Ajang KTT G20 Dorong Penjualan Mobil Listrik Tembus 6.000 Unit
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum Gabung Industri Kendaraan Bermotor Indonesia ( Gaikindo ) Yohanes Nangoi mengungkap, penjualan mobil listrik tahun ini melompat drastis jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sepanjang 2021, mobil listrik hanya laku di bawah 1.000 unit, sedangkan di 2022 yang belum habis ini angka penjualan meroket hingga 6.000 unit.
"Jadi cukup tinggi sekali, sebagian besar diproduksi dalam negeri, seperti Wuling, Ioniq," kata Nangoi di Grand Hyatt Jakarta, Rabu (30/11/2022).
Nangoi menjelaskan penjualan yang melonjak tajam itu dipengaruhi oleh penyelengaraan KTT G20 di Bali. Di ajang itu, pemerintah melakukan pengadaan mobil listrik yang cukup masif untuk akomodasi tamu undangan.
"800 unit dipakai di KTT di Bali, sisanya animo masyarakat yang memang mulai naik," lanjutnya.
Menurutnya, angka 6.000 unit mobil listrik itu hanya untuk jenis EV (electrical vehicle), bukan hybrid atau plugin hybrid. Nangoi optimistis, capaian tersebut bisa menjadi katalisator dalam penggunaan kendaraan listrik untuk masyarakat ke depannya.
"Sampai bulan Oktober memang sudah mencapai angka 6.000 unit, itu untuk mobil listrik, pure listrik. Belum kita hitung yang namanya hybrid dan lainnya," kata Nangoi.
Lebih lanjut Nangoi mengungkapkan bahwa pertumbuhan penjualan mobil listrik ini juga dibantu berbagai macam kebijakan pemerintah. Pemerintah juga perlu memberikan insentif untuk terus mendorong penjualan mobil listrik.
"Kalau pemerintah mau mobil listrik lebih cepat laku, misal kita dikasih insentif ya matur nuwun (terima kasih) sangat," pungkasnya.
"Jadi cukup tinggi sekali, sebagian besar diproduksi dalam negeri, seperti Wuling, Ioniq," kata Nangoi di Grand Hyatt Jakarta, Rabu (30/11/2022).
Nangoi menjelaskan penjualan yang melonjak tajam itu dipengaruhi oleh penyelengaraan KTT G20 di Bali. Di ajang itu, pemerintah melakukan pengadaan mobil listrik yang cukup masif untuk akomodasi tamu undangan.
"800 unit dipakai di KTT di Bali, sisanya animo masyarakat yang memang mulai naik," lanjutnya.
Menurutnya, angka 6.000 unit mobil listrik itu hanya untuk jenis EV (electrical vehicle), bukan hybrid atau plugin hybrid. Nangoi optimistis, capaian tersebut bisa menjadi katalisator dalam penggunaan kendaraan listrik untuk masyarakat ke depannya.
"Sampai bulan Oktober memang sudah mencapai angka 6.000 unit, itu untuk mobil listrik, pure listrik. Belum kita hitung yang namanya hybrid dan lainnya," kata Nangoi.
Lebih lanjut Nangoi mengungkapkan bahwa pertumbuhan penjualan mobil listrik ini juga dibantu berbagai macam kebijakan pemerintah. Pemerintah juga perlu memberikan insentif untuk terus mendorong penjualan mobil listrik.
"Kalau pemerintah mau mobil listrik lebih cepat laku, misal kita dikasih insentif ya matur nuwun (terima kasih) sangat," pungkasnya.
(uka)