BI Diprediksi Pertahankan Suku Bunga Acuan

Selasa, 19 Mei 2015 - 09:12 WIB
BI Diprediksi Pertahankan Suku Bunga Acuan
BI Diprediksi Pertahankan Suku Bunga Acuan
A A A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mempertahankan posisi suku bunga acuan atau BI Rate di level 7,5%, meski pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama 2015 melambat.

Ekonom DBS Gundy Cahyadi menilai, penurunan BI Rate tidak akan memberikan dampak besar untuk mendorong permintaan domestik dalam kondisi ini selama pendapatan ekspor masih lemah dan pertumbuhan investasi kurang tumbuh signifikan. ”Mempertahankan tingkat suku bunga merupakan sinyal penting. Kekhawatiran terkait pembiayaan asing sudah menurun namun tidak benarbenar hilang,” ujar Gundy di Jakarta kemarin.

Menurutnya, defisit transaksi berjalan telah merosot ke 1,8% dari produk domestik bruto (PDB) pada kuartal/2015, namun akan muncul tren peningkatan lagi di kemudian hari, mengingat momentum pertumbuhan PDB yang akan meningkat. ”Defisit transaksi berjalan yang tampaknya akan stabil adalah di angka sekitar 2% dari PDB, namun kami memiliki ekspektasi bahwa di akhir tahun angka ini akan mendekati 3% dari PDB,” ujarnya.

Dia juga menyebut, risiko tekanan inflasi jangka pendek telah kembali muncul. Pasalnya, Pertamina merencanakan perubahan harga bahan bakar pada pekan lalu. ”Meski demikian, rupiah yang melemah dan harga minyak yang masih bergejolak menjadi pertanda tidak ada kepastian mengenai revisi kenaikan harga bahan bakar di beberapa bulan ke depan,” ujarnya. Meski demikian, Gundi menegaskan bahwa bukan berarti BI tidak melakukan apa-apa selama penurunan ekonomi pada semester kedua tahun ini.

Bank sentral telah melakukan toleransi pelemahan rupiah. Pertumbuhan ekspor pun, setidaknya pada sektor manufaktur, berpotensi meningkat akibat pelemahan rupiah. Harga komoditas yang lemah masih akan menjadi ganjalan besar terhadap pertumbuhan ekspor, yang saat ini masih lemah di -8,5% (YoY) pada April. ”Meski terdapat sejumlah perdebatan, ini penanda kebijakan pelemahan. Walau, dampak keseluruhan terhadap pertumbuhan PDB masih terbatas,” kata dia.

Hingga saat ini dia melihat bahwa hanya akselerasi di belanja fiskal yang sepertinya dapat meningkatkan sentimen investor. Sementara, BI dapat meningkatkan pertumbuhan PDB melalui kebijakan-kebijakan di luar BI Rate . Menurut Gundy, relaksasi terhadap beberapa kebijakan makroprudensial, termasuk peraturan tingkat rasio kredit terhadap simpanan (loan to deposit ratio / LDR) dan/atau batas kredit terhadap nilai aset (loan to value / LTV) sepertinya tidak lama lagi akan dilakukan.

Pengamat keuangan Ryan Kiryanto juga berharap, BI tetap mempertahankan BI Rate . Ini dengan mempertimbangkan inflasi April 6,79%, juga ekspektasi inflasi ke depan yang berpotensi naik, mengingat momen Idul Fitri, perayaan Natal, dan Tahun Baru. ”Juga demi antisipasi kenaikan FFR, sebaiknya BI tetap pertahankan BI Rate di 7,5%. Level ini masih akomodatif bagi perbankan dan sektor riil,” ujar Ryan beberapa waktu lalu.

Dia mengatakan, depresiasi rupiah yang tajam disebabkan pelaku pasar yang kecewa dengan kinerja makroekonomi kuartal pertama dan inflasi yang tinggi sebesar 6,79%.

Hafid fuad
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4976 seconds (0.1#10.140)