5 Juragan Air Minum di Indonesia, Nomor 4 Kekayaannya Tembus Rp116 Triliun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Bisnis air minum dalam kemasan terus bertumbuh di Indonesia. Pasalnya, jumlah penduduk yang besar dan gaya hidup masyarakat yang modern menjadi peluang bagi perkembangan bisnis air putih botolan.
Sebuah studi yang dikutip dari iwaponline.com dengan judul "Analisis Penggunaan Air Minum dalam Kemasan di Indonesia dalam Beberapa Dekade Terakhir: Tren, Determinan Sosial Ekonomi, dan Aspek Keamanan" mengungkap bahwa penggunaan air minuman dalam kemasan meningkat 1,24 kali (124%) setiap tahun. Riset itu juga memprediksi bahwa 50% penduduk Indonesia akan menggunakan AMDK, baik isi ulang ataupun bermerek pada 2026.
Peluang bisnis itulah yang memunculkan atau mendatangkan pemain-pemain baru bisnis air minuman kemasan di Indonesia. Jika awalnya hanya Aqua yang dikenal, kini sudah ada beberapa merek yang dimiliki sejumlah perusahaan atau pengusaha .
Dikutip dari berbagai sumber, berikut daftar lima pengusaha yang memiliki atau pernah bergelut di bisnis air minuman dalam kemasan:
1. Tirto Utomo
Namanya memang tak setenar Aqua, merek air minuman kemasan yang bisa dibilang numero uno. Meski telah almarhum pada 1994, nama Tirto tak bisa dilupakan karena dia adalah perintis bisnis air mineral kemasan di Tanah Air. Lewat PT Golden Mississippi yang didirkan pada 1973, Tirto memperkenalkan air minuman kemasan dengan merek Puritas. Perusahaan yang didirikan bersama sang adik, Slamet Utomo, itu bermodal Rp150 juta.
Semasa kuliah di UGM Surabaya, Tirto menyambi menjadi wartawan di Jawa Pos. Pindah kuliah di Fakultas Hukum UI, pria kelahiran Maret 8 Maret 1930 ini juga pernah menjadi pemimpin redaksi harian Sin Po dan majalah Pantja Warna.
Lulus dari FHUI, Tirto bergabung bersama Permina (Pertamina). Di BUMN perminyakan inilah Tirto mendapat "ilham" untuk mendirikan perusahaan air minum. Gara-garanya, tamu Pertamina dari luar negeri yang disuguhkan air keran mengalami diare. Dari situ Tirto kepikiran menghadirkan minuman yang higienis dan siap dikonsumsi.
Merek minuman kemasan Puritas yang diluncurkan ternyata kurang "hoki". Pada 1974, setahun perusahaanya berdiri, merek Puritas diganti menjadi Aqua dengan meluncurkan air minuman kemasan botol berukuran 950 ml seharga 75 perak.
Aqua terus berkembang dan pada 1998, 40% sahamnya dibeli oleh Danone, gergasi asal Perancis. Pelan tapi pasti, kepemilikan Lisa Utomo, istri mendiang Tirto, di Aqua terus tergerus. Pada 2002 Danone menjadi pengendali Aqua dengan kepemilikan 90% saham.
2. Jogi Hendra Atmadja
Le Minerale adalah merek minuman kemasan PT Tirta Fresindo Jaya. Saat ini PT Tirta merupakan salah satu perusahaan yang terus berekspansi di kawasan ASEAN.
Le Minerale mulai merangsek sejumlah negara, seperti Filipina, Singapura, Brunei Darussalam, Papua Nugini, dan Malaysia. Air mineral yang hadir pada 2015 ini punya resep jitu untuk melakukan penetrasi global, yaitu selalu mengedepankan kualitas.
PT Tirta Fresindo Jaya disebut-sebut sebagai bagian dari Mayora Group atau PT Mayora Indah Tbk. Jogi Hendra Atmadja yang merupakan presiden komisaris Mayora juga merupakan salah satu pemegang saham terbesar, dengan komposisi 25,24%.
Berdasarkan data Forbes pada Desember 2021, Jogi Hendra masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia. Ia menempati posisi ke-9 dengan total kekayaan mencapai USD4,1 miliar atau setara dengan Rp61,5 triliun (kurs Rp15.000).
3. Hermanto Tanoko
Lewat merek Cleo besutan PT Sariguna Primatirta Tbk, pengusaha asal Surabaya ini juga ikut meneguk segarnya bisnis air mineral kemasan. Cleo yang hadir pada 2004 ini sekarang diproduksi melalui 30 pabrik, dengan tiga pabrik baru yang dibangun pada tahun lalu.
Kapasitas produksi yang dimiliki Cleo sebelumnya sekitar 4 miliar liter. Dengan tambahan tiga pabrik baru, maka produksinya hingga 5,3 miliar liter.
