Sektor Elektronik Melemah, Produksi Industri Jepang Turun 2,2%

Kamis, 30 Juni 2016 - 13:10 WIB
Sektor Elektronik Melemah, Produksi Industri Jepang Turun 2,2%
Sektor Elektronik Melemah, Produksi Industri Jepang Turun 2,2%
A A A
JAKARTA - Produksi industri Jepang turun 2,3% pada Mei dari bulan sebelumnya dan menjadi penurunan pertama dalam tiga bulan terakhir. Hal ini disebabkan melemahnya pembuatan kosmetik, peralatan, dan komponen elektronik.

Seperti dikutip dari The Japan Times, Kamis (30/6/2016), Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri mengatakan, indeks output di beberapa pabrik dan tambang berada di angka 95,0 atau jauh di bawah angka 100 yang terjadi pada 2010,

Menurutnya, hal tersebut menjadi penurunan pertama sejak Februari dan diikuti kenaikan 0,5% pada April, di tengah kekhawatiran tentang melemahnya permintaan ekspor dan penguatan yen. "Penurunan tersebut tak terduga," kata pejabat kementerian setempat seraya mengatakan menambahkan bahwa indeks bergerak secara tidak stabil.

Industri automotif menderita kerugian ketika pada April terjadi gempa bumi di Kyushu yang telah mengganggu rantai pasokan. Produksi mobil penumpang cukup pulih, tetapi beberapa minicars dipengaruhi skandal ekonomi bahan bakar pada April telah membebani sektor transportasi.

Sektor mesin transportasi secara keseluruhan naik 0,7%. Sektor kimia adalah penyumbang terbesar penurunan indeks, dengan melemah 7,5% dari April, ketika produksi kosmetik meningkat.

Sektor mesin yang memasok industri konstruksi jatuh 2,2% dan bagian-bagian elektronik dan sektor perangkatnya turun 3,2% di tengah penurunan produksi terpadu dan perangkat semikonduktor.

Indeks pengiriman industri turun 2,3% menjadi 93,8, sedangkan persediaan naik 0,3% ke level 113,7. Hal ini diproyeksikan meningkat 1,7% pada Juni dan 1,3% pada Juli.

Para analis menilai bahwa volatilitas di pasar keuangan di tengah ketidakpastian tentang dampak Inggris keluar dari Uni Eropa juga menjadi perhatian.

"Kami berharap produksi menjadi lemah untuk saat ini, mempertimbangkan faktor-faktor seperti gejolak pasar keuangan yang dipicu keputusan Inggris untuk meninggalkan Uni Eropa," kata Shunsuke Kobayashi, seorang ekonom di Daiwa Institute of Research.

Kobayashi menambahkan, belanja konsumen akan mengambil waktu untuk pulih sepenuhnya, menambahkan bahwa kenaikan yen akan mengurangi pendapatan perusahaan dan dengan demikian membatasi pengeluaran perusahaan, yang pada akhirnya dapat menekan produksi.
(izz)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4486 seconds (0.1#10.140)