Daftar Anak Usaha PT KAI, Lengkap dengan Sejarah Kereta Api

Selasa, 27 Desember 2022 - 14:35 WIB
loading...
Daftar Anak Usaha PT KAI, Lengkap dengan Sejarah Kereta Api
Sejumlah wisatawan berada di Stasiun Tuntang mengikuti paket perjalanan wisata kereta api Ambarawa - Tuntang, di Bawen, Semarang, Selasa (30/12). FOTO/Antara/Aloysius Jarot Nugroho
A A A
JAKARTA - Sejarah perkeretaapian di Indonesia dimulai pada 17 Juni 1864, ketika pembangunan jalur keretaapi Semarang-Vorstenlanden (Solo-Yogyakarta) di Desa Kemijen oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda Mr. L.A.J Baron Sloet van de Beele.

Mengutip sirtus resmi KAI, pembangunan dilakukan oleh perusahaan swasta Nederlansch Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) menggunakan lebar sepur 1435 mm. Sementara itu, pada 8 April 1875, pemerintah Hindia Belanda membangun jalur keretaapi negara melalui Staatssporwegen (SS) dengan Rute pertama meliputi Surabaya-Pasuruan-Malang.

Keberhasilan NISM dan SS mendorong investor swasta membangun jalur keretaapi, seperti Semarang Joana Stoomtram Maatschappij (SJS), Semarang Cheribon Stoomtram Maatschappij (SCS), Serajoedal Stoomtram Maatschappij (SDS). Lalu, Oost Java Stoomtram Maatschappij (OJS), Pasoeroean Stoomtram Maatschappij (Ps.SM), Kediri Stoomtram Maatschappij (KSM), Probolinggo Stoomtram Maatschappij (Pb.SM). Kemudian, Modjokerto Stoomtram Maatschappij (MSM), Malang Stoomtram Maatschappij (MS), Madoera Stoomtram Maatschappij (Mad.SM), Deli Spoorweg Maatschappij (DSM).



Tak hanya di Jawa, pembangunan jalur keretaapi juga dilakukan di Aceh (1876), Sumatra Utara (1889), Sumatra Barat (1891), Sumatra Selatan (1914), dan Sulawesi (1922). Sedangkan di Kalimantan, Bali, dan Lombok hanya dilakukan studi mengenai kemungkinan pemasangan jalan rel, namun belum sampai tahap pembangunan.

Sampai akhir 1928, panjang jalan keretaapi dan trem di Indonesia mencapai 7.464 km, dengan perincian rel milik pemerintah sepanjang 4.089 km dan swasta sepanjang 3.375 km. Lalu, pada 1942 Pemerintah Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Jepang. Semenjak itu, perkeretaapian Indonesia diambil alih Jepang dan berubah nama menjadi Rikuyu Sokyuku (Dinas Kereta Api).

Selama penguasaan Jepang, operasional keretaapi hanya diutamakan untuk kepentingan perang. Tetapi, Jepang juga melakukan pembangunan yakni lintas Saketi-Bayah dan Muaro-Pekanbaru untuk pengangkutan hasil tambang batubara guna menjalankan mesin-mesin perang mereka.

Namun, Jepang juga melakukan pembongkaran rel sepanjang 473 km yang diangkut ke Burma untuk pembangunan kereta api di sana. Setelah itu, beberapa hari setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, dilakukan pengambilalihan stasiun dan kantor pusat keretaapi yang dikuasai Jepang. Termasuk pada 28 September 1945 juga dilakukan pengambilalihan Kantor Pusat Kereta Api Bandung yang kini diperingati sebagai Hari Kereta Api Indonesia.

Namun, saat Belanda kembali ke Indonesia tahun 1946, Belanda membentuk kembali perkeretaapian di Indonesia bernama Staatssporwegen/Verenigde Spoorwegbedrif (SS/VS), gabungan SS dan seluruh perusahaan kereta api swasta (kecuali DSM). Berdasarkan perjanjian damai Konferensi Meja Bundar (KMB) Desember 1949, dilaksanakan pengambilalihan aset-aset milik pemerintah Hindia Belanda.

Pengalihan dalam bentuk penggabungan antara DKARI dan SS/VS menjadi Djawatan Kereta Api (DKA) tahun 1950. Pada tanggal 25 Mei 1950, DKA berganti menjadi Perusahaan Negara Kereta Api (PNKA). Pada tahun tersebut mulai diperkenalkan juga lambang Wahana Daya Pertiwi yang mencerminkan transformasi Perkeretaapian Indonesia sebagai sarana transportasi andalan guna mewujudkan kesejahteraan bangsa tanah air.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1680 seconds (0.1#10.140)