Lewat dua perusahaannya, Hermanto Tanoko mengenggam sekitar 76% saham Cleo. Menggunakan bendera Tancorp, Hermanto Tanoko juga menggeluti sejumlah bisnis lain, salah satunya supermarket bahan bangunan lewat PT Caturkada Depo Bangunan Tbk (DEPO).
Hermanto Tanoko sendiri masuk dalam jajaran orang terkaya di Indonesia. Hermanto Tanoko bersama kakaknya, Wijono Tanoko, tercatat sebagai orang terkaya urutan 11 di Indonesia versi The Real-time Billionaires Forbes pada 2022. Kekayaan keduanya total sebanyak USD3 miliar sekitar Rp46,5 triliun (kurs Rp15.500).
4. Anthony Salim
Nama yang satu ini sudah tak asing lagi bagi publik bisnis Tanah Air. Anthony adalah putra dari almarhum Sudono Salim alias Liem Sioe Liong yang merupakan dedengkot bisnis Tanah Air. Kini Anthony memegang tampuk kekuasaan Salim Group, sebuah gergasi yang memasuki sejumlah bisnis mulai dari makanan, otomotif, jasa keuangan, hingga ritel modern.
Raja Diraja mi instan ini pada 2013 melalui PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) bersama mitranya, PT Asahi Grup Holdings Southeast Asia Pte. Ltd., nyemplung ke bisnis minuman air kemasan dengan mengakuisisi Grup Tirta Bahagia yang memiliki merek minuman Club.
Anthony Salim merupakan salah satu pengusaha yang masuk dalam lima besar orang terkaya di Indonesia. Pada 2022, Forbes melaporkan kekayaannya mencapai USD7,5 miliar atau sekitar Rp116,2 triliun (kurs Rp15.500).
5. Morgen Sutanto
Mereka yang pernah menenggak Equil mungkin merasa bangga. Pasalnya, Equil merupakan minuman mineral yang memang ditujukan untuk kaum borjuis. Menggunakan botol kaca, "air putih" Equil sebanyak 380 ml dibanderol di atas Rp20 ribu.
Dengan harga sebesar itu, Equil jarang diperdagangkan di warung-warung biasa. Minuman ini kerap disajikan di restoran dan hotel mewah.
Morgen Sutanto memang menyuguhkan Equil sebagai minumannya para orkay. Kehadiran Equil sendiri untuk menyaingi minuman mineral kalangan atas impor di Indonesia.
Kebanyakan minuman Indonesia adalah air kemasan biasa. Morgen lantas memutuskan untuk membuat air mineral murni dengan standar premium dengan nama PT Equilindo Asri pada 1997.
Sebuah studi yang dikutip dari iwaponline.com dengan judul "Analisis Penggunaan Air Minum dalam Kemasan di Indonesia dalam Beberapa Dekade Terakhir: Tren, Determinan Sosial Ekonomi, dan Aspek Keamanan" mengungkap bahwa penggunaan air minuman dalam kemasan meningkat 1,24 kali (124%) setiap tahun. Riset itu juga memprediksi bahwa 50% penduduk Indonesia akan menggunakan AMDK, baik isi ulang ataupun bermerek pada 2026.
Peluang bisnis itulah yang memunculkan atau mendatangkan pemain-pemain baru bisnis air minuman kemasan di Indonesia. Jika awalnya hanya Aqua yang dikenal, kini sudah ada beberapa merek yang dimiliki sejumlah perusahaan atau pengusaha .
Dikutip dari berbagai sumber, berikut daftar lima pengusaha yang memiliki atau pernah bergelut di bisnis air minuman dalam kemasan:
1. Tirto Utomo
Namanya memang tak setenar Aqua, merek air minuman kemasan yang bisa dibilang numero uno. Meski telah almarhum pada 1994, nama Tirto tak bisa dilupakan karena dia adalah perintis bisnis air mineral kemasan di Tanah Air. Lewat PT Golden Mississippi yang didirkan pada 1973, Tirto memperkenalkan air minuman kemasan dengan merek Puritas. Perusahaan yang didirikan bersama sang adik, Slamet Utomo, itu bermodal Rp150 juta.
Semasa kuliah di UGM Surabaya, Tirto menyambi menjadi wartawan di Jawa Pos. Pindah kuliah di Fakultas Hukum UI, pria kelahiran Maret 8 Maret 1930 ini juga pernah menjadi pemimpin redaksi harian Sin Po dan majalah Pantja Warna.
Lulus dari FHUI, Tirto bergabung bersama Permina (Pertamina). Di BUMN perminyakan inilah Tirto mendapat "ilham" untuk mendirikan perusahaan air minum. Gara-garanya, tamu Pertamina dari luar negeri yang disuguhkan air keran mengalami diare. Dari situ Tirto kepikiran menghadirkan minuman yang higienis dan siap dikonsumsi.
