Penyerapan Baja Lokal Diawasi
A
A
A
BEKASI - Pemerintah mengimbau untuk menghindari ketergantungan terhadap baja impor. Produsen baja dalam negeri diminta meningkatkan kualitas dan kapasitas produksi guna memenuhi permintaan domestik.
Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan, selama ini banyak produk dalam negeri yang tidak dilirik karena konsumen memilih produk dari luar negeri. Demi mendorong penggunaan produksi dalam negeri, Kemenperin bekerja sama dengan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk mengaudit penyerapan komponen dalam negeri oleh lembaga pemerintahan.
”Kalau BPKP diikutsertakan, maka akan ketahuan apakah betul-betul instansi pemerintah atau BUMN (Badan Usaha Milik Negara) sudah menggunakan produksi dalam negeri,” ujar Saleh saat peresmian coating plant Bakrie Pipe Industries di Bekasi, Jawa Barat, kemarin. Saleh melanjutkan, pabrik tersebut diharapkan bisa memenuhi kebutuhan pembangunan infrastruktur di Indonesia yang nilainya diperkirakan mencapai Rp5.519 triliun sampai dengan tahun 2019. Dalam empat tahun ke depan dibutuhkan bahan baku baja sekitar 17,46 juta ton per tahun.
”Selain itu, di bidang gas kami juga mewajibkan untuk memprioritaskan penggunaan produksi dalam negeri, seperti yang sudah dilakukan oleh PT Bakrie Pipe Industries. Tentu kita wajib mendukungnya agar industri dalam negeri ini bisa tumbuh,” tegasnya. Saleh mengungkapkan, industri baja mengalami penurunandikuartalI/ 2015karenabelum bergulirnya proyek-proyek infrastruktur. Salah satu perusahaan baja yangpenjualannya menurun adalah PT Bakrie Pipe Industries, sekitar 60% di awal 2015.
”Nanti di kuartal berikutnya sudah ada tanda-tanda oil and gas ini akan naik dan konstruksi akan naik seiring dengan belanja modal dari pemerintah yang mulai bergulir,” ungkapnya. Menurut Saleh, seiring dengan mulai cairnya dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), mulai terlihat tanda-tanda di kuartal II untuk beroperasi lagi. ”Dengan sendirinya kebutuhan pipa ini akan meningkat lagi,” katanya. Direktur Utama PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) Bobby Gafur Umar memandang bahwa pada kuartal III dan IV 2015 akan ramai dengan proyek-proyek besar yang tertunda.
”Kita sebagai pelaku produsen nasional sedang bersiapsiap,” tuturnya. Bobby melanjutkan, BNBR melalui unit usahanya, PT Bakrie Pipe Industries, menyelesaikan pembangunan coating plant (pelapisan baja). Pembangunan coating plant PT Bakrie Pipe Industries merupakan langkah strategis karena dapat membuat biaya produksi menjadi lebih efisien sekaligus berkontribusi untuk meningkatkan unsur tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) dalam struktur industri nasional.
”Meningkatkan TKDN menjadi faktor utama dalam mendorong ekonomi. Kalau bisa, mencapai lokal komponen 40%,” ujarnya. CEO PT Bakrie Pipe Industries Mas Wigrantoro Roes Setiyadi mengatakan, fasilitas pelapisan pipa baja dengan kapasitas 800.000 meter persegi tersebut mempunyai kemampuan untuk melapisi pipa dengan sistem fusion bonded epoxy (FBE), three layer polyethylene (3LPE), dan three layer polypropylene (3LPP).
Mesin pelapisan itu juga mampu melapisi pipa mulai dari ukuran 4 inci hingga 48 inci. Kebutuhan baja domestik terus meningkat dari 7,4 juta ton pada 2009, menjadi 12,7 juta ton pada 2014. Diprediksi, kebutuhan tersebut akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional.
Saat ini tercatat sebanyak 352 perusahaan industri baja nasional yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, dan menyerap 200.000 tenaga kerja, dengan kapasitas produksi 14 juta ton per tahun.
