Posisi Investasi Internasional Indonesia Capai USD389,8 Miliar

Kamis, 14 Juli 2016 - 04:14 WIB
Posisi Investasi Internasional...
Posisi Investasi Internasional Indonesia Capai USD389,8 Miliar
A A A
JAKARTA - Posisi Investasi Internasional (PII) Indonesia pada akhir kuartal I 2016 mencatat net kewajiban sebesar USD389,8 miliar atau 45,0% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka ini meningkat USD24,0 miliar atau 6,6% dibandingkan dengan posisi net kewajiban pada akhir kuartal IV 2015 yang sebesar USD365,8 miliar atau 42,5% PDB.

"Peningkatan net kewajiban PII Indonesia tersebut dipengaruhi oleh kenaikan Kewajiban Finansial Luar Negeri (KFLN) yang lebih besar dibandingkan dengan kenaikan Aset Finansial Luar Negeri (AFLN)," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia, Tirta Segara, Rabu (13/7/2016).

Perkembangan tersebut sejalan dengan transaksi modal dan finansial pada Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang mengalami surplus pada kuartal I 2016 seiring dengan membaiknya prospek ekonomi domestik dan berlanjutnya pelonggaran kebijakan moneter di negara-negara maju.

Sementara itu, posisi AFLN Indonesia pada akhir kuartal I 2016 naik USD2,3 miliar atau 1,1% (qtq) menjadi USD214,6 miliar. Menurut dia, kenaikan tersebut terutama dipengaruhi oleh peningkatan posisi cadangan devisa dan didukung pula oleh meningkatnya posisi aset investasi langsung dan investasi portofolio.

Selain karena transaksi yang terjadi pada periode laporan, kenaikan posisi AFLN juga dipengaruhi faktor kenaikan nilai aset sejalan dengan pelemahan dolar AS terhadap beberapa mata uang utama dunia lainnya dan peningkatan harga beberapa obligasi global yang dimiliki residen. Posisi KFLN Indonesia pada akhir kuartal I 2016 meningkat sebesar USD26,3 miliar atau 4,6% (qtq) menjadi USD604,4 miliar.

Peningkatan tersebut didorong aliran masuk modal asing pada investasi langsung dan investasi portofolio, termasuk dari hasil penerbitan sukuk global pemerintah pada Maret 2016. Selain itu, lanjut dia, peningkatan posisi KFLN juga dipengaruhi oleh faktor kenaikan nilai instrumen investasi berdenominasi rupiah sejalan dengan kenaikan IHSG dan pelemahan dolar AS terhadap rupiah.

"Bank Indonesia memandang perkembangan PII Indonesia sampai dengan kuartal I 2016 masih cukup sehat," kata Tirta. Namun demikian, Bank Indonesia terus mewaspadai risiko net kewajiban PII terhadap perekonomian.

Ke depan, Bank Indonesia berkeyakinan kinerja PII Indonesia akan semakin sehat sejalan dengan bauran kebijakan moneter dan makroprudensial yang ditempuh Bank Indonesia. Ekonom INDEF, Dzulfian Syahfrian mengatakan, investor asing mulai kembali menanamkan modalnya di Indonesia.

Hal tersebut berbanding terbalik dengan beberapa tahun belakangan dimana Indonesia berada di bawah bayang-bayang larinya modal ke luar (capital outflow). Sedangkan tahun ini justru terjadi pemasukan modal (capital inflow).

Menurutnya, capital inflow saat ini di Indonesia setidaknya disebabkan oleh dua hal utama yakni kepastian kenaikan suku bunga the Fed (Fed Fund Rate/FFR) beberapa bulan lalu yang membuat pasar-pasar keuangan di dunia (termasuk Indonesia) menjadi lebih stabil dan pasti.

"Serta kebijakan suku bunga negatif yang diterapkan oleh negara-negara maju, khususnya Jepang dan negara-negara Eropa yang menyebabkan investor asing menarik uangnya di Eropa dan ditanamkan di negara-negara yang lebih menguntungkan, seperti Indonesia," ungkapnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9250 seconds (0.1#10.140)