Jatuh Bangun, Raup Untung Rp3 Juta Per Bulan

Selasa, 20 Oktober 2015 - 06:03 WIB
Jatuh Bangun, Raup Untung Rp3 Juta Per Bulan
Jatuh Bangun, Raup Untung Rp3 Juta Per Bulan
A A A
APAPUN usahanya, asalkan sabar dan benar-benar ditekuni dipastikan membuahkan hasil yang baik. Seperti budidaya jamur tiram putih yang dibangun Kasnawi, 45, warga Dukuh Nolo, Desa Kalirejo, Kecamatan Talun, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.

Meski jatuh bangun, beberapa kali gagal melakukan budidaya jamur tiram putih, namun dia tidak menyerah. Berkat keuletannya usaha jamur hasil budidaya Kasnawi kini telah membuahkan hasil.

Awalnya bapak dua anak ini ikut bekerja di tempat budidaya jamur milik tetangga sebagai sambilan. Namun, saat ikut bekerja membudidayakan jamur di tetangganya, dia sudah berlatih membudidayakan jamur di rumah.

"Jadi saat saya masih ikut bantu budidaya jamur milik tetangga, sudah mulai budidaya sendiri di rumah. Awal saya mulai budidaya sekitar tahun 2013," tuturnya.

Dia mengaku membutuhkan modal awal budidaya jamur tiram putih itu sekitar Rp3 juta. Modal itu termasuk membangun ruang berukuran sekitar 2 m x 5 m di samping rumah.

"Modal itu juga termasuk membuat rak-rak bambu untuk menempatkan blaglog (media tanam) yang sudah ada bibitnya," ujar Kasnawi.

Awalnya, dia membeli bibit siap panen. Namun, kini dia sudah bisa membuat media tanam serta menanamkan bibit jamur pada media tanam sendiri.

"Pernah 700 baglog gagal semua. Sebab salah membuat media tanam. Seharusnya diberi lubang, tapi saya tutup semua. Kemudian pernah gagal lagi sekitar 400 baglog karena keliru bibitnya. Tapi, Alhamdulillah sekaran gsudah 2.500 baglog yang bisa dipanen setiap hari," terangnya.

Menurut Kasnawi, membuat media tanam dan menanam bibitnya sangat mudah. Bahkan, dia kini sudah mahir membuat sendiri.

"Grajen 3 kuintal, bekatul 15 kg, kapur 2 kg, dan pupuk TS 1 kg. Itu bisa menjadi 800 beglog. Kemudian direbus seperti mengukus nasi. Setelah adem, baru dipasangi bibit," jelasnya.

Yang harus hati-hati, lanjut dia, adalah pemasangan bibit pada media tanam. Sebab, kondisi tangan, alat dan lingkungan sekitar harus benar-benar steril.

"Jadi saat mau menanam bibit ke media tanam, tangan harus dicuci pakai alkohol atau spirtus, begitu juga stiknya. Lokasi juga harus steril. Bibit beli di Purwokerto Rp9.000 perbotol dan bisa digunakan sekitar 60 baglog," papar Kasnawi.

Setelah media yang berada pada baglog, berwarna keputihan. Berarti bibit jamur tersebut berhasil. "Sporanya turun sekitar 40 hari setelah bibit ditanam. Setelah itu tinggal ditaruh ke ruang untuk budidayanya. Nanti tunggu seminggu berbuah, dan seminggu kemudian bisa panen," tuturnya.

Dia tidak sendiri dalam menggeluti budidaya jamur tiram putih. Dia dibantu istrinya, Rohyatin, 35, sejak pembibitan hingga pengelolaan.

"Setiap hari rata-rata bisa panen 10 kg. Panen tidak pasti 10 kg. Biasanya antara 9 kg-12 kg. Daerah lain hasil didikan suami saya malah ada yang bisa 15 kg setiap hari," kata Rohyatin.

Setiap kilogram jamur tiram tersebut dihargai pengepul Rp9.000-Rp10.000. Sehingga, setiap bulan dia bisa mendapat Rp2juta-Rp 3juta. "Alhamdulillah bisa buat makan sehari-hari dan sekolah anak-anak," ujar ibu dua anak itu.

Menurutnya, hampir tidak ada kendala dalam budidaya jamur tersebut. Hanya saja, saat kemarau dia harus rajin menyiram lantai ruang tempat budidayanya.

"Kalau kemarau paling nyirami lantai rumah jamur itu, untuk menjaga kelembaban. Kalau penghujan sudah lembab, jadi tidak perlu disiram," imbuhnya.

Sementara perawatan rutin dilakukan sekitar empat bulan sekali. Hal itu dilakukan untuk mengganti baglog yang sudah tidak produktif. "Diganti yang baru. Biaasanya kami ganti 800 baglog setiap 4 bulan. Yang sudah tidak produktif bisa digunakan untuk pupuk organik," ujar Rohyatin.

Awal budidaya jamur terkendala pemasaran. Sebab, saat itu belum banyak pengepul jamur. "Sekarang sudah banyak pengepul, dulu belum banyak. Selain itu dulu warga tahunya semua jamur beracun, jadi masih banyak yang takut mengkonsumsi. Tapi sekarang sudah pada tahu," kenangnya.

Kasnawi dan istri berharap dapat mengembangkan produksi jamurnya. Namun, lagi-lagi terkendala modal. "Kalau ada yang bisa kasih dana saya siap. Sebab saya masih ingin menambah banyak lagi. Beberapa kali sudah ditawari bank, tapi saya tidak berani. Pemkab pernah bantu, tapi hanya alat untuk ngepres baglog. Tapi kalau dana belum pernah," pungkas Kasnawi.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3918 seconds (0.1#10.140)