Oktiani endarwati
Menteri Perindustrian Saleh Husin mengatakan, selama ini banyak produk dalam negeri yang tidak dilirik karena konsumen memilih produk dari luar negeri. Demi mendorong penggunaan produksi dalam negeri, Kemenperin bekerja sama dengan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) untuk mengaudit penyerapan komponen dalam negeri oleh lembaga pemerintahan.
”Kalau BPKP diikutsertakan, maka akan ketahuan apakah betul-betul instansi pemerintah atau BUMN (Badan Usaha Milik Negara) sudah menggunakan produksi dalam negeri,” ujar Saleh saat peresmian coating plant Bakrie Pipe Industries di Bekasi, Jawa Barat, kemarin. Saleh melanjutkan, pabrik tersebut diharapkan bisa memenuhi kebutuhan pembangunan infrastruktur di Indonesia yang nilainya diperkirakan mencapai Rp5.519 triliun sampai dengan tahun 2019. Dalam empat tahun ke depan dibutuhkan bahan baku baja sekitar 17,46 juta ton per tahun.
”Selain itu, di bidang gas kami juga mewajibkan untuk memprioritaskan penggunaan produksi dalam negeri, seperti yang sudah dilakukan oleh PT Bakrie Pipe Industries. Tentu kita wajib mendukungnya agar industri dalam negeri ini bisa tumbuh,” tegasnya. Saleh mengungkapkan, industri baja mengalami penurunandikuartalI/ 2015karenabelum bergulirnya proyek-proyek infrastruktur. Salah satu perusahaan baja yangpenjualannya menurun adalah PT Bakrie Pipe Industries, sekitar 60% di awal 2015.
”Nanti di kuartal berikutnya sudah ada tanda-tanda oil and gas ini akan naik dan konstruksi akan naik seiring dengan belanja modal dari pemerintah yang mulai bergulir,” ungkapnya. Menurut Saleh, seiring dengan mulai cairnya dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), mulai terlihat tanda-tanda di kuartal II untuk beroperasi lagi. ”Dengan sendirinya kebutuhan pipa ini akan meningkat lagi,” katanya. Direktur Utama PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) Bobby Gafur Umar memandang bahwa pada kuartal III dan IV 2015 akan ramai dengan proyek-proyek besar yang tertunda.
”Kita sebagai pelaku produsen nasional sedang bersiapsiap,” tuturnya. Bobby melanjutkan, BNBR melalui unit usahanya, PT Bakrie Pipe Industries, menyelesaikan pembangunan coating plant (pelapisan baja). Pembangunan coating plant PT Bakrie Pipe Industries merupakan langkah strategis karena dapat membuat biaya produksi menjadi lebih efisien sekaligus berkontribusi untuk meningkatkan unsur tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) dalam struktur industri nasional.
”Meningkatkan TKDN menjadi faktor utama dalam mendorong ekonomi. Kalau bisa, mencapai lokal komponen 40%,” ujarnya. CEO PT Bakrie Pipe Industries Mas Wigrantoro Roes Setiyadi mengatakan, fasilitas pelapisan pipa baja dengan kapasitas 800.000 meter persegi tersebut mempunyai kemampuan untuk melapisi pipa dengan sistem fusion bonded epoxy (FBE), three layer polyethylene (3LPE), dan three layer polypropylene (3LPP).
Mesin pelapisan itu juga mampu melapisi pipa mulai dari ukuran 4 inci hingga 48 inci. Kebutuhan baja domestik terus meningkat dari 7,4 juta ton pada 2009, menjadi 12,7 juta ton pada 2014. Diprediksi, kebutuhan tersebut akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional.
Saat ini tercatat sebanyak 352 perusahaan industri baja nasional yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi, dan menyerap 200.000 tenaga kerja, dengan kapasitas produksi 14 juta ton per tahun.
Oktiani endarwati
(ars)