Pusvetma Kementan Ekspor Vaksin Septivet ke Timor Leste
loading...
A
A
A
Untuk dapat melakukan pengiriman vaksin dengan protokol ketat rantai dingin, Pusvetma harus cermat dalam menghitung waktu kapan saat pengemasan produk. Harapannya agar rantai dingin tetap terjaga dan produk terkirim dengan aman dan sesuai standar. "Tapi semua kendala tersebut tentunya telah dapat diatasi dengan baik sehingga ekspor perdana ke Timor Leste dapat terwujud," tegas Agung.
Di sisi lain, Pusvetma juga terus konsisten menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001 yang terintegrasi dengan ISO 37001 Sistem Manajemen Anti Penyuapan. Selain itu, Pusvetma juga telah melaksanakan sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan dan memperoleh sertifikat ISO 45001:2018. "Karena kami sadar akan risiko dan bahaya akibat seringnya bergulat dengan virus dan bakteri serta bahan kimia, maka K3 wajib terapkan," terang Agung.
Semua produk vaksin dan bahan biologik lainnya yang diproduksi dan diedarkan oleh Pusvetma juga telah memiliki legalitas nomor registrasi/pendaftaran obat hewan yang diterbitkan oleh Kementan. Hal ini sebagai upaya Pusvetma agar mampu konsisten menghasilkan produk vaksin bermutu sesuai slogan Pusvetma "Produk Bermutu Untuk Bangsaku".
Dirjen PKH Kementan, I Ketut Diarmita berharap ke depannya, Pusvetma bisa melakukan lebih banyak ekspor produk-produknya. Baik vaksin, maupun bahan diagnostik lainnya. Ia percaya Pusvetma bisa membidik negara seperti Pakistan dan Srilanka sebagai negara tujuan ekspor berikutnya. "Semoga harapan ini dapat terlaksana dengan mudah dan dalam waktu secepatnya. Dengan demikian Pusvetma turut mendukung kebijakan Pak Mentan untuk mewujudkan pertanian yang maju, mandiri dan modern tentunya dibidang kesehatan hewan," papar Ketut.
Ia menambahkan, dengan semakin banyaknya produk-produk buatan anak bangsa yang di ekspor, seharusnya semua pihak ikut berbangga. Menurut Ketut, ini membuktikan bahwa sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki Indonesia bisa bersaing di Internasional. "Sudah saatnya produk-produk karya anak bangsa menjadi tuan di negeri sendiri dan diminati di luar negeri. Jayalah produk bangsaku," tutur Ketut.
Sebagai informasi, Pusvetma yang didirikan sejak tahun 1952 memiliki peranan yang sangat vital dalam success story pembebasan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Indonesia. Pusvetma telah diakui oleh Badan Kesehatan Hewan (OIE) pada tahun 1990 dalam pembebasan PMK.
Keberhasilan vaksin PMK buatan Pusvetma menunjukan bahwa Pusvetma adalah institusi satu-satunya milik pemerintah yang memiliki kemampuan memproduksi vaksin hewan berkualitas. Untuk pengembangan produksi vaksin, Pusvetma juga terus dibantu oleh para pakar dibidangnya yang berasal dari beberapa perguruan tinggi.
Di sisi lain, Pusvetma juga terus konsisten menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001 yang terintegrasi dengan ISO 37001 Sistem Manajemen Anti Penyuapan. Selain itu, Pusvetma juga telah melaksanakan sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan dan memperoleh sertifikat ISO 45001:2018. "Karena kami sadar akan risiko dan bahaya akibat seringnya bergulat dengan virus dan bakteri serta bahan kimia, maka K3 wajib terapkan," terang Agung.
Semua produk vaksin dan bahan biologik lainnya yang diproduksi dan diedarkan oleh Pusvetma juga telah memiliki legalitas nomor registrasi/pendaftaran obat hewan yang diterbitkan oleh Kementan. Hal ini sebagai upaya Pusvetma agar mampu konsisten menghasilkan produk vaksin bermutu sesuai slogan Pusvetma "Produk Bermutu Untuk Bangsaku".
Dirjen PKH Kementan, I Ketut Diarmita berharap ke depannya, Pusvetma bisa melakukan lebih banyak ekspor produk-produknya. Baik vaksin, maupun bahan diagnostik lainnya. Ia percaya Pusvetma bisa membidik negara seperti Pakistan dan Srilanka sebagai negara tujuan ekspor berikutnya. "Semoga harapan ini dapat terlaksana dengan mudah dan dalam waktu secepatnya. Dengan demikian Pusvetma turut mendukung kebijakan Pak Mentan untuk mewujudkan pertanian yang maju, mandiri dan modern tentunya dibidang kesehatan hewan," papar Ketut.
Ia menambahkan, dengan semakin banyaknya produk-produk buatan anak bangsa yang di ekspor, seharusnya semua pihak ikut berbangga. Menurut Ketut, ini membuktikan bahwa sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki Indonesia bisa bersaing di Internasional. "Sudah saatnya produk-produk karya anak bangsa menjadi tuan di negeri sendiri dan diminati di luar negeri. Jayalah produk bangsaku," tutur Ketut.
Sebagai informasi, Pusvetma yang didirikan sejak tahun 1952 memiliki peranan yang sangat vital dalam success story pembebasan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Indonesia. Pusvetma telah diakui oleh Badan Kesehatan Hewan (OIE) pada tahun 1990 dalam pembebasan PMK.
Keberhasilan vaksin PMK buatan Pusvetma menunjukan bahwa Pusvetma adalah institusi satu-satunya milik pemerintah yang memiliki kemampuan memproduksi vaksin hewan berkualitas. Untuk pengembangan produksi vaksin, Pusvetma juga terus dibantu oleh para pakar dibidangnya yang berasal dari beberapa perguruan tinggi.
(alf)