Kurangi Pencemaran Laut, Begini Solusi Ramah Lingkungan di Industri Perkapalan

Jum'at, 11 November 2022 - 21:49 WIB
loading...
Kurangi Pencemaran Laut, Begini Solusi Ramah Lingkungan di Industri Perkapalan
Petugas menyerok sampah yang melintas dipinggian Dermaga Utama Pulau Pramuka, Jakarta, Selasa (8/11/2022). Foto/SINDOnews/Sutikno
A A A
JAKARTA - Upaya mengurangi polusi atau pencemaran di laut memerlukan sinergi berbagai pihak, termasuk di dalamnya pelaku industri perkapalan.

Hal ini penting mengingat dampak negatif yang muncul akibat polusi di laut seperti biota laut yang tercemar, terancamnya kesehatan manusia, hingga penurunan kualitas lingkungan pesisir. Ancaman pencemaran tersebut perlu segera mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat.

Managing Director PT Inco Global Nusantara Tania Ho dalam seminar “Towards A Greener Ocean 2022”, Rabu (9/11), mengatakan, pencemaran laut umumnya terjadi berasal dari limbah plastik dan emisi dari mesin kapal. Sebagai contoh, kota Jakarta banyak tercemar sampah plastik.

“Karena di Indonesia khususnya Jakarta masih belum banyak yang sadar. Ada beberapa yang sudah sadar tapi masih kurang support-nya,” kata Tania, dikutip Jumat (11/11/2022).

Dia pun menyinggung emisi di industri perkapalan yang harus ramah lingkungan berdasarkan peraturan International Maritime Organization (IMO).



Menurut Tania, perlu ada peningkatan penggunaan bahan bakar metanol bagi industri perkapalan untuk mencegah pencemaran udara.

“Sekarang ini di Indonesia masih belum banyak yang sadar. Ada beberapa yang sudah sadar tapi masih kurang support-nya seperti apakah barang bakarnya sudah tersedia atau belum,” tuturnya.

Inco sebagai vendor perusahaan pelayaran membawa semua produk ramah lingkungan untuk agen-agen di Indonesia. Tania memastikan kepedulian Inco dalam menjaga alam Indonesia.

“Jadi kami membawa produk-produk ramah lingkungan ini supaya ke depan generasi kita dan anak cucu kita menikmati green ocean. Karena sekarang kita ini tahu banyak sekali limbah dan emisi dari engine. Seperti Mitsui, kami bawa ke ranah ramah lingkungan yang menggunakan gas dan biofuel,” bebernya.

Dia berharap melalui produk ramah lingkungan tersebut ke depannya Indonesia akan lebih banyak yang mendukung dan berpartisipasi dalam industri perkapalan agar terciptanya emisi yang bagus. “Tujuan kita sebagai bangsa Indonesia seperti negara Eropa, negara kita green clear,” tandasnya.

Kurangi Pencemaran Laut, Begini Solusi Ramah Lingkungan di Industri Perkapalan


Managing Director Mitsui E&S Asia T Sayama menjelaskan, Mitsui E&S Asia menyediakan biofuel dengan pemanfaatan bahan bakar hidrogen dan amonia dalam Marine Maine Engine.

Penggunaan biofuel dalam rangka mewujudkan “Nol Karbon" dan “Transformasi Menjadi Energi Bersih” sebagai solusi ramah lingkungan.

Sayama menambahkan, Mitsui E&S Asia menyediakan penghematan bahan bakar lewat beberapa metode sesuai dengan permintaan pelanggan.

Senada, Technical Departement EKK Eagle Asia Pasific/Kemel Koshi Kunimitsu juga memaparkan produk mesin kapal yang ramah lingkungan.

Koshi menerangkan, pihaknya memiliki produk mesin kapal bernama EX atau aerotyoe yang tak lagi menggunakan oli atau pelumas.

“Di mana tidak akan adanya leak atau kebocoran sehingga lebih ramah untuk laut, sebenarnya dari Kemel sendiri itu ada bermacam-macam yang menggunakan oli jadi sistem lubricant-nya masih menggunakan oli, cuma untuk produk EX sendiri menggunakan udara. Jadi itu meminimalisir kebocoran oli ke laut,” urainya.



Sementara itu, Ketua Umum DPP Indonesian National Shipowner Association (INSA) Sugiman Layanto menyoroti para pelaku industri pelayaran yang sudah mendesain perlengkapan mesin untuk mengurangi jumlah karbon dan emisi. Sugiman menyatakan, Indonesia sudah berkomitmen agar industri pelayaran nol karbon pada tahun 2060.

“Jadi saya rasa insiatif seperti ini perlu dilakukan supaya industri kita secara keseluruhan bisa kompak agar target ini bisa tercapai. Jadi tantangan paling utama adalah bagaimana kita melakukan kolaborasi dengan berbagai pihak untuk mewujudkan harapan ini (nol karbon),” tukasnya.

Sugiman menyebutkan, semua pihak harus melakukan banyak inovasi untuk mengurangi emisi di industri pelayaran. Menurut dia, target Indonesia nol emisi pada tahun 2060 bisa tercapai asalkan ada kepedulian dari semua pihak dan terus memantau perkembangan teknologi.



“Jadi yang paling utama sekarang saya lihat adalah bahan bakar, bagaimana kita bisa move away dari menggunakan fuel jadi masalah utama bukan hanya di Indonesia tapi di seluruh indonesia, apa sih tenaga alternatif yang bisa kita gunakan? Pembahasan banyak, dari amonia, metanol dan lain lain, cuma tepat seperti apa infrastruktur yang ada untuk mendistribusikan bahan bakar seperti apa, mungkin yang paling penting adalah apa yang pemerintah kita akan atur, untuk ‘memaksa’ kita lebih cepat go green,” tuturnya.
(ind)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1774 seconds (0.1#10.140)