Kenaikan Harga Properti Residensial Diramal Melambat
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memperkirakan kenaikan harga properti residensial mengalami perlambatan pada kuartal II/2015. Hal ini terlihat dari indeks harga properti residensial secara kuartal (qtq) yang hanya naik 0,70%, namun melambat dibanding kenaikan harga rumah pada kuartal I 2015 sebesar 1,44%.
"Kenaikan harga properti residensial yang melambat juga terjadi secara tahunan (yoy)," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Tirta Segara di Jakarta, Kamis (14/5/2015).
Dia mengatakan, pada kuartal II/2015, harga properti residensial meningkat 5,24% (yoy), namun melambat dibanding 6,27% (yoy) kenaikan harga pada kuartal sebelumnya.
Sementara itu, pada kuartal I/2015 harga properti residensial tumbuh melambat. Berdasarkan hasil survei harga properti residensial Bank Indonesia di 16 kota, berada pada level 184,25 atau naik sebesar 1,44% (qtq).
"Kenaikan harga bahan bangunan, upah kerja dan kenaikan bahan bakar minyak merupakan faktor utama penyebab kenaikan harga properti residensial," ujarnya.
Meskipun mengalami peningkatan, kata Tirta, angka tersebut lebih rendah dari 1,54% pada kuartal sebelumnya. Dia melanjutkan, secara kuartalan (qtq) perlambatan harga tertinggi pada rumah tipe besar.
"Kenaikan harga properti residensial yang melambat juga terjadi secara tahunan (yoy)," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Tirta Segara di Jakarta, Kamis (14/5/2015).
Dia mengatakan, pada kuartal II/2015, harga properti residensial meningkat 5,24% (yoy), namun melambat dibanding 6,27% (yoy) kenaikan harga pada kuartal sebelumnya.
Sementara itu, pada kuartal I/2015 harga properti residensial tumbuh melambat. Berdasarkan hasil survei harga properti residensial Bank Indonesia di 16 kota, berada pada level 184,25 atau naik sebesar 1,44% (qtq).
"Kenaikan harga bahan bangunan, upah kerja dan kenaikan bahan bakar minyak merupakan faktor utama penyebab kenaikan harga properti residensial," ujarnya.
Meskipun mengalami peningkatan, kata Tirta, angka tersebut lebih rendah dari 1,54% pada kuartal sebelumnya. Dia melanjutkan, secara kuartalan (qtq) perlambatan harga tertinggi pada rumah tipe besar.
(izz)