Sukses Kembangkan Usaha Distro OMG

Jum'at, 21 November 2014 - 11:56 WIB
Sukses Kembangkan Usaha Distro OMG
Sukses Kembangkan Usaha Distro OMG
A A A
TIDAK semua generasi muda memiliki jiwa entrepreneur. Selepas kuliah kebanyakan dari mereka memilih aman, dengan bekerja sebagai karyawan swasta, perusahaan milik negara atau pegawai negeri sipil (PNS).

Namun, tidak demikian bagi Syafli Antia. Pemuda asal Padang, Sumatera Barat ini lebih memilih menjadi seorang wirausahawan. Hal tersebut dirintisnya sejak dia masih duduk di bangku kuliah.

Sebelum lulus pada 2013, pemuda yang akrab disapa Aan ini sempat membuka usaha kafe. Usahanya pun berkembang pesat. Tapi, karena memilih fokus untuk menyelesaikan kuliah, dia terpaksa menutup usahanya tersebut.

Namun, selepas lulus dari perguruan tinggi. Jiwa wirausaha Aan semakin terasah. Berawal dari usaha laundry, tanpa diduga dia mendapat tawaran pemesanan produksi pakaian. Berbekal jaringan yang sudah dibangun sejak masih kuliah, dia pun menerima tawaran tersebut.

"Usaha saya benar-benar dari nol. Modal saya adalah kepercayaan. Kebetulan ada konsumen di tempat laundry saya yang menawarkan pemesanan produksi baju. Saya coba, akhirnya berlanjut," ujar Aan.

Hal inilah yang menjadi modal awal pemuda kelahiran 1987 tersebut untuk terus terjun di dunia fashion. Bersama rekannya, dia pun mendirikan distro dengan nama OMG. "Saya sengaja kasih nama OMG, kepanjangannya Oh My God," ucapnya sambil tersenyum.

Dalam menjalankan usaha, pemuda nyentrik ini memegang prinsip apapun bisa dilakukan dengan kunci menjaga kepercayaan konsumen. "Bisa dibilang palugada, 'Apa yang lho mau gue ada'. Kita juga cari supplier. Itu terus berkembang," imbuhnya.

Aan pun mengembangkan usaha Distro OMG dengan sistem online. Menurutnya, penjualan melalui media internet dinilai cukup efektif dalam mengembangkan pasar.

"Untuk target awal, market kita mahasiswa dan organisasi. Kemampuan produksi kita bisa sampai 100 steel per hari. Mulai dari kaos, kemeja, jaket sweater, baju khusus pria, kita produksi," ungkapnya.

Bisnis Aan berkembang di dua kota besar, yakni Kota Padang dan Bandung, dengan total omzet sekitar Rp300 juta. "Untuk di Padang omzetnya sekitar Rp30-50 juta. Kalau digabung dengan di Bandung mencapai Rp300 juta," ungkapnya

Namun, usaha yang dijalankan Aan bukan tanpa melalui masalah. Dia sempat tertipu oleh salah satu konsumennya yang tidak mau membayar pesanan. Total kerugian sekitar Rp20 juta, karena konsumen lari.

Belajar hal itu, Aan pun memperbaiki sistem manajemen usahanya. Setiap kerja sama atau pesanan harus dilakukan melalui perjanjian hitam di atas putih bermaterai.

Dia juga selalu menjaga ketepatan waktu pemesanan. "Kita selesaikan sesuai dengan perjanjian kerja sama. Kita siap kena penalty atau bahkan kita kasih free jika pesanan tidak sesuai ekspektasi," ujarnya.

"Saya tidak ingin konsumen kecewa. Ya, kita harus menjaga kepercayaan itu," tegasnya.

Saat ini, Aan mempekerjakan sebanyak tujuh karyawan tetap, termasuk satu manajer, dan sisanya freeland. Raihan bisnis yang diperolehnya melalui bisnis online sekitar 72%, sisanya offline.

Apa yang dicapainya saat ini tidak membuat Aan cepat puas. Dia ingin usahanya meningkat dengan produktivitas produk, kapitaliasi pasar, serta ekspansi ke pasar luar negeri.

"Untuk produksi dan pasar saat ini tidak ada masalah. Untuk menunjang ekspansi yang menjadi kendala kita adalah kekurangan SDM," pungkasnya.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1062 seconds (0.1#10.140)