Ekonom Senior Ini Sebut Ekonomi RI Melemah karena Otot Lebih Dominan dari Otak
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ekonom Senior Indef Faisal Basri membeberkan hal yang memicu pelemahan pertumbuhan ekonomi Indonesia . Salah satunya karenakan unsur fisik alias otot lebih dominan dibanding pengetahuan atau otak.
"Pertumbuhan ekonomi Nasional melemah terus, karena pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan sangat dipengaruhi oleh unsur teknologi. Semakin banyak menggunakan komponen otak, semakin kencang pertumbuhan ekonomi itu. Sementara penggunaan otot semakin dominan," ujarnya dalam diskusi publik yang digelar Indef, Kamis (5/1/2022).
Menurut dia, penggunaan otak itu tercermin pada Total Factor Productivity atau TFP. Penggunaan otak dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu teknologi dan inovasi, kondisi pasar dan ekonomi, budaya dan sosial. Faisal bilang, tiga faktor inilah yang terjadi pelemahan terus menerus.
Kemudian, dia juga mencatat bahwa TFP Indonesia terus menerus mengalami penurunan. Bahkan dibandingkan negara-negara tetangga, penurunan TFP Indonesia pada 2020 paling tajam.
Dalam jangka panjang maupun kurun waktu terakhir, ungkap Faisal, pertumbuhan penggunaan otak manusia di Indonesia terpantau melemah.
Pertumbuhan TFP secara long run turun melandai dari 1970 sampai 2020. Di Asia Tenggara sendiri, TFP Indonesia juga lebih rendah dari Filipina maupun Kamboja. Sementara Vietnam menduduki posisi paling atas.
"Jadi ini nestapa kita ekonominya makin karut marut. Inilah hasil dari terus merusak fondasi. Kondisi fondasi yang memburuk menyebabkan dari 2010 (TFP) Indonesia terjun bebas, penggunaan otot semakin dominan," tuturnya.
Di sisi lain, dia mengatakan melemahnya industri manufaktur yang terjadi saat ini membuat Indonesia akan semakin ketergantungan pada ekspor komoditas.
Kegiatan ekspor ini yang membuat semakin dominannya penggunaan otot manusia di Indonesia. Sebab kegiatan ekspor, menurut dia, tak banyak membutuhkan tenaga ahli melainkan tenaga kasar.
"Kita terus bergantung pada ekspor yang hanya membutuhkan tenaga yang kurang pakai otak juga tidak apa-apa, karena tinggal petik terus jual, tebang pohon (lalu) jual. Seperti itu lah, kita jomplang dengan negara-negara yang lebih mengandalkan otak," cetusnya.
"Pertumbuhan ekonomi Nasional melemah terus, karena pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan sangat dipengaruhi oleh unsur teknologi. Semakin banyak menggunakan komponen otak, semakin kencang pertumbuhan ekonomi itu. Sementara penggunaan otot semakin dominan," ujarnya dalam diskusi publik yang digelar Indef, Kamis (5/1/2022).
Menurut dia, penggunaan otak itu tercermin pada Total Factor Productivity atau TFP. Penggunaan otak dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu teknologi dan inovasi, kondisi pasar dan ekonomi, budaya dan sosial. Faisal bilang, tiga faktor inilah yang terjadi pelemahan terus menerus.
Kemudian, dia juga mencatat bahwa TFP Indonesia terus menerus mengalami penurunan. Bahkan dibandingkan negara-negara tetangga, penurunan TFP Indonesia pada 2020 paling tajam.
Dalam jangka panjang maupun kurun waktu terakhir, ungkap Faisal, pertumbuhan penggunaan otak manusia di Indonesia terpantau melemah.
Pertumbuhan TFP secara long run turun melandai dari 1970 sampai 2020. Di Asia Tenggara sendiri, TFP Indonesia juga lebih rendah dari Filipina maupun Kamboja. Sementara Vietnam menduduki posisi paling atas.
"Jadi ini nestapa kita ekonominya makin karut marut. Inilah hasil dari terus merusak fondasi. Kondisi fondasi yang memburuk menyebabkan dari 2010 (TFP) Indonesia terjun bebas, penggunaan otot semakin dominan," tuturnya.
Di sisi lain, dia mengatakan melemahnya industri manufaktur yang terjadi saat ini membuat Indonesia akan semakin ketergantungan pada ekspor komoditas.
Kegiatan ekspor ini yang membuat semakin dominannya penggunaan otot manusia di Indonesia. Sebab kegiatan ekspor, menurut dia, tak banyak membutuhkan tenaga ahli melainkan tenaga kasar.
"Kita terus bergantung pada ekspor yang hanya membutuhkan tenaga yang kurang pakai otak juga tidak apa-apa, karena tinggal petik terus jual, tebang pohon (lalu) jual. Seperti itu lah, kita jomplang dengan negara-negara yang lebih mengandalkan otak," cetusnya.
(ind)