Di Amerika, Sri Mulyani Dapat Bisikan Soal Gejolak Keuangan Global
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani melakukan pertemuan intensif dengan para investor dan emerging market bond holder, yaitu Lazard, Citadel, Lord Abbet, Black Rock, Mackay Shields, HSBC AM, dan Van Eck. Pertemuan dilakukan dalam rangkaian agenda kerja di Amerika Serikat , pada Kamis lalu (6/10/2022).
Sri Mulyani menyampaikan perkembangan pemulihan ekonomi Indonesia sejak pandemi Covid-19 dan yang sekarang dihadapkan gejolak keuangan serta krisis pangan dan energi global. Dia juga memaparkan kebijakan APBN 2022 dan arah kebijakan fiskal APBN 2023 dalam mengelola berbagai gejolak luar biasa ini.
Delegasi Indonesia turut mendapatkan informasi update dan masukan langsung dari para investor tentang risiko gejolak keuangan global yang masih akan mengancam dunia hingga tahun depan.
“Kondisi ekonomi banyak negara-negara emerging akan sangat berat menurut para investor. Di sisi lain Indonesia dilihat sebagai negara dengan kebijakan dan kinerja ekonomi dan fiskal yang baik, mampu menghadapi gejolak dan mengantisipasinya. Kinerja dan kebijakan ekonomi Indonesia yang baik diharap terus terjaga dalam menghadapi guncangan global yang tidak mudah,” ungkap Sri, dikutip di Jakarta, Senin(10/10/2022).
Selain bertemu dengan para investor dan emerging market bond holder, pada hari yang sama Sri juga melakukan pertemuan dengan Climate Philanthropies, yakni Bloomberg Philanthropist, Bezos Earth Fund, IKEA, Rockefeller, High Tide Foundation dan Glasgow Financial Alliance for Net Zero. Dalam kesempatan tersebut, dia dan Direktur Utama PT Sarana Multi Infrastruktur Edwin Sjahruzad menjelaskan platform Energy Transition Mechanism Indonesia untuk mengatasi emisi karbon di sektor energi.
Di samping itu, turut dibahas mengenai berbagai isu, tantangan, serta kemungkinan kolaborasi pembiayaan lembaga keuangan dan filantropi dalam mengatasi ancaman perubahan iklim dan memenuhi komitmen net zero carbon emission.
Baca Juga
Sri Mulyani menyampaikan perkembangan pemulihan ekonomi Indonesia sejak pandemi Covid-19 dan yang sekarang dihadapkan gejolak keuangan serta krisis pangan dan energi global. Dia juga memaparkan kebijakan APBN 2022 dan arah kebijakan fiskal APBN 2023 dalam mengelola berbagai gejolak luar biasa ini.
Delegasi Indonesia turut mendapatkan informasi update dan masukan langsung dari para investor tentang risiko gejolak keuangan global yang masih akan mengancam dunia hingga tahun depan.
“Kondisi ekonomi banyak negara-negara emerging akan sangat berat menurut para investor. Di sisi lain Indonesia dilihat sebagai negara dengan kebijakan dan kinerja ekonomi dan fiskal yang baik, mampu menghadapi gejolak dan mengantisipasinya. Kinerja dan kebijakan ekonomi Indonesia yang baik diharap terus terjaga dalam menghadapi guncangan global yang tidak mudah,” ungkap Sri, dikutip di Jakarta, Senin(10/10/2022).
Selain bertemu dengan para investor dan emerging market bond holder, pada hari yang sama Sri juga melakukan pertemuan dengan Climate Philanthropies, yakni Bloomberg Philanthropist, Bezos Earth Fund, IKEA, Rockefeller, High Tide Foundation dan Glasgow Financial Alliance for Net Zero. Dalam kesempatan tersebut, dia dan Direktur Utama PT Sarana Multi Infrastruktur Edwin Sjahruzad menjelaskan platform Energy Transition Mechanism Indonesia untuk mengatasi emisi karbon di sektor energi.
Di samping itu, turut dibahas mengenai berbagai isu, tantangan, serta kemungkinan kolaborasi pembiayaan lembaga keuangan dan filantropi dalam mengatasi ancaman perubahan iklim dan memenuhi komitmen net zero carbon emission.
(uka)