Upaya Mencari Solusi atas Permasalahan Asuransi Kredit
loading...
A
A
A
JAKARTA - Asuransi kredit saat ini tengah menjadi perhatian banyak pihak karena tingginya klaim sehingga membuat beberapa perusahaan asuransi dan reasuransi terdampak solvabilitasnya. Solusi mengenai asuransi kredit yang sehat diperlukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang saat ini mulai membaik.
"Untuk itu diperlukan keterlibatan dari banyak pihak untuk berbagi pandangan secara multi-perspektif, sehingga solusi yang diperoleh akan komprehensif dan efektif,” kata Ketua Umum Asosiasi Ahli Pialang Asuransi dan Reasuransi Indonesia (Apari) Bambang Suseno, dalam sebuah seminar yang memperingati hari jadi Apari ke-29, dikutip Jumat (7/10/2022).
Bambang menambahkan, semua pihak yang terlibat dalam industri ini bersepakat bahwa koreksi perlu segera dilakukan agar asuransi kredit menjadi solusi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. "Melalui pengelolaan risiko dan asuransi yang lebih sehat,” jelas Bambang.
Seminar yang bertajuk “Asuransi Kredit: Mendukung Pertumbuhan Ekonomi yang Lebih Cepat, melalui Pengelolaan Risiko dan Asuransi yang Lebih Sehat” menghadirkan sejumlah pembicara dari berbagai kalangan. Pada sesi 1, Joko Suyanto (Ketua Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia) menguraikan profil risiko BPR dan “asymetric gap-nya” dengan asuransi.
Sabam Hutajulu (Independent Commissioner dan Transformation & Restructuring Advisor IFG Life) menekankan pentingnya evaluasi di internal perusahaan sebelum menyalahkan pihak lain, dan berbagi penerapan leadership yang amanah, ihsan dan tawakal dalam menjalankan bisnis secara sehat.
Di sesi 2, Faridha Ariani (Direktur Utama PT Nusantara Insurance Brokers & Consultants) menjelaskan pentingnya peran dan fungsi pialang asuransi dalam proses bisnis asuransi kredit. Sementara itu, Abdul Mulki (Direktur Teknik PT Asuransi Bangun Askrida) menguraikan perjalanan asuransi kredit di Indonesia.
Delil Khairat (Direktur Teknik Operasi PT Reasuransi Indonesia Utama) berbagi informasi mengenai treatment asuransi kredit di luar negeri, dan membeberkan daftar dosa para pelaku bisnis asuransi kredit selama ini.
Pada sesi terakhir, Wuryanto (Direktur Risiko dan Kepatuhan PT Bank Woori Saudara Indonesia) menyatakan peluang bisnis yang berisiko tinggi tetap dapat menguntungkan perusahaan bilamana dilakukan pengelolaan risiko yang baik, dan juga mengingatkan panjangnya keterlibatan pialang asuransi dalam penanganan klaim, sehingga perlu dipikirkan adanya tambahan remunerasi.
Gandung Troy Sulistyantoro (Direktur Lembaga Sertifikasi Profesi Badan Sertifikasi Manajemen Risiko) menekankan tidak ada yang salah dengan produk asuransi kredit yang merupakan solusi yang tepat untuk perbankan, namun perlu koreksi dalam ketentuan dan persyaratannya.
"Untuk itu diperlukan keterlibatan dari banyak pihak untuk berbagi pandangan secara multi-perspektif, sehingga solusi yang diperoleh akan komprehensif dan efektif,” kata Ketua Umum Asosiasi Ahli Pialang Asuransi dan Reasuransi Indonesia (Apari) Bambang Suseno, dalam sebuah seminar yang memperingati hari jadi Apari ke-29, dikutip Jumat (7/10/2022).
Bambang menambahkan, semua pihak yang terlibat dalam industri ini bersepakat bahwa koreksi perlu segera dilakukan agar asuransi kredit menjadi solusi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat. "Melalui pengelolaan risiko dan asuransi yang lebih sehat,” jelas Bambang.
Seminar yang bertajuk “Asuransi Kredit: Mendukung Pertumbuhan Ekonomi yang Lebih Cepat, melalui Pengelolaan Risiko dan Asuransi yang Lebih Sehat” menghadirkan sejumlah pembicara dari berbagai kalangan. Pada sesi 1, Joko Suyanto (Ketua Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia) menguraikan profil risiko BPR dan “asymetric gap-nya” dengan asuransi.
Sabam Hutajulu (Independent Commissioner dan Transformation & Restructuring Advisor IFG Life) menekankan pentingnya evaluasi di internal perusahaan sebelum menyalahkan pihak lain, dan berbagi penerapan leadership yang amanah, ihsan dan tawakal dalam menjalankan bisnis secara sehat.
Di sesi 2, Faridha Ariani (Direktur Utama PT Nusantara Insurance Brokers & Consultants) menjelaskan pentingnya peran dan fungsi pialang asuransi dalam proses bisnis asuransi kredit. Sementara itu, Abdul Mulki (Direktur Teknik PT Asuransi Bangun Askrida) menguraikan perjalanan asuransi kredit di Indonesia.
Delil Khairat (Direktur Teknik Operasi PT Reasuransi Indonesia Utama) berbagi informasi mengenai treatment asuransi kredit di luar negeri, dan membeberkan daftar dosa para pelaku bisnis asuransi kredit selama ini.
Pada sesi terakhir, Wuryanto (Direktur Risiko dan Kepatuhan PT Bank Woori Saudara Indonesia) menyatakan peluang bisnis yang berisiko tinggi tetap dapat menguntungkan perusahaan bilamana dilakukan pengelolaan risiko yang baik, dan juga mengingatkan panjangnya keterlibatan pialang asuransi dalam penanganan klaim, sehingga perlu dipikirkan adanya tambahan remunerasi.
Gandung Troy Sulistyantoro (Direktur Lembaga Sertifikasi Profesi Badan Sertifikasi Manajemen Risiko) menekankan tidak ada yang salah dengan produk asuransi kredit yang merupakan solusi yang tepat untuk perbankan, namun perlu koreksi dalam ketentuan dan persyaratannya.