Setahun Usia Merger BUMN Perikanan, Ini Sederet Capaiannya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memutuskan untuk melakukan merger PT Perikanan Indonesia (Persero) dan PT Perikanan Nusantara (Persero) sejak 2 Desember 2021 silam. Lalu bagaimana progres kinerja industri perikanan Tanah Air, usai kedua BUMN perikanan itu digabungkan.
Direktur Utama Perikanan Indonesia, Sigit Muhartono mengaku dengan penggabungan BUMN perikanan satu tahun yang lalu harus memberikan nilai positif baik bagi pemegang saham, manajemen, karyawan, masyarakat dan industri perikanan.
Dia menyebut sepanjang satu tahun Perikanan Indonesia terus berbenah dan bertransformasi menjadi perusahaan yang mampu menciptakan ekosistem perikanan berkelanjutan dari hulu hingga hilir. "Kami sudah bertransformasi dalam satu tahun ini. Dan kami berkomitmen terus bertransformasi di tahun-tahun berikutnya untuk menjadi perusahaan perikanan terbesar pada tahun 2026 sesuai visi perusahaan,” ujar Sigit, Sabtu (3/12/2022).
Dalam perjalanan bisnis pasca merger, Perikanan Indonesia mampu melakukan transformasi kinerja keuangan dengan EBITDA (Earning Before Interest, Taxes, Depreciation and Amortization) dari semula negatif menjadi positif. Perseroan juga menorehkan hasil ekspor yang gemilang ke beberapa negara tujuan. Pertama, ekspor gurita dari Unit Simeulue ke Jepang yang rutin dilakukan setiap bulannya dengan volume 15 ton setiap ekspor.
Kedua ekspor gurita dari Cabang Makassar ke Amerika Serikat sebanyak 17,9 ton. Berikutnya, ekspor Tuna loin natural beku dari Cabang Ambon ke Jepang sebanyak 10,8 ton, dan ekspor ikan Tuna dari Cabang Bitung ke Singapura.
Selain itu, perusahaan juga menyuplai ikan tuna yang sudah diproses menjadi tuna saku, tuna steak dan tuna center cut dari Cabang Benoa ke Amerika Serikat. Dalam minggu ini, Perindo juga mengekspor Ikan Cakalang sebanyak 51 ton dari Jakarta ke Jepang.
“Melalui ekspor ini, kami menjalankan amanah pemerintah sesuai dengan tujuan penggabungan BUMN Perikanan di mana salah satunya harus meningkatkan ekspor produk perikanan Indonesia ke pasar internasional serta meningkatkan pendapatan pajak dan dividen bagi negara,” kata dia.
Proses ekspor, lanjut Sigit, melibatkan nelayan lokal dalam melakukan penangkapan ikan. Artinya, sikap Perikanan Indonesia itu untuk meningkatkan inklusivitas nelayan dengan menyerap hasil tangkapan nelayan (off take), meningkatkan nilai tukar nelayan serta memberikan kemudahan nelayan dalam berproduksi.
Sigit mencatat Perikanan Indonesia juga merambah bidang retail untuk meningkatkan kualitas mutu produk perikanan. Hal ini dilakukan dengan meluncurkan tiga segmentasi produk ritel Tukato Seafood. Segmentasi dibagi menjadi tiga berdasarkan pangsa pasar yaituTukato Bay, Tukato Sea dan Tukato Ocean.
Untuk tahun depan, perusahaan sudah merumuskan program transformasi. Di antaranya, revitalisasi pengelolaan pelabuhan perikanan yang tersebar di beberapa tempat di Indonesia. Langkah ini diyakini mampu mengerek pendapatan perusahaan dari bisnis kepelabuhanan, seperti penyediaan perbekalan kapal, BBM, air bersih dan digitalisasi tambat labuh bekerjasama dengan KKP dan yang lainnya.
Kemudian meningkatkan peran BUMN dalam ketersediaan ikan sebagai salah satu item Cadangan Pangan Pemerintah, Perikanan Indonesia akan bertransformasi dengan mengikuti program Penangkapan Ikan Terukur (PIT) dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.
