Harga Tahu Tempe Siap Naik Gara-gara Rupiah

Rabu, 26 Agustus 2015 - 19:28 WIB
Harga Tahu Tempe Siap Naik Gara-gara Rupiah
Harga Tahu Tempe Siap Naik Gara-gara Rupiah
A A A
BANTUL - Perajin tempe dan tahu mulai kelimpungan menghadapi kenaikan harga kedelai menyusul anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar. Kini, mereka tengah bersiap-siap menaikkan harga jual tempe dan tahu.

Pasalnya, jika tidak dinaikkan, maka mereka khawatir akan gulung tikar karena tidak mampu menutupi biaya produksi. Melemahnya rupiah hingga Rp14.000/USD berdampak pada kenaikan harga kedelai.

Para perajin tidak bisa mengelak lagi dari dampak tersebut karena mayoritas perajin tahu dan tempe di Kabupaten Bantul menggunakan kedelai dari luar negeri untuk produksi. Sangat jarang produsen tahu dan tempe menggunakan kedelai loal.

Harga kedelai impor saat ini di pasaran sebesar Rp8.500 per Kg, lebih mahal dibanding kedelai lokal seharga Rp7.000-Rp7.500 per Kg. Kedelai impor selama ini menjadi andalan bahan baku pembuatan tempe.

Salah satu perajin tempe dan tahu di daerah tersebut, Sulastri setiap hari membutuhkan 50 Kg kedelai impor dan 50 Kg kedelai lokal untuk memproduksi tahu dan tempe. Makanan khas Indonesia itu diedarkan ke sejumlah pasar tradisional seperti Pasar Bantul dan Pasar Kretek.

Menurutnya, kenaikan dolar yang tak terkendali belakangan ini, juragan mereka yang biasa menyetori kedelai sudah bersiap menaikkan harga kedelai. Beberapa waktu lalu, Sulastri mendapatkan kabar perihal rencana kenaikan tersebut dari juragannya. "Ya, sudah diberitahu kalau akan naik. Tapi berapanya saya belum tahu," ujarnya, Rabu (26/8/2015).

Karena harga kedelai akan naik, dia juga sudah ancang-ancang untuk menaikkan produknya. Setiap tahun harga tempe dan tahu direncanakan naik Rp500 atau untuk tempe seharga Rp2.500 perpotong dari sebelumnya Rp2.000 dan tahu akan dinaikkan dari Rp7.000 menjadi Rp7.500 setiap kg.

Sebenarnya Sulastri khawatir dengan rencana kenaikan harga jual tahu dan tempenya tersebut. Dikahwatirkan pelanggannya akan lari dan tak membeli tahu serta tempenya lagi.

Namun demikian, pilihan sulit tersebut tetap akan dia jalankan daripada gulung tikar tak mampu menutup biaya produksi mereka. "Saya bingung, mau saya kecilkan ataupun saya naikkan harganya. Dampaknya sama," paparnya.

Sementara, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bantul tak bisa berbuat banyak terkait kenaikan bahan baku tahu dan tempe tersebut.

Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Bantul, Sulistyanto mengaku tidak bisa melakukan intervensi harga barang impor meskipun hal tersebut komoditas pertanian. "Kami hanya bisa memastikan pasokannya ada," tuturnya.

(Baca: Rupiah Ambruk, Pengusaha Tahu Tempe Ketar-ketir)
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4282 seconds (0.1#10.140)