Hilirisasi Nikel Jadi Kekuatan Indonesia untuk Mengakselerasi Industri Kendaraan Listrik
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kepemimpinan Indonesia pada G20 menegaskan bahwa Indonesia adalah salah satu negara penting yang berkontribusi pada masa depan dunia. Selain tren pertumbuhan ekonomi yang positif, cadangan mineral yang dimiliki juga menempatkan negara ini berada dalam rantai logistik mineral utama dunia, salah satunya adalah nikel .
Data dari United States Geological Survey (USGS) pada Januari 2020 dan Badan Geologi 2019 yang disarikan dari Booklet Nikel oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 2020 menyatakan, Indonesia memiliki 72 juta ton nikel atau setara dengan 52% dari total cadangan dunia sebesar 139.419.000 ton. Potensi cadangan nikel ini yang juga menjadikan The Economist memproyeksi peran Indonesia akan menjadi lebih penting.
Nikel adalah material utama dalam pembuatan kendaraan listrik , namun permasalahan hilirisasi masih menjadi kendala utama dalam merealisasikan rencana tersebut. Salah satu kendala adalah besarnya jumlah investasi yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk membangun smelter.
Di sinilah komitmen pemain industri ekstraktif untuk dapat berkontribusi dalam memastikan kebutuhan nikel siap pakai melalui kebijakan hilirisasi. Seperti yang telah dilakukan oleh PT Vale Indonesia yang pada tanggal 27 November 2022 melakukan peresmian proyek penambangan nikel di Sulawesi Tenggara, Blok Pomalaa.
Peresmian blok baru yang disaksikan secara langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan ini ditargetkan akan menghasilkan 120 kiloton nickel matte per tahun (ktpa) dan potensi menyumbang devisa sebesar USD4,5 miliar.
Menurut Febriany Eddy, CEO PT Vale Indonesia, sejak berdiri dari lebih 50 tahun lalu perusahaan tidak pernah mengekspor biji mentah. Perjalanan panjang ini menjadi bukti komitmen PT Vale Indonesia untuk memastikan hilirisasi nikel.
“Kami dari awal selalu memproses nikel yang kami tambang menjadi nickel matte sebelum kami ekspor. Hal ini kami lakukan untuk memastikan bahwa ekspor nikel Indonesia memiliki nilai tambah di perdagangan dunia,” jelasnya, Selasa (6/12/2022).
Badan Energi Internasional atau IEA memprediksi di tahun 2030 kendaraan listrik akan mewakili lebih dari 60% kendaraan yang dijual secara global, sebagai dampak dari kebijakan PBB untuk mewujudkan net zero emission. Kepastian cadangan nikel berkualitas akan krusial untuk memastikan ‘suku cadang’ utama kendaraan listrik, yakni baterai, untuk selalu tersedia di pasaran.
PT Vale Indonesia selaku salah satu pemain veteran dalam industri nikel saat ini telah memasok paling tidak 3% kebutuhan nikel dunia atau setara dengan 2.6 juta ton. Pada tahun 2021, PT Vale Indonesia memproduksi 65,388 ton matte nikel. Matte inilah yang kemudian akan diproses lebih lanjut untuk produk turunan lain yang nilai jualnya bisa lebih besar hingga sepuluh kali lipat dibandingkan nikel mentah.
Data dari United States Geological Survey (USGS) pada Januari 2020 dan Badan Geologi 2019 yang disarikan dari Booklet Nikel oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) 2020 menyatakan, Indonesia memiliki 72 juta ton nikel atau setara dengan 52% dari total cadangan dunia sebesar 139.419.000 ton. Potensi cadangan nikel ini yang juga menjadikan The Economist memproyeksi peran Indonesia akan menjadi lebih penting.
Nikel adalah material utama dalam pembuatan kendaraan listrik , namun permasalahan hilirisasi masih menjadi kendala utama dalam merealisasikan rencana tersebut. Salah satu kendala adalah besarnya jumlah investasi yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk membangun smelter.
Di sinilah komitmen pemain industri ekstraktif untuk dapat berkontribusi dalam memastikan kebutuhan nikel siap pakai melalui kebijakan hilirisasi. Seperti yang telah dilakukan oleh PT Vale Indonesia yang pada tanggal 27 November 2022 melakukan peresmian proyek penambangan nikel di Sulawesi Tenggara, Blok Pomalaa.
Peresmian blok baru yang disaksikan secara langsung oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan ini ditargetkan akan menghasilkan 120 kiloton nickel matte per tahun (ktpa) dan potensi menyumbang devisa sebesar USD4,5 miliar.
Menurut Febriany Eddy, CEO PT Vale Indonesia, sejak berdiri dari lebih 50 tahun lalu perusahaan tidak pernah mengekspor biji mentah. Perjalanan panjang ini menjadi bukti komitmen PT Vale Indonesia untuk memastikan hilirisasi nikel.
“Kami dari awal selalu memproses nikel yang kami tambang menjadi nickel matte sebelum kami ekspor. Hal ini kami lakukan untuk memastikan bahwa ekspor nikel Indonesia memiliki nilai tambah di perdagangan dunia,” jelasnya, Selasa (6/12/2022).
Badan Energi Internasional atau IEA memprediksi di tahun 2030 kendaraan listrik akan mewakili lebih dari 60% kendaraan yang dijual secara global, sebagai dampak dari kebijakan PBB untuk mewujudkan net zero emission. Kepastian cadangan nikel berkualitas akan krusial untuk memastikan ‘suku cadang’ utama kendaraan listrik, yakni baterai, untuk selalu tersedia di pasaran.
PT Vale Indonesia selaku salah satu pemain veteran dalam industri nikel saat ini telah memasok paling tidak 3% kebutuhan nikel dunia atau setara dengan 2.6 juta ton. Pada tahun 2021, PT Vale Indonesia memproduksi 65,388 ton matte nikel. Matte inilah yang kemudian akan diproses lebih lanjut untuk produk turunan lain yang nilai jualnya bisa lebih besar hingga sepuluh kali lipat dibandingkan nikel mentah.