Jiwasraya ingin Ganti Nama, Perusahaan Mana saja yang Sukses setelah Berganti Nama
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kasus mega korupsi Jiwasraya terus bergulir. Kejaksaan Agung (Kejagung), melalui Jaksa Agung Muda Pidana Khusus Ali Mukartono menyatakan pihaknya tengah tengah melakukan upaya penyelamatan aset dari kasus ini sebesar Rp18,4 triliun. Aset yang diselamatkan Kejagung ini lebih besar dari hasil audit Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) bahwa kerugian negara dari kasus Jiwasraya ini mencapai Rp16,8 triliun.
Kerugian dari kasus ini bukan hanya materi semata. Kasus Jiwasraya sudah mencoreng industri asuransi jiwa nasional serta merusak kepercayaan investor dan nama baik BUMN. Oleh sebab itu, Kementerian BUMN pun mengusulkan agar PT Asuransi Jiwasraya (Persero) di tutup saja. Sebagai gantinya akan dibuat perusahaan baru bernama Nusantara Life.
Menurut Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo Nantinya Nusantara Life akan berada dalam naungan holding asuransi PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) (Persero). Diharapkan semua pemegang polis asuransi Jiwasraya mau memindahkan polisnya ke Nusantara Life. Tentu saja, dengan berbagai negosiasi yang perlu disepakati bersama.
Mengganti nama perusahaan dalam dunia bisnis memang sering dilakukan. Alasannya, beraneka ragam. Mulai dari pergantian pemilik akibat proses merger atau akusisi, karena bisnis perusahaan yang berubah, atau juga sebagai upaya untuk memperbaiki citra perusahaan yang sudah terlanjur tercoreng.
Kerugian dari kasus Jiwasraya, boleh jadi akan menjadi rekor kerugian terbesar yang dialami oleh perusahaan keuangan di Indonesia. Sebelumnya, ada kasus Bank Century, yang menurut laporan BPK menyebabkan kerugian negara lebih dari Rp7 triliun.
Untuk menekan kerugian negara, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pun mem-bail out Bank Century sebesar Rp6,7 triliun. Setelah diambil alih oleh LPS pada November 2008, Bank Century berubah nama menjadi Bank Mutiara (PT Bank Mutiara Tbk).
Pada November 2014 PT Bank Mutiara Tbk dibeli oleh investor asal Jepang, J Trust Co. Ltd., senilai Rp 4,4 triliun. Pada 29 Mei 2015 Bank Mutiara pun resmi berubah nama lagi menjadi PT Bank J Trust Indonesia Tbk, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bank J Trust. Perubahan nama ini tergolong berhasil meredam skandal Bank Century, yang melibatkan pejabat-pejabat tinggi di negeri ini.
Pembentukan perusahan induk atau holding di BUMN, juga membawa konsekwensi perubahan nama perusahaan. Seperti saat pembentukan Holding BUMN Semen. Nama PT Semen Gresik (persero) Tbk pun berubah menjadi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Perubahan nama ini tidak membuat Semen Gresik menghilang. PT Semen Gresik, tetap ada, namun statsusnya kini jadi anak perusahaan dari PT Semen Indonesia. Sama seperti status BUMN Semen lainnya, PT Semen Tonasa, dan PT Semen Padang, yang juga menjadi anak perusahaan dari Semen Indonesia.
Menariknya, setelah membentuk holding semen, sayap bisnis holding BUMN ini bisa melebar hingga Vietnam. Tak lama setelah terbentuk Holding Semen Indonesia, BUMN ini pun brhasil mebeli perusahaan semen di Vietnam, Thang Long Cement.
Tak hanya itu di dalam negeri pada Januari 2019 yang lalu Semen Indonesia juga berhasil mengakuisisi Semen Holcim (PT Holcim Indonesia Tbk). Perubahan kepemilikan ini membuat PT Holcim Indonesia pun diganti namanya menjadi PT Solusi Bangun Indonesia (SBI) pada September 2019. Tidak hanya sebastas mengganti nama perusahaan, merk Semen Holcim yang sudah beken di pasar pun diganti menjadi Semen DYNAMIX.
