Produksi Industri Manufaktur Jateng Turun 3,4%
A
A
A
SEMARANG - Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang triwulan I/2015 di Jawa Tengah (Jateng) turun 3,74% dari triwulan IV/2014.
Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Jam Jam Zamachsyari mengatakan, penurunan pertumbuhan (q to q) produksi industri besar dan sedang pada triwulan I/2015 terhadap triwulan IV/2014 sebagai dampak turunnya pertumbuhan produksi beberapa kelompok industri.
"Sebanyak enam kelompok industri dari 16 kelompok industri yang membentuk pertumbuhan produksi industri pengolahan di Jawa Tengah pada triwulan I/2015 terhadap triwulan IV/2014 memberikan andil penurunan pertumbuhan produksi," katanya.
Dia menjelaskan, penurunan terbesar mencapai 9,04% dan terkecil sebesar 0,27%, masing-masing ditunjukkan kelompok industri, minuman serta industri kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk funitur ) dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya.
Sementara, empat kelompok lainnya yang memberikan andil penurunan pertumbuhan di antaranya kelompok industri komputer, barang elektronik dan optik mencapai 3,88%, kelompok industri kertas dan barang dari kertas sebesar 2,06%, kelompok industri furniture sebesar 1,14%, dan kelompok industri logam dasar sebesar 0,59%.
Kenaikkan pertumbuhan produksi ditunjukkan oleh 10 kelompok industri dengan kenaikan terbesar terjadi pada kelompok industri tekstil mencapai 5,70%.
"Beberapa kelompok industri yang memberikan andil kenaikan pertumbuhan produksi cukup besar di antaranya kelompok industri pakaian jadi mencapai kenaikkan sebesar 5,16%, industri karet barang dari karet dan plastik memberikan andil kenaikkan sebesar 4,19%," jelasnya.
Berbeda industri manufaktur besar dan sedang yang mengalami penurunan, industri manufaktur mikro dan kecil triwulan I/2015 justru mengalami kenaikan sebesar 2,04% dibanding triwulan IV/2014.
"Pertumbuhan (yoy) produksi industri manufaktur mikro dan kecil triwulan I/2015 di Jateng naik 8,71% dari produksi industri manufaktur mikro dan kecil triwulan I/2014," jelas dia.
Terpisah, Deputi Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Jateng dan DIY Ananda Pulungan mengatakan, berdasarkan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan berjalan tercatat 7,55%, lebih rendah dibanding SBT triwulan IV/2014 sebesar 15,51%, serta lebih rendah dibanding periode sama tahun sebelumnya, 12,23%.
"Perlambatan kegiatan usaha ini terjadi hampir pada seluruh sektor ekonomi, termasuk tiga sektor ekonomi utama di provinsi Jawa Tengah, yaitu industri pengolahan, perdagangan, hotel, dan restoran, serta pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan," katanya.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng Frans Kongi mengaku, melambatnya petumbuhan industri, tidak lepas dari gejolak ekonomi yang terjadi di Indonesia. "Kondisi dolar yang tidak stabil menjadi salah satu faktornya," kata dia.
Kepala Bidang Statistik Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng Jam Jam Zamachsyari mengatakan, penurunan pertumbuhan (q to q) produksi industri besar dan sedang pada triwulan I/2015 terhadap triwulan IV/2014 sebagai dampak turunnya pertumbuhan produksi beberapa kelompok industri.
"Sebanyak enam kelompok industri dari 16 kelompok industri yang membentuk pertumbuhan produksi industri pengolahan di Jawa Tengah pada triwulan I/2015 terhadap triwulan IV/2014 memberikan andil penurunan pertumbuhan produksi," katanya.
Dia menjelaskan, penurunan terbesar mencapai 9,04% dan terkecil sebesar 0,27%, masing-masing ditunjukkan kelompok industri, minuman serta industri kayu, barang dari kayu dan gabus (tidak termasuk funitur ) dan barang anyaman dari bambu, rotan dan sejenisnya.
Sementara, empat kelompok lainnya yang memberikan andil penurunan pertumbuhan di antaranya kelompok industri komputer, barang elektronik dan optik mencapai 3,88%, kelompok industri kertas dan barang dari kertas sebesar 2,06%, kelompok industri furniture sebesar 1,14%, dan kelompok industri logam dasar sebesar 0,59%.
Kenaikkan pertumbuhan produksi ditunjukkan oleh 10 kelompok industri dengan kenaikan terbesar terjadi pada kelompok industri tekstil mencapai 5,70%.
"Beberapa kelompok industri yang memberikan andil kenaikan pertumbuhan produksi cukup besar di antaranya kelompok industri pakaian jadi mencapai kenaikkan sebesar 5,16%, industri karet barang dari karet dan plastik memberikan andil kenaikkan sebesar 4,19%," jelasnya.
Berbeda industri manufaktur besar dan sedang yang mengalami penurunan, industri manufaktur mikro dan kecil triwulan I/2015 justru mengalami kenaikan sebesar 2,04% dibanding triwulan IV/2014.
"Pertumbuhan (yoy) produksi industri manufaktur mikro dan kecil triwulan I/2015 di Jateng naik 8,71% dari produksi industri manufaktur mikro dan kecil triwulan I/2014," jelas dia.
Terpisah, Deputi Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Jateng dan DIY Ananda Pulungan mengatakan, berdasarkan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan berjalan tercatat 7,55%, lebih rendah dibanding SBT triwulan IV/2014 sebesar 15,51%, serta lebih rendah dibanding periode sama tahun sebelumnya, 12,23%.
"Perlambatan kegiatan usaha ini terjadi hampir pada seluruh sektor ekonomi, termasuk tiga sektor ekonomi utama di provinsi Jawa Tengah, yaitu industri pengolahan, perdagangan, hotel, dan restoran, serta pertanian, perkebunan, peternakan, kehutanan dan perikanan," katanya.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jateng Frans Kongi mengaku, melambatnya petumbuhan industri, tidak lepas dari gejolak ekonomi yang terjadi di Indonesia. "Kondisi dolar yang tidak stabil menjadi salah satu faktornya," kata dia.
(izz)