Fluktuasi Harga Daging Ayam Ancam Penjual‪

Rabu, 10 September 2014 - 07:23 WIB
Fluktuasi Harga Daging Ayam Ancam Penjual‪
Fluktuasi Harga Daging Ayam Ancam Penjual‪
A A A
BANDUNG - Para penjual daging ayam mengeluhkan tingginya harga daging ayam selama satu pekan kemarin. Betapa tidak, akibat dari kenaikan harga tersebut membuat penjualan mereka turun drastis lebih dari 50% dari hari-hari biasa.

Seperti diakui oleh salah seorang pedagang daging ayam yang sehari-hari berjualan di Pasar Kosambi Bandung, Ny. Imas. Wanita yang sudah berpuluh tahun berjualan di pasar kota Bandung tersebut mengeluhkan kenaikan harga daging ayam yang membuat para pelanggannya pergi.

“Jualannya sepi. Konsumennya pada lari. Padahal sudah jauh dari bulan puasa tapi tetap mahal harga (daging ayam)-nya,” akunya saat ditemui di Pasar Kosambi Bandung, Selasa (9/9/2014).

Dia menyebutkan, dalam sepekan kemarin, harga daging ayam mencapai Rp 38.000/kg. Harga yang hampir sama dengan kondisi pada momen Ramadhan dan Lebaran beberapa waktu lalu. “Paling bisa jual 20kg/hari bahkan kurang dari itu. Biasanya saya bisa jual 40kg/hari,” katanya.

Kalau kondisi tersebut terus berlanjut, tidak menutup kemungkinan para penjual daging ayam gulung tikar. “Setiap hari sisa stok banyak, karena gak banyak yang beli. Untuk menyiasatinya, pasokan dari (pasar) Caringin pun dikurangi,” sebutnya.

Sisa stok daging ayam yang tak terjual, katanya, disimpan untuk kemudian dijual pada keesokan harinya. Tetapi, kekuatannya tidak lebih dari tujuh hari. “Kalau disimpan di pendingin, bisa sampai tujuh hari,” katanya.

Di sisi lain, dia bersyukur karena harga daging ayam mulai turun kembali per tanggal 9 September 2014. “Mulai hari ini (kemarin) harganya turun kembali. Sekarang harganya Rp 32.000/kg,” sebutnya.

Dia berharap, dengan turunnya harga tersebut bisa mengembalikan konsumen yang lari karena harga yang melambung tinggi. “Mudah-mudahan penjualan bisa normal lagi setelahnya harga turun kembali,” harapnya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Peternakan Jabar Dodi Firman mengatakan, penyebab kenaikan harga daging ayam di antaranya adalah permintaan yang cukup tinggi.

"Kondisi pakan pun menjadi penyebab lain dari kenaikan harga daging ayam ini. Sebab, sejauh ini, Indonesia, tak terkecuali Jabar, masih memiliki kebergantungan besar pada pakan impor," katanya.

Dia menyebutkan, sekitar 60% pakan masih impor sehingga berpengaruh pada harga jual daging ayam. Pasalnya, harga pakan impor mengacu pada perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS).

Dia menyangkal kalau kenaikan harga daging ayam karena kekurangan stok. Menurutnya, stok Duck Old Chicken (DOC) di Jabar tidak mengalami kekurangan.

"DOC di Jabar surplus DOC. Dari kebutuhan DOC Jabar sekitar 5.000 ekor per bulan, saat ini, DOC tersedia sekitar 6.000 ekor per bulan," katanya.
(gpr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6395 seconds (0.1#10.140)