Indonesia Butuh 10 Juta Ton Sampah Biomassa per Tahun, Buat Apa?

Rabu, 26 Oktober 2022 - 08:44 WIB
loading...
Indonesia Butuh 10 Juta Ton Sampah Biomassa per Tahun, Buat Apa?
Indonesia membutuhkan 10 juta ton sampah biomassa per tahun untuk co-firing demi mencapai target bauran energi baru terbarukan (EBT) 23% di 2025. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Indonesia membutuhkan 10 juta ton sampah biomassa per tahun untuk co-firing demi mencapai target bauran energi baru terbarukan (EBT) 23% di 2025. Teknologi co-firing akan memanfaatkan biomassa sebagai substitusi parsial batu bara untuk dibakar di boiler pembangkit listrik.

Biomassa ini dapat diperoleh dari beragam bahan baku, seperti limbah hutan, perkebunan, atau pertanian. Pemanfaatan limbah biomassa dapat mengurangi emisi metana yang disebabkan oleh degradasi limbah biomassa itu sendiri.



Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Dadan Kusdiana menyampaikan, realisasi bauran EBT sudah mencapai 12%-13% dari target bauran EBT 23% di 2025. Artinya, masih ada sekitar hampir separuhnya yang harus dikejar dalam waktu kurang dari tiga tahun ini.

"PLN sudah bergerak ke arah sana dan sudah ada 35 unit PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) yang menggunakan biomassa," kata Dadan dalam acara webinar Road to G20 Himpuni, Selasa (25/10).



Dari waktu ke waktu, Dadan menyatakan, pemanfaatan biomassa akan terus meningkat. Untuk mencapai target bauran EBT hingga 23% di 2025, Dadan mengungkapkan, Indonesia memerlukan 10 juta ton sampah biomassa per tahun di mana sumbernya sudah tersedia saat ini.

"Kalau hitung limbah dari bahan pertanian saja ini sudah lebih dari cukup. Kami mencari cara bagaimana ini masuk karena barangnya sudah ada," ungkap Dadan.

Jika melihat laman resmi Kementerian ESDM, hasil pemetaan Direktorat Jenderal EBTKE mengungkapkan limbah dari hutan memiliki potensi sebesar 991.000 ton (eksisting), serbuk gergaji 2,4 juta ton, serpihan katu 789.000 ton, cangkang sawit 12,8 juta ton, sekam padi 10 juta ton, tandan buah kosong 47,1 juta ton, dan sampah rumah tangga 68,5 juta ton.

Namun dari sisi harga, Dadan menyatakan, harga listrik yang dihasilkan dari biomassa dan batu bara tidak bisa dibandingkan setara (appel to apple) karena harga batubara dibatasi (cap). Maka itu harga listrik yang dihasilkan dari biomassa tentu akan lebih mahal dibandingkan dengan PLTU.

Selain mengembangkan biomassa, Kementerian ESDM juga mendorong pengembangan biodiesel dan biofuel. Dadan bilang, Indonesia merupakan satu-satunya negara yang menggunakan B30 secara nasional dan seluruh sektornya menggunakan sawit secara berkelanjutan.

Kalau Brasil unggul dengan pengembangan bioethanolnya, Indonesia boleh membusungkan dada sebagai negara yang sangat maju dalam memanfaatkan biodiesel.

Sebagaimana diketahui, PT PLN (Persero) berhasil melakukan uji coba penggunaan 75% biomassa kepingan kayu alias woodchips untuk bahan bakar pengganti batubara (cofiring) pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Bolok di Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Direktur Utama PLN Nusantara Power, Ruly Firmansyah menyatakan, penggunaan 75% biomassa dalam uji coba High Co-Firing (HCR) di PLTU berkapasitas 2Ă—16,5 Megawatt (MW) Oktober 2022 ini merupakan langkah lanjutan, menyusul kesuksesan inovasi penerapan 100% biomassa pada PLTU Tembilahan Juni 2022 lalu.

“Saat ini PLTU Bolok sudah berhasil melakukan cofiring hingga 75% biomassa. Kami akan terus uji dan evaluasi agar bisa mencapai 100 persen biomassa seperti PLTU Tembilahan,” ucap Rully.

(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1515 seconds (0.1#10.140)