Holdingisasi juga telah mengubah nama BUMN lainnya seperti yang terjadi pada PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM). Setelah statusnya berubah menjadi holding BUMN Tambang, INALUM pun salin nama, menjadi MIND ID yang merupakan akronim dari Mining Industry Indonesia. Perubahan identitas perusahaan ini terjadi pada 17 Agustus 2017 yang lalu.
Perubahan identitas ini juga menunjukan bahwa BUMN ini mampu jadi induk perusahaan bagi perusahaan tambang sekelas Freport Indonesia. Buktinya setelah perubahan nama ini, MIND ID dipercaya oleh investor dunia. Peruasahan berhasil menarik dana dari global bond yang baru saja diterbitkan senilai USD2,5 miliar atau setara dengan Rp37,5 triliun.
Sebagai upaya menjadi peruasahaan pengelola pelabuhan beratraf dunia, maka PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) melakukan new branding terhadap nama perusahaan, yakni menjadi Indonesia Port Corporation alias IPC. Nama IPC memang hanya nama branding, yang ada dilogo perusahan. Secara legal nama perusahaan masih tetap sama PT Pelabuhan Indonesia II (Persero).
Di perusahaan swasta ganti nama perusahaan juga lazim terjadi. Seperti misalnya perusahaan sekuritas, Bhakti Investama menjadi MNC Investama. Lalu ada juga Bank ICB Bumi Putera menjadi Bank MNC Indonesia. Agis menjadi Sigmagold Inti Perkasa, Bank Niaga menjadi Bank CIMB Niaga, Bukit Sentul menjadi Sentul City, dan lain sebagainya.
Di kancah global, ganti nama perusahaan juga jadi hal yang lumrah. Setelah 60 tahun berkiprah di bisnis teknologi (produk elektronik), perusahaan raksasa asal Jepang Sony memutuskan untuk mengganti nama menjadi Sony Group. Perubahan nama ini efektif mulai berlaku April 2021. Melalui perubahan nama perusahaan ini Sony ingin imengkomunikasikan bahwa perusahaan akan lebih mengembangkan bisnisnya, tidak hanya di bidang elektronik saja.
Beberapa perusahaan kelas dunia yang kini sudah tenar, ternyata sebelum berjaya seperti sekarang pernah punya nama lain. Pergantian nama ini pun membuat perusahaan jadi lebih kesohor. Seperti AOL (America Online), saat didirikan pada 1985 nama perusahaan ini adalah Quantam Computer Services. Nama perusaahaan baru berganti menjadi AOL pada tahun 1991.
Siapa yang tak kenal Google, yang kini menjadi mesin pencari paling keshoro di muka bumi. Saat didirikan oleh Larry Page dan Sergey Brin pada 1996, nama perusahaan dan layanan mesin pencarinya diberi nama BackRub. Baru dua tahun kemudian berubah nama menjadi Google, dan nama ini memang membawa hoki.
Nama perusahaan Blue Ribbon Sports mungkin tidak ada yang mengenal, namun jika dikatakan Nike, semua orang di planet ini langsung mengenalinya sebagai perusahaan yang memproduksi pakaian olahraga. Blue Ribbon Sports memang jadi nama perusahaan sebelum dikenal sebagai Nike sekarang ini.
Mengganti jati diri perusahaan, baik nama perusahaan. logo, merek dan sebagainya merupakan strategi perusahaan untuk menginformasikan bahwa kini mereka telah berubah, telah bertransformasi seperti yang digambarkan oleh jati diri perusahaan yang baru.
