Sarjana Olahraga Bertani Cabai, Kini Jadi Mentor Petani Milenial Pacitan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya melakukan regenerasi petani serta melahirkan wirausahawan muda dari sektor pertanian yang mampu menciptakan petani milenial.
Bersama International Fund for Agricultural Development (IFAD), Kementan menciptakan wirausaha milenial tangguh dan berkualitas melalui Program Youth Enterpreneurship and Employment Support Services (YESS). Salah satunya di wilayah Jawa Timur, yang dilaksanakan Polbangtan Malang.
Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo menegaskan regenerasi petani salah satu fokus Kementan bagi keberlanjutan pembangunan pertanian. “Indonesia harus menjalankan pertanian efektif, efisien dan transparan melalui pengembangan pertanian maju, mandiri dan modern yang dimotori oleh petani milenial,” katanya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (6/11/2022).
(Baca juga:embangkitkan Petani Milenial)
Melalui sinergi dengan IFAD, kata Mentan, Kementan berupaya meningkatkan regenerasi melalui pengembangan petani milenial sekaligus memastikan bahwa bertani itu keren. Pasalnya, pengelolaan harus dilakukan secara baik dan mengutamakan kepentingan rakyat.
Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menyatakan optimistis pada Program YESS akan mewujudkan regenerasi dalam pertanian. “Langkah utama dengan meningkatkan kompetensi SDM dari perdesaan serta menambah jumlah wirausahawan muda di bidang pertanian,” katanya.
Dedi Nursyamsi menambahkan bahwa pertanian saat ini bukan yang dulu, tidak hanya bicara tanam saja tapi harus berorientasi bisnis. “Jadi pertanian bicara bagaimana proses pra budidaya, budidaya, perawatan, panen, hingga pascapanen. Intinya, bagaimana kita bisa meningkatkan produktivitas hingga menghasilkan cuan,” katanya lagi.
Kerja keras Kementan untuk mencetak banyak petani milenial ini pun mulai menampakkan hasil. Jumlah petani milenial terus bertambah. Hal ini membuktikan bertani itu keren seperti dibuktikan oleh Ganda, sarjana olahraga yang memilih menekuni pertanian, khususnya tanaman cabai.
(Baca juga:Peran Petani Milenial Dongkrak Perekonomian)
Usaha pertaniannya dimulai sejak 2018 di Kecamatan Tegalombo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Kini, Ganda sebagai mentor dalam Program YESS.
Sebagai petani milenial, Ganda yang telah mendahului usaha dengan melibatkan 20 rekannya, mengaku tergelitik untuk berbagi ilmu dengan Penerima Manfaat Program YESS untuk membangun pertanian di Pacitan.
“Awalnya, saya mulai memberanikan diri bertani pada 2018. Sekarang sudah ada 10.000 tanaman. Prediksi panen tiga ton cabai. Dijual dengan harga minimal Rp10.000 per kilogram,” katanya.
Hal yang menarik, Ganda menanam cabai keriting pada empat fase berbeda dengan selisih tanam empat minggu. Di antara 10.000 pohon cabai yang ditanam, sebagian dilakukan di lahan yang bersebelahan dengan lahan padi.
Secara teori, mungkin dia salah, tapi itulah yang dilakukan para milenial yang menyukai tantangan, dan dengan berbagai cara, Ganda berhasil melakukannya.
Direktur Polbangtan Malang, Setya Budhi Udrayana yang hadir bersama jajaran YESS PPIU Jatim, Sabtu (5/11/2022) menyampaikan pesan Kepala BPPSDMP Kementan Dedi Nursyamsi tentang perlunya penerapan smart farming untuk peningkatan produktifitas pertanian.
“Selain itu kolaborasi dengan membentuk kelembagaan petani akan menjadi peluang untuk mengembangkan jejaring dari hulu hingga hilir,” kata Setya BU didampingi Manajer PPIU YESS Jatim, Acep Hariri.
Termasuk di antaranya, kata Setya, penguatan permodalan melalui akses Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang berbunga rendah. Selain itu, Udrayana menambahkan pentingnya kelembagaan yang legal untuk menumbuhkan kepercayaan pihak lain yang bermaksud menjadi mitra dan sekaligus menjamin keberlanjutan usaha yang dilakukan.
“Kita tidak bisa sendiri-sendiri lagi dalam berusaha tani. Membangun pertanian harus melalui kolaborasi, dan untuk menjamin kekuatan dan keberlangsungan pertanian ke depan. Itu ada di tangan para milenial,” kata Direktur Setya BU yang akrab disapa Uud.
