendukung ekosistem ojol. Karena itu pemerintah perlu mempelajari dan memahami proses bisnis dari aplikator secara lebih mendalam.

"Jadi tidak hanya berkutat di persoalan tarif saja, tetapi juga bisa memperluas opsi-opsi kebijakan seputar ekosistem ojol. Selama ini kebijakan pemerintah masih melulu soal tarif. Belum terlihat upaya untuk merancang skema insentif untuk memperluas pemanfaatan ekosistem ini sehingga aplikator punya sumber pendanaan baru," kata Dewa dalam keterangannya, yang dikutip Jumat (7/10/2022).



Jika pemerintah memberikan dukungan terkait skema tarif ini, tegas dia, maka aplikator akan bisa memperoleh perluasan bisnis. Hal ini selanjutnya secara tidak langsung ikut menjamin kesejahteraan para mitra pengemudi.

"Kan pemerintah bisa mendorong aspek keselamatan atau aspek perlindungan para driver. Atau pemerintah memberikan insentif untuk praktik-praktik yang dilakukan oleh aplikator dalam meningkatkan alternatif pembiayaan atau alternatif pendapatan mitra driver," ujar Dewa.

Dewa menilai pemangkasan biaya layanan dapat berdampak pada ekosistem ojol seperti berkurangnya kesejahteraan mitra driver dan juga pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) yang hidupnya bergantung pada ekosistem ojol, karena hal tersebut membuat aplikator berpotensi kehilangan sumber pendanaan.

"Contohnya, yang tadinya aplikator bisa memberikan insentif untuk mitra driver, kemungkinan insentif tersebut harus dipangkas demi mempertahankan bisnisnya tetap berjalan. Jadi ada dua dampak utama yang dirasakan mitra driver, yaitu berkurangnya insentif ke mereka dan berkurangnya potensi pendapatan akibat permintaan konsumen berkurang," ungkap Dewa.

Dia menambahkan, pengaturan batas maksimum biaya sewa aplikasi juga harus mempertimbangkan kebutuhan pengembangan teknologi aplikasi. Ini merupakan hal yang krusial karena aplikasi adalah motor dari ekosistem ojol. Tanpa pemeliharaan, kualitas aplikasi akan berkurang dan berdampak langsung pada menurunnya permintaan konsumen.



Teknologi yang menjadi basis aplikasi, tegas dia, membutuhkan biaya yang besar. Aplikator harus memastikan teknologi aplikasi berjalan dengan baik tanpa adanya bug, maupun error system.

"Kemudian juga harus ada update, bisa menjamin cyber security. Aplikasi juga berorientasi pada user experience yang harus dijaga. Ketika biaya sewa aplikasi yang salah fungsinya untuk maintenance aplikasi diturunkan, kenyamanan pengguna juga akan berkurang dan ini bisa berdampak pada permintaan konsumen untuk menggunakan ojol," tuturnya.

Layanan di ekosistem ojol, kata Dewa, saat ini memang masih membutuhkan pemeliharaan untuk mendorong peningkatan permintaan konsumen. Mulai dari promo, cash back, voucher, hingga komisi untuk mitra driver.

"Nah, ketika biaya sewa aplikasi dibatasi, mungkin yang akan dilakukan aplikator di Indonesia adalah mengurangi layanan-layanan yang dinilai kurang bisa memberikan pendapatan yang signifikan. Begitu juga dengan program-program yang memberikan benefit bagi driver, kemungkinan besar akan dikurangi," tutupnya.
(fai)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2015 seconds (0.1#10.140)