Merek minuman kemasan Puritas yang diluncurkan ternyata kurang "hoki". Pada 1974, setahun perusahaanya berdiri, merek Puritas diganti menjadi Aqua dengan meluncurkan air minuman kemasan botol berukuran 950 ml seharga 75 perak.
Aqua terus berkembang dan pada 1998, 40% sahamnya dibeli oleh Danone, gergasi asal Perancis. Pelan tapi pasti, kepemilikan Lisa Utomo, istri mendiang Tirto, di Aqua terus tergerus. Pada 2002 Danone menjadi pengendali Aqua dengan kepemilikan 90% saham.
2. Jogi Hendra Atmadja
Le Minerale adalah merek minuman kemasan PT Tirta Fresindo Jaya. Saat ini PT Tirta merupakan salah satu perusahaan yang terus berekspansi di kawasan ASEAN.
Le Minerale mulai merangsek sejumlah negara, seperti Filipina, Singapura, Brunei Darussalam, Papua Nugini, dan Malaysia. Air mineral yang hadir pada 2015 ini punya resep jitu untuk melakukan penetrasi global, yaitu selalu mengedepankan kualitas.
PT Tirta Fresindo Jaya disebut-sebut sebagai bagian dari Mayora Group atau PT Mayora Indah Tbk. Jogi Hendra Atmadja yang merupakan presiden komisaris Mayora juga merupakan salah satu pemegang saham terbesar, dengan komposisi 25,24%.
Berdasarkan data Forbes pada Desember 2021, Jogi Hendra masuk dalam daftar orang terkaya di Indonesia. Ia menempati posisi ke-9 dengan total kekayaan mencapai USD4,1 miliar atau setara dengan Rp61,5 triliun (kurs Rp15.000).
3. Hermanto Tanoko
Lewat merek Cleo besutan PT Sariguna Primatirta Tbk, pengusaha asal Surabaya ini juga ikut meneguk segarnya bisnis air mineral kemasan. Cleo yang hadir pada 2004 ini sekarang diproduksi melalui 30 pabrik, dengan tiga pabrik baru yang dibangun pada tahun lalu.
Kapasitas produksi yang dimiliki Cleo sebelumnya sekitar 4 miliar liter. Dengan tambahan tiga pabrik baru, maka produksinya hingga 5,3 miliar liter.
Lewat dua perusahaannya, Hermanto Tanoko mengenggam sekitar 76% saham Cleo. Menggunakan bendera Tancorp, Hermanto Tanoko juga menggeluti sejumlah bisnis lain, salah satunya supermarket bahan bangunan lewat PT Caturkada Depo Bangunan Tbk (DEPO).
Hermanto Tanoko sendiri masuk dalam jajaran orang terkaya di Indonesia. Hermanto Tanoko bersama kakaknya, Wijono Tanoko, tercatat sebagai orang terkaya urutan 11 di Indonesia versi The Real-time Billionaires Forbes pada 2022. Kekayaan keduanya total sebanyak USD3 miliar sekitar Rp46,5 triliun (kurs Rp15.500).
4. Anthony Salim
Nama yang satu ini sudah tak asing lagi bagi publik bisnis Tanah Air. Anthony adalah putra dari almarhum Sudono Salim alias Liem Sioe Liong yang merupakan dedengkot bisnis Tanah Air. Kini Anthony memegang tampuk kekuasaan Salim Group, sebuah gergasi yang memasuki sejumlah bisnis mulai dari makanan, otomotif, jasa keuangan, hingga ritel modern.
Raja Diraja mi instan ini pada 2013 melalui PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) bersama mitranya, PT Asahi Grup Holdings Southeast Asia Pte. Ltd., nyemplung ke bisnis minuman air kemasan dengan mengakuisisi Grup Tirta Bahagia yang memiliki merek minuman Club.
Anthony Salim merupakan salah satu pengusaha yang masuk dalam lima besar orang terkaya di Indonesia. Pada 2022, Forbes melaporkan kekayaannya mencapai USD7,5 miliar atau sekitar Rp116,2 triliun (kurs Rp15.500).
5. Morgen Sutanto
Mereka yang pernah menenggak Equil mungkin merasa bangga. Pasalnya, Equil merupakan minuman mineral yang memang ditujukan untuk kaum borjuis. Menggunakan botol kaca, "air putih" Equil sebanyak 380 ml dibanderol di atas Rp20 ribu.
Dengan harga sebesar itu, Equil jarang diperdagangkan di warung-warung biasa. Minuman ini kerap disajikan di restoran dan hotel mewah.
Morgen Sutanto memang menyuguhkan Equil sebagai minumannya para orkay. Kehadiran Equil sendiri untuk menyaingi minuman mineral kalangan atas impor di Indonesia.
Kebanyakan minuman Indonesia adalah air kemasan biasa. Morgen lantas memutuskan untuk membuat air mineral murni dengan standar premium dengan nama PT Equilindo Asri pada 1997.
(uka)