Jadi ganti nama perusahaan, bukan hanya sebatas pada perubahan akte saja. Namun memang harus diikuti oleh perubahan menyeluruh di perusahan tersebut. Jika pubik, konsumen , nasabah, mitra bisnis tidak melihat adanya perubahan, setelah jati diri perusahaan berganti, alamat perubahan identitas itu tidak akan membawa hoki atau menyelesaikan masalah.
Kerugian dari kasus ini bukan hanya materi semata. Kasus Jiwasraya sudah mencoreng industri asuransi jiwa nasional serta merusak kepercayaan investor dan nama baik BUMN. Oleh sebab itu, Kementerian BUMN pun mengusulkan agar PT Asuransi Jiwasraya (Persero) di tutup saja. Sebagai gantinya akan dibuat perusahaan baru bernama Nusantara Life.
Menurut Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo Nantinya Nusantara Life akan berada dalam naungan holding asuransi PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (BPUI) (Persero). Diharapkan semua pemegang polis asuransi Jiwasraya mau memindahkan polisnya ke Nusantara Life. Tentu saja, dengan berbagai negosiasi yang perlu disepakati bersama.
Mengganti nama perusahaan dalam dunia bisnis memang sering dilakukan. Alasannya, beraneka ragam. Mulai dari pergantian pemilik akibat proses merger atau akusisi, karena bisnis perusahaan yang berubah, atau juga sebagai upaya untuk memperbaiki citra perusahaan yang sudah terlanjur tercoreng.
Kerugian dari kasus Jiwasraya, boleh jadi akan menjadi rekor kerugian terbesar yang dialami oleh perusahaan keuangan di Indonesia. Sebelumnya, ada kasus Bank Century, yang menurut laporan BPK menyebabkan kerugian negara lebih dari Rp7 triliun.
Untuk menekan kerugian negara, Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pun mem-bail out Bank Century sebesar Rp6,7 triliun. Setelah diambil alih oleh LPS pada November 2008, Bank Century berubah nama menjadi Bank Mutiara (PT Bank Mutiara Tbk).
Pada November 2014 PT Bank Mutiara Tbk dibeli oleh investor asal Jepang, J Trust Co. Ltd., senilai Rp 4,4 triliun. Pada 29 Mei 2015 Bank Mutiara pun resmi berubah nama lagi menjadi PT Bank J Trust Indonesia Tbk, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Bank J Trust. Perubahan nama ini tergolong berhasil meredam skandal Bank Century, yang melibatkan pejabat-pejabat tinggi di negeri ini.
Pembentukan perusahan induk atau holding di BUMN, juga membawa konsekwensi perubahan nama perusahaan. Seperti saat pembentukan Holding BUMN Semen. Nama PT Semen Gresik (persero) Tbk pun berubah menjadi PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. Perubahan nama ini tidak membuat Semen Gresik menghilang. PT Semen Gresik, tetap ada, namun statsusnya kini jadi anak perusahaan dari PT Semen Indonesia. Sama seperti status BUMN Semen lainnya, PT Semen Tonasa, dan PT Semen Padang, yang juga menjadi anak perusahaan dari Semen Indonesia.
Menariknya, setelah membentuk holding semen, sayap bisnis holding BUMN ini bisa melebar hingga Vietnam. Tak lama setelah terbentuk Holding Semen Indonesia, BUMN ini pun brhasil mebeli perusahaan semen di Vietnam, Thang Long Cement.
Tak hanya itu di dalam negeri pada Januari 2019 yang lalu Semen Indonesia juga berhasil mengakuisisi Semen Holcim (PT Holcim Indonesia Tbk). Perubahan kepemilikan ini membuat PT Holcim Indonesia pun diganti namanya menjadi PT Solusi Bangun Indonesia (SBI) pada September 2019. Tidak hanya sebastas mengganti nama perusahaan, merk Semen Holcim yang sudah beken di pasar pun diganti menjadi Semen DYNAMIX.
