Laba Bersih IATA Melonjak Lebih dari Empat Kali Lipat

Senin, 24 Oktober 2022 - 08:31 WIB
loading...
Laba Bersih IATA Melonjak Lebih dari Empat Kali Lipat
Kinerja keuangan PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) kembali mencatatkan peningkatan signifikan, usai mencatatkan lonjakan pendapatan sebesar 182,89% year-on-year (yoy). Foto/Dok
A A A
JAKARTA - PT MNC Energy Investments Tbk (IATA) kembali mencatatkan peningkatan signifikan pada kinerja keuangan periode September 2022. Perseroan mencatatkan pendapatan sebesar USD137,62 juta untuk tahun berjalan, atau melonjak 182,89% year-on-year (yoy) dari USD48,65 juta pada 9M-2021.



Kenaikan tajam juga dapat dilihat jika dibandingkan dengan total pendapatan pada kuartal yang sama tahun lalu, dari USD24,80 juta di Q3-2021 menjadi USD53,97 juta di Q3-2022 atau sebesar 117,61%.

Dampak dari peningkatan pendapatan yang telah disebutkan di atas, EBITDA Perseroan pada 9M- 2022 tumbuh positif 215,20% mencapai USD 63,41 juta, dari USD 20,12 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan secara kuartal, EBITDA pada Q3-2022 tercatat sebesar USD18,71 juta, menguat 47,23% dibandingkan Q3-2021.

Selain itu, laba bersih Perseroan melambung 344,75% yoy dari USD 10,11 juta pada 9M-2021 menjadi USD44,95 juta pada 9M-2022, yang juga mewakili peningkatan sebesar 109,11% yoy dari USD6,25 juta di Q3-2021 menjadi USD13,08 juta pada kuartal yang sama tahun ini.

Melesatnya kinerja IATA merupakan hasil dari langkah strategis Perseroan yang mengalihkan fokus bisnisnya menjadi perusahaan yang bergerak di bidang energi dan investasi, dengan mengakuisisi PT Bhakti Coal Resources (BCR).



BCR merupakan perusahaan induk yang mengelola 8 Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Musi Banyuasin, Sumatera Selatan, dimana 3 IUPnya sudah dalam tahap produksi dan IUP lainnya ditargetkan untuk beroperasi secara bertahap mulai tahun depan.

Mendekati akhir tahun 2022, IATA terus menggenjot output produksi batu bara. Hingga akhir September 2022, Perseroan telah memproduksi lebih dari 3 juta MT, lebih tinggi 64,1% dari produksi tahun lalu yang hanya 1,8 juta MT.

IATA menargetkan produksi sebanyak 10 juta MT tahun depan dan akan terus meningkat seiring bertambahnya cadangan terbukti hasil eksplorasi. IATA optimis cadangan batu bara untuk semua IUP setidaknya mencapai 600 juta MT.

Hingga 9M-2022 Perseroan telah menjual 2,9 juta MT batu bara. Prospek cerah IATA semakin dikuatkan dengan telah ditandatanganinya kontrak pembelian jangka panjang antara BCR dengan para trader batu bara.

Perseroan memperkirakan akan memperoleh tambahan pendapatan sebesar USD 108,42 juta dari kontrak ini dan akan terus memperbanyak kontrak di masa depan, mencari peluang untuk akuisisi tambang baru, menakar prospek lain yang berkaitan dengan energi terbarukan, serta berevolusi guna meningkatkan sinergi dan efektifitas di semua lini.

• HMETD IATA

Perseroan baru-baru ini telah memulai penawaran Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD atau Rights Issue) yang bernilai sebanyak-banyaknya Rp 2.671.300.034.640, dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 14.840.555.748 Saham Seri B yang ditawarkan dengan Harga Pelaksanaan Rp 180 dengan rasio 10:13 (10 Saham yang dimiliki berhak untuk mendapatkan 13 HMETD).

Selain itu, Perseroan juga akan memberikan tambahan hak dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 2.968.111.149 Waran Seri I, dimana setiap 5 saham hasil pelaksanaan HMETD melekat 1 Waran Seri I dengan harga pelaksanaan Rp 210.

• Tinjauan Industri

Konflik antara Rusia-Ukraina masih belum berakhir dan menekan pasokan energi di kawasan Eropa, terutama menjelang musim dingin. Ditambah lagi dengan rencana pemotongan produksi minyak 2 juta barel per hari oleh anggota OPEC+, negara-negara diprediksi akan mencari sumber energi alternatif murah seperti batu bara untuk memenuhi kebutuhan energi mereka.

Harga batu bara, meskipun telah turun dari titik tertinggi, masih bertahan di atas USD50 pada USD55,83, lebih tinggi 31,58% sejak awal tahun 2022. Batu bara tetap menjadi salah satu sumber daya energi yang paling dicari karena aksesibilitas yang terbatas dan harga minyak dan gas yang tinggi mengganggu banyak negara dalam menyediakan energi yang hemat biaya bagi masyarakatnya.

(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2025 seconds (0.1#10.140)