Krakatau Steel Raih Pinjaman Rp3,4 Triliun

Rabu, 27 Mei 2015 - 10:13 WIB
Krakatau Steel Raih Pinjaman Rp3,4 Triliun
Krakatau Steel Raih Pinjaman Rp3,4 Triliun
A A A
JAKARTA - PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) memperoleh pinjaman jangka panjang dari bank asal Jerman, Commerzbank, sebesar USD260,05 juta atau setara Rp3,4 triliun (Rp13.000/USD).

Pinjaman tersebut akan digunakan perseroan untuk proyek pembangunan pabrik hot strip millkedua (HMS#2). Direktur Utama Krakatau Steel Sukandar mengatakan, pabrik produksi baja lembar panas (hot rolled coil) ini berlokasi di kawasan Krakatau Industrial Estate Cilegon, Banten. ”Perseroan dan Commerzbank telah menandatangani perjanjian pinjaman jangka panjang sebesar USD260,05 juta untuk proyek pembangunan hot strip mill kedua,” kata Sukandar di Jakarta kemarin.

Lebih lanjut dia menjelaskan, fasilitas pinjaman jangka panjang tersebut merupakan dukung dari Pemerintah Jerman melalui program Export Credit Agency (ECA). Sebelumnya perseroan memperoleh persetujuan dari Tim Pinjaman Komersial Luar Negeri Republik Indonesia terkait rencana pinjaman dari luar negeri ini.

”Persetujuan ini menunjukkan dukungan dari Pemerintah Republik Indonesia terhadap Krakatau Steel untuk terus mendukung pembangunan dan pengembangan industri baja dalam negeri,” imbuhnya. Menurut Sukandar, proyek HSM#2 ini bertujuan untuk memanfaatkan peluang pertumbuhanpasarbaja lembaranpanas di dalam negeri dan sekaligus mempertahankan pangsa pasar perseroan.

Di sisi lain dapat meningkatkan daya saing produk dan memenuhi kebutuhan pasar domestik, terutama untuk produk baja lembaran panas. ”Pabrik ini berlokasi dikawasan Krakatau Industrial Estate Cilegon yang didukung dengan ketersediaan utilitas dan infrastruktur yang lengkap,” tambahnya.

Sepanjang tahun ini perseroan mengalokasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar USD500 juta atau setara Rp6,5 triliun. Dana capex tersebut digunakan untuk menggenjot produksi KRAS melalui peningkatan kapasitas volume. ”Dana capex digunakan untuk kelanjutan pabrik blast furnacedengan kapasitas 1,2 juta ton per tahun. Dengan menghasilkan hot metal untuk proses pembuatan baja dan dapat menurunkan produksi USD60- 80 juta per ton,” paparnya.

Dari rencana alokasi capex tahun lalu sebesar USD424 juta, baru terserap USD336,9 juta. Capex tahun lalu digunakan untuk pembangunan pabrik blast furnace dan anak usaha perseroan sebesar USD87 juta. Tercatat utang bersih KRAS hingga akhir tahun lalu sebesar USD1,1 miliar.

Pada kuartal I 2015 kinerja Krakatau Steel mulai membaik yang ditunjukkan penurunan kerugian bersih perseroan pada tiga bulan tahun ini sebesar 8,64% menjadi USD42,28 juta atau USD(0,0027) per saham dari kerugian di kuartal I 2014 sebesar USD46,28 juta atau USD(0,0029) per saham.

Sukandar menjelaskan, penurunan kerugian kurs perseroan pada kuartal I 2015 didukung oleh keuntungan kurs di periode yang sama, bukan dari pendapatan KRAS. Analis dari PT First Asia Capital David Sutyanto menilai, depresiasi kurs rupiah akan semakin membuat produsen baja terbesar di Indonesia, Krakatau Steel, kian tertekan. Sampai saat ini Krakatau Steel masih mengimpor bahan baku untuk biji besi.

”Perseroan harus mengeluarkan biaya operasi yang besar, tapi harga jual komoditasnya masih terbilang rendah. Kondisi itu membuat perusahaan sulit meraup untung karena pasarnya masih lokal. Untuk dapat bertahan, Krakatau Steel harus memperbaiki manajemen salah satunya menekan biaya operasional,” kata dia dalam risetnya.

Heru febrianto
(bbg)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5052 seconds (0.1#10.140)