Bersama International Fund for Agricultural Development (IFAD), Kementan menciptakan wirausaha milenial tangguh dan berkualitas melalui Program Youth Enterpreneurship and Employment Support Services (YESS). Salah satunya di wilayah Jawa Timur, yang dilaksanakan Polbangtan Malang.
Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo menegaskan regenerasi petani salah satu fokus Kementan bagi keberlanjutan pembangunan pertanian. “Indonesia harus menjalankan pertanian efektif, efisien dan transparan melalui pengembangan pertanian maju, mandiri dan modern yang dimotori oleh petani milenial,” katanya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (6/11/2022).
(Baca juga:embangkitkan Petani Milenial)
Melalui sinergi dengan IFAD, kata Mentan, Kementan berupaya meningkatkan regenerasi melalui pengembangan petani milenial sekaligus memastikan bahwa bertani itu keren. Pasalnya, pengelolaan harus dilakukan secara baik dan mengutamakan kepentingan rakyat.
Sementara Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Kementan (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi menyatakan optimistis pada Program YESS akan mewujudkan regenerasi dalam pertanian. “Langkah utama dengan meningkatkan kompetensi SDM dari perdesaan serta menambah jumlah wirausahawan muda di bidang pertanian,” katanya.
Dedi Nursyamsi menambahkan bahwa pertanian saat ini bukan yang dulu, tidak hanya bicara tanam saja tapi harus berorientasi bisnis. “Jadi pertanian bicara bagaimana proses pra budidaya, budidaya, perawatan, panen, hingga pascapanen. Intinya, bagaimana kita bisa meningkatkan produktivitas hingga menghasilkan cuan,” katanya lagi.
Kerja keras Kementan untuk mencetak banyak petani milenial ini pun mulai menampakkan hasil. Jumlah petani milenial terus bertambah. Hal ini membuktikan bertani itu keren seperti dibuktikan oleh Ganda, sarjana olahraga yang memilih menekuni pertanian, khususnya tanaman cabai.
(Baca juga:Peran Petani Milenial Dongkrak Perekonomian)
Usaha pertaniannya dimulai sejak 2018 di Kecamatan Tegalombo, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Kini, Ganda sebagai mentor dalam Program YESS.
Sebagai petani milenial, Ganda yang telah mendahului usaha dengan melibatkan 20 rekannya, mengaku tergelitik untuk berbagi ilmu dengan Penerima Manfaat Program YESS untuk membangun pertanian di Pacitan.
“Awalnya, saya mulai memberanikan diri bertani pada 2018. Sekarang sudah ada 10.000 tanaman. Prediksi panen tiga ton cabai. Dijual dengan harga minimal Rp10.000 per kilogram,” katanya.
Hal yang menarik, Ganda menanam cabai keriting pada empat fase berbeda dengan selisih tanam empat minggu. Di antara 10.000 pohon cabai yang ditanam, sebagian dilakukan di lahan yang bersebelahan dengan lahan padi.
Secara teori, mungkin dia salah, tapi itulah yang dilakukan para milenial yang menyukai tantangan, dan dengan berbagai cara, Ganda berhasil melakukannya.
Direktur Polbangtan Malang, Setya Budhi Udrayana yang hadir bersama jajaran YESS PPIU Jatim, Sabtu (5/11/2022) menyampaikan pesan Kepala BPPSDMP Kementan Dedi Nursyamsi tentang perlunya penerapan smart farming untuk peningkatan produktifitas pertanian.
“Selain itu kolaborasi dengan membentuk kelembagaan petani akan menjadi peluang untuk mengembangkan jejaring dari hulu hingga hilir,” kata Setya BU didampingi Manajer PPIU YESS Jatim, Acep Hariri.
Termasuk di antaranya, kata Setya, penguatan permodalan melalui akses Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang berbunga rendah. Selain itu, Udrayana menambahkan pentingnya kelembagaan yang legal untuk menumbuhkan kepercayaan pihak lain yang bermaksud menjadi mitra dan sekaligus menjamin keberlanjutan usaha yang dilakukan.
“Kita tidak bisa sendiri-sendiri lagi dalam berusaha tani. Membangun pertanian harus melalui kolaborasi, dan untuk menjamin kekuatan dan keberlangsungan pertanian ke depan. Itu ada di tangan para milenial,” kata Direktur Setya BU yang akrab disapa Uud.
(dar)