Devaluasi Yuan Bisa Bikin The Fed Ragu Naikkan Suku Bunga

Kamis, 13 Agustus 2015 - 10:43 WIB
Devaluasi Yuan Bisa Bikin The Fed Ragu Naikkan Suku Bunga
Devaluasi Yuan Bisa Bikin The Fed Ragu Naikkan Suku Bunga
A A A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Bambang Brodjonegoro mengungkapkan, devaluasi yang dilakukan Bank Sentral China (People's Bank of China/PBoC) terhadap mata uang yuan akan membuat Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) ragu menaikkan tingkat suku bunganya.

Dia mengatakan, jika The Fed tetap keukeuh menaikkan tingkat suku bunganya, maka nilai tukar dolar (USD) akan semakin kokoh terhadap semua mata uang. Pasalnya, devaluasi yuan telah membuat USD semakin perkasa terhadap yuan.

"‎Dengan China mendevaluasi, berarti sekarang ini pun USD makin kuat terhadap China dan yang lainnya. Karena begitu China devaluasi, yang lain ikut pasti, atau yang lain terimbas. Ujungnya USD makin kuat, USD makin kuat itu juga bisa membuat AS berpikir dua kali (menaikkan suku bunga)," terangnya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (12/8/2015).

Menurutnya, keragu-raguan The Fed untuk menaikkan suku bunganya pada akhirnya akan kembali menciptakan ketidakpastian pasar. Namun terpenting, Indonesia harus menjaga fundamental ekonomi agar tidak terimbas terlalu dalam.

"Inflasi dijaga, perlambatan pertumbuhan kita atasi, dan kemudian yang paling penting kita jaga supaya defisit transaksi berjalan turun," imbuh dia.

Bambang menambahkan, ‎pemerintah juga harus menjaga pasar Surat Utang Negara (SUN) agar tidak terjadi arus modal (outflow) yang terlalu besar.

"Jangan sampai ada kondisi yang memaksa terjadi outflow yang besar. Menurut saya resep paling tidak untuk berhadapan dengan volatilitas yang ada sekarang," tandasnya.

Sementara itu, dia menganggap wajar langkah PBoC untuk melakukan devaluasi terhadap yuan. Dia mengatakan, meskipun Indonesia terimbas cukup dalam dengan pelemahan yuan tersebut, namun pemerintah tidak bisa memprotes kebijakan yang diambil Negeri Tirai Bambu tersebut.

"Itu kan hak dia (China), masa kita men-judge tindakan orang. Itu hak dia karena dia merasa pertumbuhannya pelan, agak diperlambat terutama ekspornya," ujarnya.
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 3.6001 seconds (0.1#10.140)