"Dengan bertransformasi dalam pengelolaan pelabuhan dan penangkapan ikan terukur, kami optimis akan mewujudkan visi menjadi perusahaan perikanan terbesar di tahun 2026 secara bertahap," tutup Sigit.
Direktur Utama Perikanan Indonesia, Sigit Muhartono mengaku dengan penggabungan BUMN perikanan satu tahun yang lalu harus memberikan nilai positif baik bagi pemegang saham, manajemen, karyawan, masyarakat dan industri perikanan.
Dia menyebut sepanjang satu tahun Perikanan Indonesia terus berbenah dan bertransformasi menjadi perusahaan yang mampu menciptakan ekosistem perikanan berkelanjutan dari hulu hingga hilir. "Kami sudah bertransformasi dalam satu tahun ini. Dan kami berkomitmen terus bertransformasi di tahun-tahun berikutnya untuk menjadi perusahaan perikanan terbesar pada tahun 2026 sesuai visi perusahaan,” ujar Sigit, Sabtu (3/12/2022).
Dalam perjalanan bisnis pasca merger, Perikanan Indonesia mampu melakukan transformasi kinerja keuangan dengan EBITDA (Earning Before Interest, Taxes, Depreciation and Amortization) dari semula negatif menjadi positif. Perseroan juga menorehkan hasil ekspor yang gemilang ke beberapa negara tujuan. Pertama, ekspor gurita dari Unit Simeulue ke Jepang yang rutin dilakukan setiap bulannya dengan volume 15 ton setiap ekspor.
Kedua ekspor gurita dari Cabang Makassar ke Amerika Serikat sebanyak 17,9 ton. Berikutnya, ekspor Tuna loin natural beku dari Cabang Ambon ke Jepang sebanyak 10,8 ton, dan ekspor ikan Tuna dari Cabang Bitung ke Singapura.
Selain itu, perusahaan juga menyuplai ikan tuna yang sudah diproses menjadi tuna saku, tuna steak dan tuna center cut dari Cabang Benoa ke Amerika Serikat. Dalam minggu ini, Perindo juga mengekspor Ikan Cakalang sebanyak 51 ton dari Jakarta ke Jepang.
“Melalui ekspor ini, kami menjalankan amanah pemerintah sesuai dengan tujuan penggabungan BUMN Perikanan di mana salah satunya harus meningkatkan ekspor produk perikanan Indonesia ke pasar internasional serta meningkatkan pendapatan pajak dan dividen bagi negara,” kata dia.
Proses ekspor, lanjut Sigit, melibatkan nelayan lokal dalam melakukan penangkapan ikan. Artinya, sikap Perikanan Indonesia itu untuk meningkatkan inklusivitas nelayan dengan menyerap hasil tangkapan nelayan (off take), meningkatkan nilai tukar nelayan serta memberikan kemudahan nelayan dalam berproduksi.
Sigit mencatat Perikanan Indonesia juga merambah bidang retail untuk meningkatkan kualitas mutu produk perikanan. Hal ini dilakukan dengan meluncurkan tiga segmentasi produk ritel Tukato Seafood. Segmentasi dibagi menjadi tiga berdasarkan pangsa pasar yaituTukato Bay, Tukato Sea dan Tukato Ocean.
Untuk tahun depan, perusahaan sudah merumuskan program transformasi. Di antaranya, revitalisasi pengelolaan pelabuhan perikanan yang tersebar di beberapa tempat di Indonesia. Langkah ini diyakini mampu mengerek pendapatan perusahaan dari bisnis kepelabuhanan, seperti penyediaan perbekalan kapal, BBM, air bersih dan digitalisasi tambat labuh bekerjasama dengan KKP dan yang lainnya.
Kemudian meningkatkan peran BUMN dalam ketersediaan ikan sebagai salah satu item Cadangan Pangan Pemerintah, Perikanan Indonesia akan bertransformasi dengan mengikuti program Penangkapan Ikan Terukur (PIT) dari Kementerian Kelautan dan Perikanan.
"Dengan bertransformasi dalam pengelolaan pelabuhan dan penangkapan ikan terukur, kami optimis akan mewujudkan visi menjadi perusahaan perikanan terbesar di tahun 2026 secara bertahap," tutup Sigit.
(nng)