Holdingisasi juga telah mengubah nama BUMN lainnya seperti yang terjadi pada PT Indonesia Asahan Aluminium (INALUM). Setelah statusnya berubah menjadi holding BUMN Tambang, INALUM pun salin nama, menjadi MIND ID yang merupakan akronim dari Mining Industry Indonesia. Perubahan identitas perusahaan ini terjadi pada 17 Agustus 2017 yang lalu.
Perubahan identitas ini juga menunjukan bahwa BUMN ini mampu jadi induk perusahaan bagi perusahaan tambang sekelas Freport Indonesia. Buktinya setelah perubahan nama ini, MIND ID dipercaya oleh investor dunia. Peruasahan berhasil menarik dana dari global bond yang baru saja diterbitkan senilai USD2,5 miliar atau setara dengan Rp37,5 triliun.
Sebagai upaya menjadi peruasahaan pengelola pelabuhan beratraf dunia, maka PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) melakukan new branding terhadap nama perusahaan, yakni menjadi Indonesia Port Corporation alias IPC. Nama IPC memang hanya nama branding, yang ada dilogo perusahan. Secara legal nama perusahaan masih tetap sama PT Pelabuhan Indonesia II (Persero).
Di perusahaan swasta ganti nama perusahaan juga lazim terjadi. Seperti misalnya perusahaan sekuritas, Bhakti Investama menjadi MNC Investama. Lalu ada juga Bank ICB Bumi Putera menjadi Bank MNC Indonesia. Agis menjadi Sigmagold Inti Perkasa, Bank Niaga menjadi Bank CIMB Niaga, Bukit Sentul menjadi Sentul City, dan lain sebagainya.
Di kancah global, ganti nama perusahaan juga jadi hal yang lumrah. Setelah 60 tahun berkiprah di bisnis teknologi (produk elektronik), perusahaan raksasa asal Jepang Sony memutuskan untuk mengganti nama menjadi Sony Group. Perubahan nama ini efektif mulai berlaku April 2021. Melalui perubahan nama perusahaan ini Sony ingin imengkomunikasikan bahwa perusahaan akan lebih mengembangkan bisnisnya, tidak hanya di bidang elektronik saja.
Beberapa perusahaan kelas dunia yang kini sudah tenar, ternyata sebelum berjaya seperti sekarang pernah punya nama lain. Pergantian nama ini pun membuat perusahaan jadi lebih kesohor. Seperti AOL (America Online), saat didirikan pada 1985 nama perusahaan ini adalah Quantam Computer Services. Nama perusaahaan baru berganti menjadi AOL pada tahun 1991.
Siapa yang tak kenal Google, yang kini menjadi mesin pencari paling keshoro di muka bumi. Saat didirikan oleh Larry Page dan Sergey Brin pada 1996, nama perusahaan dan layanan mesin pencarinya diberi nama BackRub. Baru dua tahun kemudian berubah nama menjadi Google, dan nama ini memang membawa hoki.
Nama perusahaan Blue Ribbon Sports mungkin tidak ada yang mengenal, namun jika dikatakan Nike, semua orang di planet ini langsung mengenalinya sebagai perusahaan yang memproduksi pakaian olahraga. Blue Ribbon Sports memang jadi nama perusahaan sebelum dikenal sebagai Nike sekarang ini.
Mengganti jati diri perusahaan, baik nama perusahaan. logo, merek dan sebagainya merupakan strategi perusahaan untuk menginformasikan bahwa kini mereka telah berubah, telah bertransformasi seperti yang digambarkan oleh jati diri perusahaan yang baru.
Jadi ganti nama perusahaan, bukan hanya sebatas pada perubahan akte saja. Namun memang harus diikuti oleh perubahan menyeluruh di perusahan tersebut. Jika pubik, konsumen , nasabah, mitra bisnis tidak melihat adanya perubahan, setelah jati diri perusahaan berganti, alamat perubahan identitas itu tidak akan membawa hoki atau menyelesaikan masalah.
(eko)