Masa Depan Industri Sawit di Tangan Generasi Muda

Minggu, 13 November 2022 - 17:43 WIB
loading...
Masa Depan Industri...
Ketua Bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Tofan Mahdi
A A A
JAKARTA - Masa depan industri minyak sawit Indonesia berada di tangan generasi muda , anak-anak milenial hingga generasi Z. Perlu penguatan strategi kampanye positif di kalangan anak-anak muda.

Jika tidak, sektor kelapa sawit akan ditinggalkan. Mati bukan karena kehilangan permintaan, tetapi karena kehilangan generasi yang melanjutkan tongkat estafet menjaga keberlanjutan industri strategis nasional ini.

Hal tersebut disampaikan Tofan Mahdi, Ketua Bidang Komunikasi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), dalam bincang santai dengan sejumlah wartawan, Minggu (13/11/2022).

(Baca juga:Gapki Minta Pemerintah Tak Membuat Aturan yang Memberatkan Ekspor)

Tofan mengatakan, dengan pergeseran teknologi komunikasi digital yang masif, rasanya tantangan komunikasi di industri sawit bisa dihadapi dengan ringan jika semakin banyak generasi muda terlibat dan berperan aktif dalam banyak bidang di industri sawit.

“Di bidang teknis, sudah ada banyak muda yang masuk dan bekerja di industri sawit. Tetapi dalam bidang komunikasi, kampanye positif, dan advokasi kebijakan, perlu lebih banyak anak-anak muda terlibat di dalamnya,” kata Tofan.

Tofan Mahdi yang pernah menjadi PR Terbaik Indonesia 2016 versi Majalah PR Indonesia ini mengatakan, ada tiga tantangan besar yang dihadapi industri minyak sawit. Yaitu tantangan kebijakan, keberlanjutan, dan fluktuasi harga. Dari tiga tantangan tersebut, tantangan kebijakan adalah yang terberat.

“Fluktuasi harga CPO, sebagai sektor usaha bidang komoditas, kita dalam posisi tidak bisa melakukan apapun. Fluktuasi harga komoditas sepenuhnya ditentukan oleh mekanisme permintaan dan penawaran di pasar,” kata Tofan.

(Baca juga:Polemik Soal Ujian Siswa SD Sudutkan Sawit, Ini Tanggapan GAPKI)

Tantangan kedua, kata Tofan, adalah persoalan keberlanjutan. Komitmen sektor kelapa sawit terhadap tata kelola yang berkelanjutan (sustainable palm oil) adalah mutlak.

“Terkait komitmen keberlanjutan ini, ibarat pesawat terbang yang baru lepas landas, kita sudah sampai pada titik yang tidak bisa kembali atau point of no return. Diwajibkan atau tidak, diminta Eropa atau tidak, komitmen keberlanjutan adalah mutlak,” kata Tofan yang juga menjabat sebagai Senior Vice President (SVP) of Communication, Public Affair, and Investor Relation PT Astra Agro Lestari Tbk.

Tantangan ketiga, kata dia, adalah tantangan kebijakan. Belajar dari pengalaman yang terjadi pada semester I/2022, Tofan berharap seluruh pemangku kepentingan dalam mata rantai industri sawit tetap kompak dan konsisten mendukung munculnya kebijakan yang pro terhadap industri sawit yang berkelanjutan.

“Teman-teman pelaku usaha dan petani sawit harus makin kompak dalam advokasi kebijakan apapun terkait sawit,” kata pria asal Pasuruan berusia 48 tahun ini.

(Baca juga:FJS dan GAPKI Beri Santunan Anak Yatim di Tengah Pandemi COVID-19)

Selain dilibatkan dalam kampanye positif sawit, kata Tofan, generasi muda juga harus mulai terlibat dalam advolasi kebijakan terkait sawit. “Anak muda mungkin kalah dalam pengalaman, tetapi perspektif mereka akan lebih objektif dalam melihat tantangan di industri sawit. Baik tantangan itu yang berasal dari luar negeri ataupun dalam negeri,” katanya.

Tofan Mahdi mengapresiasi program-program kampanye positif sawit yang melibatkan generasi muda seperti yang dilakukan asosiasi pelaku usaha seperti Gapki, asosiasi petani sawit, maupun pemerintah dalam hal ini Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP KS).
(dar)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1240 seconds (0.1#10.140)